Nostalgia Mantan SesMenko Kesra dan Mantan Menkonya

sud3.jpg

Setelah agak lama tidak bertemu berhubung Pandemi Covid-19, kemarin siang Mantan Sesmenko Kesra Dr. Mohammad Soedarmadi diantar mantan ajudan Dr. Mulyono D Prawieo yang sekarang telah menjadi Dosen pada Perguruan Tinggi dan ikut meluluskan beberapa Doktor, kemarin siang datang mengadakan silaturahmi di kediaman Mantan Menko Kesra Taskin Prof. Dr. Haryono Suyono. Tidak seperti biasa Pak M Soedarmadi tambutnya dibiarkan puih indah seakan seperti bintang film Amerika yang ngganteng dan berwibawa. Ditanya kenapa rambutnya dibiarkan putih mengkilap beliau hanya senyum saja seakan menikmati masa tua dengan rambut putih mengkilap tetapi tetap tebal. Saya sendiri rambutnya menipis sehingga tidak terlalu indah kalau dibiarkan putih sehingga karena didepan rumah ada salon milik anak, maka setiap bulan selalu ada pegawai yang mengingatkan bahwa rambut saya perlu dirapikan dan disemir lagi. Pegawai itu rajin karena takut pada bosnya, dan garapan semirnya sempurna sehingga setelah di semir kelihatan jauh lebih muda. Bisa-bisa menjadi contoh Menteri lain yang ikut disemir secara rutin, karena  rambutnya putih padahal masih muda.

Tanpa di semir rambut saya kelihatan plontos alias sangat jarang. Kalau ada yang bertanya kenapa plontos, selalu dijawab bahwa pada masa muda selalu ngurus “program KB yang pada awalnya sulit” karena “targetnya orang sehat” dan umumnya enggan tidak mau dibawa ke klinik seperti orang sakit, sehingga kita harus putar otak mencari cara yang tepat agar progran KB menarik masyarakat luas. Akhirnya kita menemukan jawaban bahwa dokter dan kliniknya yang dibawa ke desa, menjemput permintaan masyarakat sehat yang tidak mau dibawa ke rumah sakit atau klinik. Akhirnya kita memenuhi permintaan masyarakat dengan membawa dokter dan kliniknya ke desa atau ke “rumah mewah” milik penduduk “ternama” di desa yang dipinjamkan oleh pemiliknya dengan penuh kebanggaan.

Rupanya pengalaman itu diulang beberapa kali dengan hasil yang luar biasa seperti “imunisasi balita”, Gerakan “UPGK Usaha Perbaikan Gizi Keluarga”, sarta “upaya pengentasan kemiskinan pada tahun 1980-1990-an dengan IDT dan IPM yang berhasil mendapatkan penghargaan PBB.

sud2.jpg

Tokoh BKKBN kala itu sungguh banyak, namun Pak Moh. Soedarmadi seakan seperti “orang serba bisa”. Beliau seorang petugas muda yang diam tetapi bekerha sngat serius, sanggup mnegurus Pagawai BKKBN yang jumlahnya lebih dari 70.000 orang karena pada setiap desa selalu ada seorang petugas KB sebagai Petugas Lapangan KB. Kebetulan di desa ada “bidan desa”  sehingga tidak jarang beliau menjadi saksi perkawinan bidan dan PLKB yang pada jaman pensiun mereka tetap hormat kepada beliau karena mendapat jodoh di lapangan. Kebetulan PLKB mendapat jatah sepeda motor lebih dulu sehingga tidak jarang bidan desa tertarik karena selalu bersama bertugas di desa dan “dibonceng oleh kekasihnya yang PLKB”. Petugas KB masa kini tidak sama keberuntungannya kareana seorang  “bidan” lebih mampu beli sepeda motor sendiri dibanding PLKB jaman dulu. Sehingga sebagai kebanggaan di banyak desa didirikan “patung KB yang ditempatkan di jalan Protokol Kabupaten” atau tempat lain yang strategis sebagai wujud pendorong pada  60.000 esa di Indonesia sekaligus kebanggaan masyarakat desa.

Sebelum memangku jabatan sebagai Deputy Umum Dr. Soedarmadi ditempatkan sebagi Kepala BKKBN Ptovinsi Jawa Tengah, kemudian menggantikan Kepala Biro Logistik, Drs Mubramsyah (almarhum) mengatur logistik segala jenis Kontasepsi untuk jutaan peserta KB di seluruh Indonesia.. Logistik kontrsepsi tersebut memiliki ciri khusus. Kalau “logistik beras” misalnya stoknya habis, atau beras tidak datang atau persediaan menipis, paling penduduknya kelaparan atau harga naik. Karena belum ada sistem elektronik seperti sekarang, maka BKKBN bekerja sama dengan jajaran PT Pos Indonesia. Kerja sama itu untuk mrngetahui stok kontrasepsi. kalau logistik kontrasepsi KB sampai kehabisan pil atau suntikan, maka ibu peserta KB bisa hamil dan dianggap KB Gagal. Sehingga team-logistik dalam lingkungan BKKBN menciptakan sistem pelaporan bekerja sama dengan seluruh jajaran Kantor Pos diseluruh Indonsia. Setiap klinik KB dijadikan pusat logistik yang mengaharuskan mengirim laporan bulanan persediaan Pil, spiral, suntikan dan kondom langsung dalam kartupos yang perangkonya berlangganan dengan Kantor Pos Pusar di Jakarta. Kartu Pos yang datang di Kantor Pos Pusat d Jakarta tidak boleh terlambat dari tanggal 5 setiap bulan dan begitu sampai langsung dikitim ke BKKBN untuk di proses melalaui komputer. Sebelum yanggal sepuluh “feedback” sudah sampai ke setiap kabupaten atau kecamatan debagai bahan Rapat Koordiansi sambil mendengarkan masukan dari lapangan untuk di tindak lanjuti bersama dalam suatu  Rapat tingkat lapangan yang biasanya dipimpin Bupati atau Camat.

Kontrol terhadap logistik dilakukan baik oleh tingkat pusat maupun yingkat daerah. Dari tingkat pusat ada rumusan “6636”, artinya persediaan di tingkat puat harus cukup untuk enam bulan, di provinsi enam bulan, di kabupaten tiga bulan dan di desa harus cukup untuk enam bulan. Setiap petugas diwajibkan mengontrol berdasar rumusan tersebut dan segera mngambil langkah mengisi kekosongan, siapapun yang mengethui terlebih dahulu dehingga “sering terjadi” sebelum daerah meminta tambahan sudah mnedapat suply fari pusat. Dengan cara seperti itu suatu daerah tdak permah kekurangan suply kontrasespsi untuk enam puluh ribu drsa dengan jumlah peserta jutaan yang tiap  tahun bertambah dengan sejitar 5 juta peserta KB baru.   

ses1.jpg

Melihat kemampuan beliau menangani logistik ketenagaan dan kontraseptif tersebut BKKBN mndapatkan “Penghargaan Internasional” dari Lembaga Management International dari Hong Kong dan Jepang, menambah puluhan penghargaan dalam betbagai bidang yang telah diraih sebelumnya. Kemampuan itu mengantar beliau ditunjuk oleh Presiden HM Soeharto sebagai Sekjen Menko Kssra dan Taskin sampai dua periode pada Kantor Menko yang pernah dikosongkan oleh Presiden Gus Dur sehingga sebagai Sekjen beliau menunggu kantor tanpa ada kompensasinya. Suatu sumbangan sukarela sebagai abdi negara yang setia. Setelah pensiun beliau melanjutkan bhakti sosialnya sebagai Ketua Sekretariat Yayasan Damandiri yang mngelula Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersama sekitar 450 Pegurun Tunggi di Indonesia yang menumbuhkan puluhan ribu kelompok Gotong Royong Posdaya yang berhasil.

Selain itu, beliau bersama mahasiswa KKN berhasil mendirikan Koperasi dengan keanggotaan lebih dari 10.000 ibu-ibu yang karena keberhasilan tersebut Pimpinannya menggeser pada Ketua baru yang ditunjuk. Beliau pasrah tidak protes atau mengeluh dan tetap berjuang bersama rakyat banyak. Semoga Tuhan mencatat segala amal baiknya dengan tinta emas.

Haryono SuyonoComment