Dengan Semangat Ibu Kartini masyarakat bertambah maju

kar1.jpg

Hari Rabu adalah tanggal 21 April 2021 kita diingatkan pada Hari Kartini yang di tahun-tahun terdahulu sangat marak diperingati guna mendorong semangat anak-anak perempuan untuk maju. Cerita Kartini bahwa beliau dengan bimbingan sahabatnya ingin maju dan membuktikan bahwa seorang anak perempuan seperti Raden Ajeng Kartini bisa maju dan tidak saja sebagai seorang istri. Apa lagi beliau berharap bahwa anak perempuan masa depan, karena semangat dan kemauannya untuk maju itu akan sangat berbeda dengan wanita pada masanya. Berkat semangat yang selalu diangkat keatas permukaan itu pemerintah mengembangkan program wajib belajar mulai dari tingkat SD, kemudian SMP dan SMA. Karena banyak keluarga ingin agar setelah belajar anaknya segera bisa bekerja, maka muncul program SMK. Pada program-program Wajib Belajar itu anak-anak perempuan tidak disingkirkan, ikut juga dalam program wajib belajar. Lebih lanjut anak-anak diberikan kesempatan belajar lebih tinggi guna meraih gelar sarjana.  Untuk belajar pada Perguruan Tinggi tidak dibedakan antara anak laki-laki atau anak perempuan. Kalau rentetan itu kita ingat semuanya kelihatan seperti suatu revolusi yang dimulai sebagai gagasan oleh pelopor seperti Ibu Kartini atau pelopor-pelopor pejuang  lainnya.

kar2.jpg

 Degan adanya kesempatan pendidikan disertai fasilitas yang dibangun pemerintah dan swasta, tingkat pendidikan makin tinggi. Ajakan belajar yang tadinya dianjurkan, makin lama justru fasilitas pendidikan yang makin tidak cukup menampung anak-anak pada tingkat SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan kesempatan bagi anak laki-laki dan perempuan untuk bekerja bertambah luas. Kesempatan mengambil tanggung jawab juga bertambah tinggi. Di masa lalu anak perempuan hanya wajib membantu orang tuanya bekerja di rumah, membersihkan dan menata rumah atau momong adik-adiknya. Melalaui kesempatan belajar yang makin tinggi Kemudian muncul adanya kesempatan kedudukan tinggi sampai tingkat Menteri. Kedudukan itu secara terbatas pada Menteri urusan perempuan. Namun karena dari tingkat kemampuan makin tidak ada batas kemampuan antara anak perempuan dan anak laki-laki, kesempatan bagi kaum perempuan meningkat tajam. Anak perempuan bisa menduduki jabatan Menteri apa saja dan memberikan dharma baktinya dengan kualitas yang sama.

kar3.jpg

Melalui cara pendidikan yang wajib itu, cita-cita yang luhur yang didengungkan melalui pengalaman Ibu Kartini sebagian besar bisa diwujudkan. Kita lihat pada banyak Perguruan Tinggi di Indonesia jumlah mahasiswa perempuan hampir sebanding dengan jumlah mahasiswa laki-laki. Kami sebagai pembina atau Dosen di beberapa Perguruan Tinggi sangat bangga setiap kali menghadiri acara wisuda banyak mahasiswi mendapatkan nilai baik, bahkan banyak yang mendapatkan predikat Cum Laude yang dengan bangga berjalan ke mimbar dengan penuh keyakinan mengenakan pakaian daerah, dengan kain di bawah baju dan toga yang membanggakan, menerima ijazah dengan penuh senyum tidak terasa perjuangannya adalah bagian dari cita-cita Ibu Kartini.

D  an tidak segan-segan anak-anak muda perempuan itu tidak sedikit yang melanjutkan pendidikan di luar negeri yang mampu lulus dengan nilai tidak kalah, bahkan sering melebihi nilai yang dicapai oleh mahasiswa rekan pria yang sama-sama berasal dari Indonesia. Mereka belajar dan tidak sedikit yang mencapai kedudukan dan jabatan yang sangat bertanggung jawab. Bahkan kalau di masa lalu ada yang mencapai kedudukan dalam jabatan seorang Menteri, pada umumnya adalah pada jabatan Menteri urusan wanita. Tetapi sekarang, wanita Indonesia mampu memegang jabatan sangat strategis dengan kinerja yang luar biasa.

kar4.jpg

Pada masa Covid-19 banyak petugas dokter dan para pembantunya melakukan tugas mulia menyelamatkan anak bangsa dengan tekun melakukan vaksinasi dan banyak pula yang mengadu nyawa melakukan tugas merawat para penderita yang terkena penularan di tempat-tempat yang dipelopori petugas yang berjuang dengan risiko yang tinggi.  

 Di tingkat Desa sejak tahun 1970 kita dengan bangga bisa menyatakan bahwa kaum ibu dari desa dan kota  menjadi relawan program KB dengan gigih. Sebagai relawan yang dipercaya mereka tidak saja berbicara tentang manfaat ikut KB, tetapi langsung menjadi pelopor  ikut KB yang belum dikenal oleh nenek moyangnya dengan segala risiko kehilangan suami, atau bahkan bersiap tidak mempunyai anak lagi biarpun bapak ibunya heran karena sebagian besar berasal dari keluarga yang “saudaranya banyak”.

Tidak terhitung perjuangan para bidan dan PLKB yang harus naik sepeda dan tidak jarang sepedanya yang harus digendong karena melayani ibu-ibu subur yang jalan menuju ke rumahnya tidak selalu dapat dijangkau dengan sepeda apalagi sepeda motor atau ada kendaraan umum yang tersedia. Untuk ibu-ibu yang tidak biasa berorganisasi lalu muncul organisasi PKK dengan sepuluh program pokok PKK yang diikuti dengan tekun oleh hampir seluruh ibu di Desa. Gerakan sukarela dan penuh partisipasi yang didukung dengan Posyandu, PAUD dan gerakan ekonomi kerakyatan yang membuat peran ibu-ibu atau kaum wanita ikut bersama  pria berkumpul di Kantor Desa, Kantor Kecmatan dan tidak sedikit ibu-ibu yang biasanya mengantar suami ke sawah, sekarang berdandan rapi karena mau Rapat PKK dengan penuh kebanggaan seperti Srikandi Kartini abat baru ini. Perjuangan dan pengalaman Ibu kita Kartini telah mengubah peran anak perempuan tidak lagi berbeda dengan anak laki-laki, Alhamdulillah.

Haryono SuyonoComment