Membangun Stadion Olympik Bersama Rakyat Model Cina
Atas undangan Menko Kesra Cina dan Konperensi Lembaga-lembaga Pembangunan Swasta Internasional di Cina, pada tahun 2009 menjelang Olympiade Dunia di Cina, kami mendapat informasi dan meninjau Negara ini membangun beberapa stadion dan fasilitas Olah Raga raksasa di berbagai negara bagian dan tempat-tempat di dekat stadion utama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepada rakyat banyak ditekankan bahwa pembangunan besar-besaran itu dilakukan bersama rakyat. Bersama rakyat itu bukan sekedar meminta dukungan rakyat dengan memasang poster atau banner besar-besaran di berbagai tempat agar rakyat mengetahui datangnya peristiwa dunia tersebut serta memberi doa atau dukungan moril, tetapi menyajikan program unik yang disebut “rakyat ikut membangun stadion”. Slogan itu dilaksanakan dengan mengundang rakyat banyak, utamanya yang tidak mungkin akan memasuki stadion pada saat pesta olah raga dunia diadakan karena berbagai alasan. Alasan pertama tiket untuk masuk stadion hampir pasti tidak bisa dibayar semua penduduk biasa. Lebih dari itu akomodasi menjadi sangat mahal karena sebagian besar hotel akan dipenuhi pendatang, olahragawan dan orang kaya dari dalam dan luar negeri.
Sehingga pemerintah memutuskan bahwa pembangunan stadion dan fasilitas stadion lainnya dilaksanakan bersama masyarakat luas, artinya dengan mengikut sertakan rakyat biasa dari Desa. Pada waktu dijelaskan kepada kami dan para peserta Konperensi Dunia, kami Prof. Dr. Haryono Suyono didampingi alm Dr. Pudjo Rahardjo dan Dr Mulyono D Prawiro tentang “kebijaksanaan membangun bersama masyarakat luas”, kami bertanya-tanya. Setelah penjelasan, di Luar dan dalam Stadion, Kami meligat banyak pendudk biasa atau orang-orang Desa yang sedang bekerja. Gerakan membangun stadion dengan partisipasi rakyat banyak yang setiap hari datang dari desa di luar Beijing, bukan saja meninjau pembangunan stadion. Rakyat Desa biasa yang bukan tukang kayu, tukang cor semen, atau memiliki keahlian lainnya dalam pembangunan gedung, atau kerja akhir gedung stadion, tetapi dijamin selalu ada kerja untuk para peninjau itu”.
Dalam pertemuan dengan pengantar yang ditugaskan oleh Menteri sahabat kami diceritakan sambil ketawa bahwa “yang diundang dari desa” bukan tukang-tukang ahli, tetapi rakyat biasa yang tidak ahli tetapi di desanya rajin bergerak dalam pembangunan desanya dalam berbagai bidang. Di desanya, seperti di Desa kita rajin bekerja sama gotong royong dalam bisang kesehatan seperti Posyandu di Indonesia, atau PAUD pendidikan anak usia dini di desa kita, atau bahkan anak-anak muda yang suka memeriahkan desa masing-masing dengan gerakan pemuda desa. Mereka merasa terhormat disebut “ikut membangun stadion”.
Di Stadion yang waktu kami tinjau bersama, rupanya bukan lagi pada posisi membangun stadion karena waktu kami meninjau gedung stadion telah rampung. Beberapa hiasan seperti pot bunga besar-besar dengan tanaman raksasa dan daun yang besar-besar, pot kecil dengan bunga dan sebagainya telah lama ditempatkan sebelum dinding stadion dipoles, atau selesai, jadi pekerjaan taman dan hiasan dilakukan secara paralel tidak menunggu pembangunan gedung selesai. Begitu juga halaman stadion telah selesai dengan lantai berlubang sehingga tidak seluruhnya tertutup semen.
Rupanya “para peninjau dari desa” itu ditugasi mencabuti rumput yang tumbuh dilantai berlubang secara manual dan massal sehingga menarik karena mereka lakukan semangat tinggi dan ceria. Sebagian lain di dalam dan di luar gedung mereka membersihkan daun-daun besar di pot yang jumlahnya sangat banyak menghiasi setiap bagian gedung. Tidak sedikit yang dengan sigap membersihkan bagian tertentu dari debu pada ornamen yang sudah dipasang paralel dengan waktu gedung sedang dibangun, sehingga gedung dan hiasannya menjadi cemerlang karena program bersama rakyat yang memberi kebanggaan kepada masyarakat luas karena mereka ikut membangun stadion yang sangat megah tersebut. Suatu kegiatan yang inspiratif karena memberi kebanggaan dan partisipasi aktif kepada rakyat.