Refleksi: Harapan dan Optimisme

hope.jfif

Catatan: Aam Bastaman

              Beberapa waktu lalu saya sedikit mengulas mengenai pengalaman pribadi Rich deVos, salah seorang usahawan terkemuka Amerika Serikat dan penulis buku  Hope from My Heart, 10 Lesson for Life, dalam menghadapi dan menjalani operasi transplantasi jantung. Rich menulis bahwa baginya selalu ada harapan, bahkan menjelang saat-saat kritis sekalipun. Harapan (hope) merupakan harta yang sangat penting dalam hidup.

              Bahkan seorang penulis di Tanah Air juga mengatakan kita bisa saja kehilangan pekerjaan, uang, atau bahkan orang-orang yang kita cintai. Namun, jangan sampai kehilangan harapan karena justru harapanlah yang menjadi harta terpenting yang perlu kita miliki.

              Hidup dengan perubahan sedemikian cepat memang perlu disiasati dengan cerdas. Tanpa melakukan apa-apa, kita pun tidak akan mendapatkan apa-apa. Ada bekal lain yang perlu diperhatikan dalam menjalani kehidupan ini, seperti dikatakan Rich DeVos, yaitu pentingnya keluarga. Keluarga merupakan satu dari sekian kekayaan sosial kita, yang merupakan basis sosial terkecil dalam masyarakat dan fundamen yang sangat penting. Untuk keluarga, kita menjalani pekerjaan, berusaha, dan memberikan komitmen terbaik kita. Bukan semata-mata untuk kepuasan diri sendiri. Dari keluarga kita berasal dan dari keluarga pula kita menurunkan keturunan penerus generasi kita. Keluarga merupakan landasan cinta kita. Kehidupan bisnis tidak bisa lepas dari peranan dan tujuan hidup berkeluarga.

              Selanjutnya, landasan hidup juga kita harus memiliki rasa kebebasan (freedom). Menjalani kehidupan termasuk kehidupan berwirausaha haruslah mempunyai kebebasan. Kebebasan untuk memilih, kebebasan untuk menjalani sesuatu hal yang kita sukai, dan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Kebebasan terkait erat dengan kemerdekaan dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang kita sukai sebagai pilihan hidup. Bukankah hidup ini perlu dinikmati dan disyukuri?

              Menjalankan roda bisnis sama saja dengan menjalani kehidupan pada umumnya—dalam menjalankan usaha pun perlu mendapatkan kebebasan. Celakalah hidup kita ini tanpa memperoleh kebebasan. Tidak heran, demi kebebasan maka banyak orang rela berjuang dan mengorbankan nyawa. Demikian, tulis Rich dalam bukunya.

              Rich juga mengomentari mengenai perlunya sikap optimis. Jika Anda mengharap sesuatu menjadi jelek, mungkin akan terjadi. Namun, prinsip yang sama harus dilakukan dalam mengharapkan sesuatu hal yang baik. Maka, biasanya juga terjadi. Kita dapat memilih untuk tertawa atau menangis, untuk mensyukuri atau mengomeli. Ini keputusan kita: Dari perspektif apa kita ingin melihat hidup ini? Apakah kita melihatnya penuh harap atau melihat ke bawah dengan keputusasaan? Rich percaya dengan upward look, dengan optimism, dengan selalu menekankan pada hal-hal positif, dan tidak terjebak dalam pesimisme ketika menghadapi hal-hal yang negatif. Sikap optimis bukan kemewahan, ini keharusan.

              Cara Anda melihat kehidupan akan menentukan apa yang Anda rasakan, bagaimana Anda melakukan sesuatu, dan seberapa baik Anda akan berhubungan dengan orang lain.

              Kemajuan selalu diairi dengan pikiran positif dan optimism. Jika Anda optimis, maka Anda akan lebih banyak mengarahkan perhatian pada pemecahan masalah. Namun, ini pilihan Anda sendiri. Sepertinya ada hubungan sebab akibat antara optimism dan sukses: “Progress is always fuelled by positive, optimistic thinking. People are empowered by praised and encouragement,” kata Rich.

Selanjutnya, apa pun yang kita lakukan memerlukan ketekunan. Ketekunan merupakan bahan baku sukses dalam kehidupan. Ini mencerminkan keteguhan dan keinginan untuk melakuakn apa yang kita harapkan dan tidak gentar terhadap hambatan. Jika Anda teguh maka meskipun berkali-kali jatuh, dengan ketekunan Anda akan mendapatkan hal yang diinginkan.

Kemudian, keyakinan (confidence). Kekuatan yang palin besar di dunia ini adalah adanya keberanian untuk mencapai sesuatu yang tinggu dan terus ditekuni hari demi hari, sampai menemui sasaran. “Bensin” untuk ketekunan ini adalah keyakinan. Jika Anda tidak yakin pada potensi Anda untuk mencapai tujuan, barangkali Anda tidak akan pernah mencoba. Namun, jika Anda mengatakan pada diri Anda, “I think I can,” maka Anda barangkali akan bisa.

Demikian menurut Rich. Ia percaya setiap orang dapat memilih untuk mendapatkan keyakinan. Keyakinan adalah gift yag baik datang dari Sang Pencipta.

Jadi seperti dikatakan rich: Don’t let your dream die for lack of confidence. Don’t let others transfer fear to you. And don’t wait until you know enough. If you do that, you never begin. You’ll never learn everything you need to know until you start doing. You’ll never learn to sail by standing on the shore”.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita bisa mencapai sesuatu jika kita tidak mencobanya? “Confidence will come on the doing.” Ini seperti iklan merek sepatu yang terkenal itu; Just do it! Lakukanlah! Cobalah!

Terakhir, alangkah baiknya mengutip apa yang telah disampaikan Betty Ford (mantan first lady Amerika Serikat) mengenai buku ini,”This brilliant businessman and extra ordinary human being digs down deep and shares the wellspring of his compelling guest of excellence. Hope from my heart is a gem.” Dua kata penting didalamnya: Mata air dan mutiara (kehidupan).

(Aam Bastaman. Universitas Trilogi. www.aambastaman.com)

Tulisan ini diadaptasi dari tulisan lama Aam Bastaman yang dimuat di Media Indonesia, sekitar tahun 2001).

Photo: Sumber open access.

Aam BastamanComment