Melatih Cinta Nenek Moyang Sejak Balita



Kayliana

Kayliana

Anak balita mempunyai kebiasaan untuk bermain dengan teman sebaya, tetapi mereka juga suka bermain dan bertanya kepada bapak ibunya manakala diajak berkunjung ke “sesuatu yang baru dan aneh” seperti melakukan ziarah ke Makam leluhur pada waktu-waktu tertentu. Apalagi kalau kebetulan bapak, ibunya atau kakek-neneknya melakukan ziarah pada makam embah buyut yang semasa hidupnya disayanginya karena sebagai balita sangat disayanginya, belum lama suka memberi hadiah mainan atau makanan yang dia suka. Bisa terjadi pada waktu diajak ke Makam timbul banyak tanda tanya atau bahkan dialog spontan yang menarik kenapa embah buyutnya tidak kembali lagi. Suatu refleksi rasa kangen yang bisa juga di bawah sadar cicit itu bertingkah ingin memamerkan kepandaian baru yang dipelajarinya  karena neneknya belum pernah melihatnya karena terjadi setelah neneknya meninggalkannya,

Segala tingkah laku dan gerakan spontan itu ada baiknya direkam sehingga seorang anak balita ketika tumbuh makin dewasa setiap kali bisa melihat kembali rekaman itu untuk mengenang kebaikan hati para leluhurnya dan mengingatnya dengan penuh kasih sayang, Kalau kasih sayang itu didokumentasikan secara teratur bisa menjadi bahan didik untuk membangun budaya cinta kasih pada orang tua atau nenek kakek atau  leluhurnya tanpa harus belajar kembali di sekolah karena sudah membudaya sehingga timbul rasa kasih sayang berkesinambungan. Tidak akan terjadi atau tidak akan timbul gagasan setiap ada Menteri atau Presiden baru, ada saja “kecenderungan menghapus jejak” Menteri atau Presiden sebelumnya, dengan dalih atau alasan agar dirinya makin kelihatan hebat, memberi kesan luar biasa tetapi bisa juga memberi kesan tidak adanya penghargaan kepada leluhurnya dengan cara yang baik.

Keluarga mas Fajar

Keluarga mas Fajar

Atau kalau ada salah prosedur, bisa diatur lebih sopan, dirunding dengan baik, bahwa ada penyerahan yang bersifat mendidik rakyat karena pemberian penghargaan yang bersifat mendidik anak bangsa pada leluhurnya. Siapa tahu dalam suasana awal bulan puasa ini bisa dipikirkan sebagai renungan untuk membangun budaya bangsa yang memberikan penghormatan kepada sesepuhnya yang akhirnya memberikan ciri suatu bangsa yang menghargai leluhurnya. Insya Allah.

Haryono SuyonoComment