Membangun Desa bersama Anak-anak SMK
Suatu terobosan yang sangat strategis telah dilakukan oleh Pemda Jatim di bawah Gubernur Bapak Dr. Sukarwo SH, MHum yang kemudian digantikan oleh Ibu Dra Khofifah Indar Parawansa sampai sekarang. Pada waktu itu Yayasan Damandiri yang dipimpin oleh Prof. Dr. Haryono Suyono selalu membantu beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Timur, termasuk Universitas PGRI dari seluruh Jatim, khususnya dari Madiun yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Panji MPd yang sedang bersiap mengadakan Kuliah Kerja Nyata.
Gubernur Jatim begitu mendengar laporan kegiatan KKN Mahasiswa dalam pertemuan pelepasan mahasiswa Universitas Airlangga untuk KKN tersebut secara spontan memperkenalkan ribuan SMK di seluruh Jatim yang dianggap siap membantu pemberdayaan keluarga di Desa. Gubernur menyarankan agar setelah KKN Mahasiswa dilanjutkan pembinaannya oleh siswa SMK di setiap desa yang berdekatan tempat KKN berlangsung. Bahkan dalam Pertemuan tersebut Gubernur menjanjikan akan memberikan bantuan sampai Rp. 250.000,- kepada SMK yang bersedia melanjutkan pembinaan pemberdayaan yang dimulai oleh para mahasiswa di desa di dekat tempat SMK yang berminat.
Melihat arahan Gubernur dalam pertemuan di Surabaya itu setelah sampai di Magetan bersama Rektor Universitas PGRI, kami segera mengatur kunjungan ke SMK Yosonegoro yang dipimpin oleh Drs. Nahari S yang menurut informasi memiliki kegiatan yang beraneka ragam dan diduga siap melaksanakan arahan Bapak Gubernur yang kita dengar hari sebelumnya dalam pertemuan di Surabaya. Kunjungan itu dilakukan bersama Rektor dan jajaran Bank UMKM Jatim yang dipimpin oleh Dirut Bapak Dr. R. Soeroso SE, MM dan Direktur Bapak Purnomo Hadi W guna melihat kegiatan SMK Yosonegoro di Magetan tersebut. Kunjungan ke SMK tersebut diterima dengan sangat baik oleh Kepala SMK, para guru lengkap dengan seluruh murid-muridnya.
Seluruh rombongan diajak berkeliling melihat pameran kegiatan SMK, guru dan murid-muridnya dalam berbagai macam variasi, termasuk pengembangan teknologi sederhana yang sangat berguna untuk membangun industri mikro di tingkat pedesaan. Ada juga pengembangan alat-alat pertanian dan pengolah hasil pertanian yang bisa menggantikan sistem manual agar bisa mempercepat produksi hasil olahan pertanian atau industri sederhana yang mengolah hasil pertanian pada tingkat Desa. Sayang ada juga pengembangan sepeda motor untuk hobi yang tampaknya kurang sesuai dengan kebutuhan di desa kecuali desa tersebut mengembangkan wisata desa dengan atraksi khusus.
Setelah dengan tekun para tamu melakukan peninjauan maka kita bertemu dengan semua siswa dan guru SMK yang digelar di halaman sekolah. Setelah mendengarkan laporan kepala sekolah yang siap membantu rakyat desa membangun usaha pemberdayaan, maka Ketua Yayasan Damandiri Prof. Dr,. Haryono Suyono diminta menceritakan pengalaman bertemu dengan Bapak Gubernur di Surabaya serta menanyakan apakah para siswa siap melakukan praktik melanjutkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan mahasiswa di desa. Secara spontan para siswa menyatakan siap sedia dan para guru memberikan dukungannya untuk mengubah cara pandang, yaitu mengajarkan kepada siswa tentang pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan masyarakat. Bukan ilmu yang dimiliki guru tetapi tidak dibutuhkan masyarakat dan akhirnya tidak menolong tetapi memberi beban kepada siswa dan orang tuanya. Cara berpikir melihat kebutuhan pasar bukan kepandaian guru yang mengajar. Kepala sekolah berjanji akan secara bertahap mengubah cara memberi ilmu dan ketrampilan kepada para siswa agar semua produksi para siswa “laku jual dan menguntungkan”.
Hasil kunjungan itu dilaporkan kepada Gubernur dan di Jawa Timur banyak sekali SMK yang mendapat anggaran ekstra guna ikut melakukan kegiatan praktik di lapangan. Sebelumnya kegiatan praktik itu dilakukan di sekolah, misalnya suatu SMK harus praktik melakukan las, maka bisa dilakukan dengan memperbaiki pagar sekolah. Pada tahun berikutnya sekolah tersebut membongkar pagar lagi dan memperbaiki kembali sebagai bagian praktik las pada pagar yang sama.
Dalam praktik di desa tidak lagi harus bongkar pasang pagar karena bisa dilakukan untuk memperbaiki fasilitas umum yang ada di desa dengan praktik siswa dalam pengawasan guru-gurunya. Bahkan beberapa SMK bisa meminjamkan alat-alat las kepada desa yang ingin melakukan perbaikan fasilitas umum milik desa. Suatu “simbiose mutualistis” atau “kerja sama saling menguntungkan” yang memberi manfaat pembangunan desa. Alangkah indahnya kalau praktik semacam ini dilanjutkan dalam pembangunan desa dan masyarakat desa dengan dana yang melimpah, apabila serangan musibah Vovid-19 telah berakhir.