Suntikan Vaksin Kedua Berjalan Lancar
Tiga sesepuh bangsa Prof. Dr Soebroto (93 tahun), Prof. Dr Emil Salim (91 tahun) dan Prof. Dr. Haryono Suyono (83 tahun) yang sebulan lalu melakukan vaksinasi Covid-19 bersamaan, hari Sabtu kemarin kembali ke Pusat Pelatihan Departemen Kesehatan yang disulap menjadi pusat penyuntikan Vaksin untuk mendapat suntikan kedua. Sehari sebelumnya diberi tahu jadwal baru dari Dra Sri Rahayu, MSi / Ibu Yayuk, mengingatkan bahwa karena hari jumat libur, jadwal diundur hari Sabtu. Kami tidak tahu apakah p[ensiunan Menteri atau pgawai Tinggi sudah juga ikut Vaksinasi. Seperti dalam Garakan KB mereka bisa menjadi contoh yang baik.
Mungkin karena ada hari libur itu, hari Sabtu itu jumlah peserta cukup meluap tetapi karena kami telah diberi tahu sebelumnya, maka kedatangan kami yang hampir bersamaan telah dipersiapkan dengan baik. Begitu datang langsung dilakukan cek medis termasuk diukur tekanan darah. Selesai dengan prosedur medis itu, langsung kami diserahkan pada suster Indah yang diperbantukan hari itu dari luar Jakarta sampai siang itu untuk menyuntik vaksin yang kedua. Rupanya biarpun bantuan berasal dari daerah, telah dipilih dengan baik sehingga suntikannya tidak sakit sama sekali.
Seperti pada saat suntikan vaksin yang pertama kami lihat para pejabat senior Dr. Kirana, mantan Dirjen yang ditugasi sekaligus sebagai staf ahli Menteri hadir dan rupanya bersama staf telah mengubah tempat istirahat tidak terlalu jauh dari tepat penyuntikan sehingga terasa nyaman. Apalagi disediakan teh dan kue biarpun kita tidak selera makan.
Pusat pelatihan yang disulap tetap penuh lansia dan pengawalnya yang ingin mendapatkan Vaksinasi. Untung bagi pengantar lansia, biarpun muda mendapat kesempatan ikut disuntik, suatu kesempatan yang baik bagi generasi muda yang sayang kakek atau neneknya. Kali mi kami diantar dr Rina Mardiana ditemani suaminya Drs Rudi Lubis. Sebagai dokter Rina sudah dapat prioritas, tetapi Rudi ikut dapat berkah mendapat Vaksinasi yang pertama.
Setelah beristirahat sejenak, kita boleh pulang dengan lega karena suntikan yang kedua ini, seperti suntikan pertama langsung dikomentari oleh Bapak Subroto, tidak ada yang terasa sakit. Pak Emil Salim memberi komentar yang sama. Saya sendiri mengucapkan terima kasih karena para anggota PWRI dari seluruh Indonesia, sejak saya dan Sekretaris Jenderal Drs. Djoko Sidik Pramono, MM mendapat suntikan, langsung kami siarkan secara luas pada beberapa media sosial. Tindakan kami itu diikuti dengan pelayanan yang baik di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan yang masih belum disuntik Vaksin segera menghubungi fasilitas kesehatan di wilayahnya. Kalau orang tua memberi contoh, mudah-mudahan diikuti oleh generasi muda biarpun resiko terkena serangan Virus Covid-19 jauh lebih kecil.
Mbak Yayuk, mantan Sekretaris, yang ikut mendaftarkan kami pada suntikan pertama juga melakukan suntikan yang kedua. Suaminya terpaksa istirahat sebentar, mungkin karena tergesa-gesa tekanan darahnya sedikit di atas ambang batas.
Karena itu saya anjurkan agar yang velum di Vaksin, segera diantar anak atau Saudaranya yang masih muda. Lebih dari itu menjelang hari vaksin sebaiknya tekanan darah di kontrol dengan baik agar “tidak terjadi debat” yang tidak perlu dengan petugas pemeriksaan awal sebelum mendapat suntikan, apalagi fase berikutnya adalah untuk generasi muda yang barangkali sangat sibuk dan waktunya sangat berharga.
Kami memiliki pengalaman yang sangat panjang dalam Gerakan Nasional KB yang berhasil. Tiap tahun harus mendapatkan peserta KB tidak kurang dari 5.000.000 pasangan usia muda antara 20 – 35 tahun. Seperti gerakan vaksinasi sekarang ini setiap hari kami selalu ajak para wartawan untuk melakukan peninjauan sehingga beritanya masuk surat kabar, majalah, radio dan televisi sehingga merangsang mereka yang belum ber-KB berbondong mendatangi tempat pelayanan. Pada gerakan ini kami usulkan agar acara Vaksinasi yang dilakukan dengan “model sebagai gerakan”, para wartawan dan media massa diikut sertakan sehingga beritanya melebihi berita kejahatan atau korupsi. Dengan cara demikian kewaspadaan pada bahaya virus dapat ditingkatkan serta kecepatan dan cakupan untuk menyelesaikan Vaksinasi bisa lebih cepat. Bahaya untuk setiap warga negara bisa sangat dikurangi. Budaya baru yang lebih nyaman, norma baru yang harus dianut segera dapat diikuti oleh khalayak yang lebih luas agar kita lebih cepat mengejar ketertinggalan dalam pembangunan selama ini. Semoga.