Kenangan Program AFS Intercultural: Sukarno di Australia

keith2.jpg

Usai sekolah sore hari saya biasanya jogging mengitari kawasan dan jalanan perumahan sekitar rumah. Jalanan di Keith sangat sepi, jadi melakukan jogging bisa sangat leluasa.

Karena Keith merupakan sebuah kota pedesaan yang kecil, sebagian besar tetangga sudah saya kenal, namun belum semuanya. Karena ada juga kekuarga yang jarang kelihatan aktifitasnya. Sulit ketemu.

Tetangga ada juga yang belum pernah bertemu tapi mungkin mereka sudah dengar kehadiran saya. Maklum kota pedesaan yang kecil. Rata rata penduduknya saling kenal.

Saat jogging saya melewati sebuah rumah, sekitar 500 meter dari tempat saya tinggal . Saya tidak mengenali pemiliknya. Namun di atas atap genting seseorang berteriak:

“Hi! are You the AFS student?”

Saya berhenti melangkah. Saya jawab: “yes, I am.”

“Are you Ammm?”

“ Aam! My name is Aam.” Saya bilang.

“Oh, I am sorry, Aam!” Ia menyebut nama saya seperti orang berdehem - “aham”.

Selanjutnya ia bertanya, apa betul saya berasal dari Indonesia?

“Yes, I am from Indonesia!” Ujar saya.

“Oh Indonesia, Sukarno! Sukarno!” Teriaknya.

“You know him?”

“ No, I heard about him.”

Ia rupanya baru merapikan atap genting. Ia turun.

Banyak orang tua, terutama mantan buruh/pekerja di berbagai pelabuhan di Australia, seperti pelabuhan Sydney, yang masih mengingat Sukarno. Tidak heran, karena jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, buruh Australia mendukung kemerdekaan Indonesia. Waktu itu Australia dalam pemerintahaan Partai Buruh.

Pasca proklamasi kemerdekan Indonesia, Belanda melakukan agresi militer terhadap Indonesia pada 1945 - 1949. Buruh Australia memboikot kapal-kapal Belanda yang akan menyerang Indonesia, sehingga banyak kapal-kapal Belanda akhirnya mangkrak, di pelabuhan-pelabuhan Australia, tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk menyerang Indonesia.

Nama Sukarno (ditulis demikian, dengan ejaan “u”, karena “Soekarno” dengan ejaan “oe” merupakan ejaan yang hanya digunakan dalam tandatangannya), banyak dikenal luas di kalangan buruh Australia sebagai pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Tidak heran, banyak masyarakat senior Australia yang masih mengenal Sukarno. Termasuk tetangga saya yang baru saya kenal itu. Ia bukan mantan buruh di pelabuhan Sydney, namuan pekerja di kota Adelaide, namun sebagai pekerja dulu ia sering mendengar nama Sukarno.

Senang juga, di kota yang terpencil ini ada warga yang mengenal sosok Presiden Sukarno.

(Aam Bastaman. UTrilogi. Pemilik blog aambastaman.com)

Photo: Sumber open source

Aam BastamanComment