Kerja Sama dan Komitmen Membangun Desa dan Keluarganya
Jauh hari sebelum Pemerintah melanjutkan upaya Pembangunan Desa dan masyarakat Desa meneruskan Program IDT dan IKM yang berhasil, ada pengalaman indah dan perlu dikenang yaitu kerja sama guna melanjutkan beberapa program yang di masa lalu memberikan hasil atau setidaknya menjanjikan hasil positif. Bentuk kerja sama itu adalah pengalaman yang berharga sebagai aset bangsa yang perlu dilanjutkan agar menjadi bagian dari budaya gotong royong sebagai amalan Panca Sila.
Karena kita yakin pada Pancasila yang mengandung petunjuk berharga bahwa usaha yang dikerjakan melalui kerja sama yang akrab hampir diyakini mudah dilaksanakan dan banyak pihak akan dengan ikhlas memberikan kontribusi karena merasa bahwa upaya pembangunan tersebut adalah “milik dan kepentingannya” sendiri.
Oleh karena itu, biarpun sejak akhir tahun 1990 kami sudah pensiun dari Jabatan Pemerintah dan ditugaskan memimpin suatu Lembaga swadaya masyarakat yang berbentuk Yayasan, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri sejak tahun 1996, semua usaha di lapangan kami lakukan melalui kerja sama erat dengan semua komponen pembangunan yang ada di daerah. Usaha itu tidak hanya dilakukan di Provinsi Jawa yang memiliki penduduk melimpah tetapi juga dilakukan di Gorontalo dengan jumlah penduduk yang relatif terbatas.
Di Gorontalo Prof Dr Haryono Suyono sebelum melakukan kegiatan membangun Pos Pemberdayaan Keluarga yang disebut Posdaya perlu dilakukan penanda tanganan MOU antara Yayasan Damandiri dengan Pemkot Gorontalo. Kerja sama itu dilakukan antara Walikota Gorontalo, Bapak Marthen Taha, Ketua TP PKK Provinsi Gorontalo, Ibu Idah Syahidah, dan Bupati Gorontalo, Prof Dr. Nelson Pomalingo yang menanda tangani kerja sama tersebut.
Setelah ditanda tangani kerja sama itu, dengan baik dan lancar Yayasan melanjutkan program dan kegiatannya bersama unsur-unsur pemerintah daerah dan kekuatan lain pada beberapa Kabupaten dan Kota di Gorontalo. Bahkan dengan bangga pemerintah daerah melakukan Gebyar Pembangunan disiarkan dalam suatu Acara Pertunjukan Televisi secara meriah, tanpa ada rasa bahwa lembaga swadaya masyarakat menyaingi kegiatan pemerintah. Suatu program dengan cakupan bertambah luas tetapi dilakukan dalam suatu kolaborasi yang menguntungkan rakyat banyak.
Program kolaborasi itu memungkinkan kekuatan sumber daya manusia, utamanya keahlian dalam perubahan sosial melalui program advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi bisa digalang dengan kekuatan terpadu antara kelompok masyarakat, swasta dan kekuatan pemerintah yang kadang dibatasi aturan birokrasi yang harus diikuti dengan baik.
Bentuk kolaborasi dan kerja sama terpadu itu memungkinkan kekakuan yang kadang ada pada instansi pemerintah bisa dipergunakan secara maksimal dengan indikator Sukses lengkap bukan hanya kemampuan menyerap anggaran yang biasanya oleh Kementerian Keuangan diikuti dengan ketat, padahal indikator keberhasilan yang penting biasanya tidak mengandung risiko anggaran yang berarti.
Padahal indikator yang berlaku dalam suatu gerakan masyarakat perlu juga dipertanggung jawabkan, bukan dari sudut dana pemerintah, tetapi bisa sangat lentur apabila gerakan itu makin mandiri diikuti komitmen sukarela dan mandiri masyarakat luas yang lepas dari kontrol secara ketat karena tidak menyangkut dana pemerintah yang harus dikelola ketat.
Karena itu pengalaman masa lalu itu perlu dipelihara dalam Gerakan yang melibatkan masyarakat luas dengan kerja sama yang ikhlas dan diramu indikatornya menurut “peta jalan” atau “roadmap” yang mengarah pada tercapainya sasaran secara terpadu yaitu keluarga yang bahagia dan sejahtera atau tingkat kemiskinan yang akhirnya makin hilang dari kalangan masyarakat luas.
Kerja sama itu memungkinkan adanya masyarakat luas yang berbondong karena tidak ada ukuran jumlah peserta dibandingkan suatu pertemuan yang diramu dengan anggaran pemerintah yang jumlah pesertanya hampir pasti karena diukur dari anggaran yang disediakan untuk keperluan tersebut.
Inisiasi yang terjadi di Gorontalo itu membuktikan bahwa program yang dilaksanakan merupakan awal atau penggerak program Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa yang kemudian dimulai sejak tahun 2015 sampai dewasa ini. Semoga semangat kerja sama, termasuk bersama Perguruan Tinggi., Dosen dan para mahasiswanya melalui Kuliah Kerja Nyata atau KKN yang kini dilanjutkan sebagai Kuliah Merdeka itu makin marak dan membawa hasil positif. Masyarakat makin bebas dari kemiskinan, Gizi buruk dan stunting yang masih menghantui masyarakat desa