Tiga sesepuh Bangsa menjadi Juru Kampanye Vaksinasi Covid-19
Wakil Menteri Kesehatan, Dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, PhD, KEMD yang ahli Penyakit Dalam, rupanya belajar dari pengalaman Program KB sejak tahun 1970-an yang segera dikembangkan menjadi Gerakan Masyarakat, dalam jumpa pers kemarin, waktu mengantar Prof Dr. Subroto (92 tahun), mantan Menteri Pertambangan, Prof. Dr. Emil Salim (91 tahun) mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Prof. Dr. Haryono Suyono (hampir 83 tahun) mantan Menko Kesra Taskin, hari Jum’at 5 Maret 2021 ikut Vaksinasi pada Fasilitas Kesehatan BPSDM Kementerian Kesehatan di Jalan Hang Jebat Jakarta, dalam jumpa pers spontan menyatakan bahwa “Vaksinasi Covid-19 adalah Gerakan Nasional”. Artinya siapa saja diundang ikut berpartisipasi mengusahakan kegiatan itu sukses, demi keselamatan dan masa depan keluarga Indonesia. Diharapkan agar Vaksinasi ini segera menciptakan Budaya Baru dengan Norma Baru yang dinamis sehingga masyarakat bisa membangun dengan tenang dan dinamis.
Dalam kesempatan mengantar dan meninjau kegiatan Vaksinasi di fasilitas Pusat Pelatihan yang dewasa ini dipimpin oleh Dr. Kirana, mantan Dirjen yang ditugasi sekaligus sebagai staf ahli Menteri itu, beliau dan staf menyulap pusat pelatihan tersebut menjadi fasilitas seperti “orang mantu” sebagai Balai Pelayanan Kesehatan Masyarakat seperti halnya sewaktu beliau menjabat Dirjen. Siap dan sempurna lengkap dengan protokol kesehatan melayani suntikan Vaksin Covid-19.
Pada saat sesepuh bangsa datang, diberikan penghargaan staf yang biasanya melayani peserta pelatihan, bertindak sebagai penerima tamu terhormat. Staf BPSDM langsung membawa tamunya ke meja pemeriksaan. Tidak dapat dipercaya, hampir tanpa antri, langsung diperiksa dokter akan adanya kemungkinan kontra indikasi untuk vaksin. Setelah pemeriksaan yang teliti dan dinyatakan tidak ada kontra indikasi berbahaya, termasuk pemeriksaan tekanan darah, langsung digeser disiapkan mendapatkan suntikan vaksin. Dr. Rina, putri bungsu pak Haryono yang mengantar membantu memberikan latar belakang kesehatan bapaknya.
Setelah yakin dari koleganya bahwa syarat-syarat medis untuk mendapatkan Vaksin dianggap cukup, maka petugas langsung mempersiapkan segala sesuatunya segera mempersiapkan segala sesuatu untuk vaksinasi Covid-19. Dengan cekatan dipersiapkan alat suntik dan kotak berisi vaksin. Setelah mengoleskan kapas beralkohol pada lengan atas sebelah kiri; sebagai persiapan suntikan, dipegang lengan dengan lembut, tidak menakutkan, jarum suntik langsung disuntikkan pada lengan kiri bagian atas itu hampir tanpa sakit. Dalam hitungan detik vaksin masuk ke dalam lengan dan dengan ramah suster yang bertugas mencabut jarum suntik dan berkata “sudah pak”. Terima kasih suster yang bekerja dengan cekatan dan tidak menyakiti salah satu sesepuh bangsa yang hari ini ikut sukarela menjadi contoh disuntik Vaksin Covid-19. Sret-sret tuntas dan tidak sakit tetapi cukup solit, barangkali agar tidak berteriak seperti “dagelan pada media sosial.
Para petugas harus bekerja cepat dan efisien karena Jumat kemarin fasilitas ini menurut rencana diharapkan menyelesaikan target sekitar seribu orang rata-rata penduduk berusia lanjut. Sehingga setelah selesai disuntik kami dipersilahkan menuju ke Kamar Observasi bergabung dengan Bapak Prof. Dr. Subroto dan Prof Dr. Emil Salim yang sudah disuntik terlebih dahulu.
Para lansia mendapatkan prioritas sangat tinggi karena menurut penelitian selama satu tahun ini terlihat dari grafik disebelah bahwa risiko penduduk usia diatas 60 tahun untuk tertular sangat melonjak dibanding penduduk usia diabawahnya. Hal ini karena masukan gizi bagi orang tua sangat sedikit dibanding anak mudas sehingga daya tahan tubuhnya sangat rendah Atau menurun drastis.
Oleh karena itu tatkala Wakil Menteri memberikan keterangan pers, maka Pemerintah, seperti halnya untuk Progrsam KB di tahun 1970, memutuskan bahwa Vaksinasi sekarang ini sebagai “Gerakan Nasional”. Secara spontan setelah Wakil Menteri memberikan keterangan resmi, Prof. Dr. Subroto yang berusia 92 tahun langsung memberikan semangat bahwa “kita pasti bisa”. Melalui persatuan dan kesatuan dengan kemampuan dan keerdasan anak bangsa dewasa ini, kita pasti bisa melnyelesaikan musibah Pandemi dewasa ini. Dengan semangat anak muda, Prof. Dr. Subroto yang di kala mudanya bekerja keras dalam berbagai jabatan Dirjen dan Menteri serta Guru Besar Universitas Indonesia itu sambil mengepalkan tangannya berseru “Kita sanggup bekerja keras dan berhasil”.
Tidak kalah bersemgat, begitu mikrofon dan kamera diarahkan, Prof. Emil Salim yang sedikit lebih muda, biarpun baru saja Ibu Emil meninggalkan belau menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai pejuang tanpa henti, aktifis Lingkungan Hidup seumur hidup itu, mengajak semua kalangan untuk bekerja keras mensukseskan kegiatan nasional Vaksinisasi. Semua pihak diharapkan memberikan apresiasi usaha besar ini tanpa memberikan hambatan apapun. Kegiatan ini adalah usha untuk mengurangi risiko untuk bangsa bukan saja dalam bisang kesehatan, tetapi menyangkut bidang ekonomi dan pembangunan bangsa secara menyeluruh. Karena itu semua kalangan diharapkan partisipasinya secara ikhlas dan menyeluruh.
Giliran terakhir mikrofon dan kamera diarahkan kepada Prof. Dr. Haryono yang mantan Menko Kesra Taskin yang sehari hari selalu mengirim berita dan seruan melalui media sosial merangsang partisipasi masyarakat dalam mematuhi “protokol keshatan” secara ketat. Beliau secara singkat menjelaskan resiko kaum lansia terhadap Virus Corona karena masukan gizi yang mengecil bagi lansia. Sebabnya adalah bahwa makan orang tua tambah sedikit. Lebih dari itu kaum lansia tidak lagi banyak bergerak sehingga dinamika dan tuntutan makannya juga mengecil. Karena itu risiko tertular Virus menjadi lima sampai sepuluh kali lebih besar dibanding anak muda di bawah usia 60 tahun. Karena itu daya tahan tubuh anak muda jauh lebih kuat. Apabila lansia sudah mendapat vaksinasi diharapkan agar para anak muda, termasuk anak usia sekolah yang belajar dengan sistem daring, setiap pagi sebelum ikut belajar bersama guru masing-masing melalui sistem daring mengetrapkan “kurikulum pagi” bersama orang tua dan kakek neneknya “mengumpulkan sampah” diolah menjadi “pupuk organik”. Sesudah itu halaman rumah mereka sesempit apapun diprsiapkan menjadi “Kebun Begizi” di tanami sayur bayem, kangkung dan lainnya atau ditanami pohon buah dan dibuat “kolam ikan” untuk masukan gizi keluarganya.
Kebun Bergizi di halaman rumah itu bisa mnegurangi frequensi pergi ke pasar bergerombol serta tidak lagi meningkatkan risiko tertular Virus Corono di pasar. Karena itu lansia menjadi contoh untuk meningkatkan disiplin anak-anak dan cucu-cucu menanam sayur di halaman rumah masing-masing.
Kepada para anggota PWRI, termasuk mbak Yayu yang ikut mengantar bersama suaminya serta dr. Rina Mardina yang mengantar bapaknya, dianjurkan menghubungi petugas kesehatan di setiap Kabupaten dan Kecamatan agar diberikan prioritas guna mengurangi risiko kemtian yang tinggi karena umumnya daya tahan tubuh yang menurun yang menjadikan lansia memiliki risiko yang tinggi. Semoga kegaiatan para sesepuh bangsa ini mendapat perhatian yang tinggi dari para pejabat dan jajaran pembangunan di semua desa di Indonesia. Aaamiin.