Nikmatnya Menjadi Duta Seni Budaya Bangsa
Ibu Anak Agung Ayu Arini tatkala Bapak Kepakisan SH dipindahkan dari Bali ikut menyertai suami pindah ke Sulawesi Selatan. Tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya kepindahannya adalah dalam rangka persiapan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Kalau mengetahui, tidak ada yang tahu kapan akan dikembalikan ke Bali karena semuanya tergantung bagaimana perkembangan sikap dan tingkah lakunya di Provinsi yang baru. Kapan pula oleh Pimpinan di Jakarta beliau dianggap siap menjadi Pimpinan baru di BKKBN Bali. Keputusan Ibu Anak Agung Ayu Arini yang ikut serta sungguh bijaksana karena bisa saja Bapak Kepakisan, karena kesepian tergoda dan “tidak lulus” dalam proses percobaan menjadi calon pemimpin suatu provinsi yang sangat strategis di Bali.
Bagi program KB Provinsi Bali biarpun kecil dari ukuran penduduknya, selalu dianggap sangat strategis. Karena itu selalu didahulukan dalam pengembangan inovasi baru. Sebagai contoh, tatkala BKKBN mengembangkan pendekatan masyarakat, maka diselidiki dengan sungguh-sungguh kekuatan masyarakat yang bisa menopang gerakan pada tingkat akar rumput di Bali. Melalui beberapa hasil penelitian, diketemukan Banjar Bali yang lebih siap dibnding kampung atau desa karena memiliki kombinasi adat istiadat yang kuat. Karena itu pengembangan KB desa di Bali tidak mengerucut pada Desa tetapi dikembangkan melalui Banjar.
Dalam program KB Provinsi Bali juga sangat tepat di perankan sebagai “show window” guna mengajak Donor Agency memberi perhatian pada kemajuan program KB. Pada tahun awal gerakan KB, komitmen Presiden yang tinggi tidak otomatis mendapat dukungan anggaran yang memadai. Sebagai negara Muslim besar yang melaksanakan program KB secara resmi, kita beruntung karena mendapat dukungan negara donor. Dukungan itu berupa tenaga ahli, dana penelitian dan pengembangan yang memadai. Kalau penelitian atau pertemuan diadakan di Bali, maka Pimpinan Negara atau Lembaga Donor biasanya dengan semangat tinggi akan berkenan hadir. Bahkan tidak jarang suatu pertemuan teknis akan dihadiri oleh Pimpinan puncak, semata ingin melihat pulau Bali yang terkenal. Kalau hadir otomatis mendapat hiburan tari dan sajian budaya sekaligus. Hasilnya luar biasa, penelitian berlanjut, anggaran untuk program KB terjamin. Padahal bagi program KB penyajian hiburan seni tari di Bali tidak banyak menambah beban anggaran. Para peserta mudah dibawa ke lapangan melihat kemajuan program asalkan kita pandai-pandai memadu kegiatan dengan hiburan “komoditas mewah” yang mudah diatur berupa tarian dan nyanyi menarik karena setiap desa atau “Banjar” memiliki “kelompok penari” yang hampir sama baiknya.
Mengingat setiap Banjar memiliki anak-anak muda yang mampu menari secara sempurna, maka di Makassar Ibu Agung Arini mengumpulkan anak-anak muda, mula-mula yang berasal dari Bali, kemudian suami istri pegawai BKKBN, untuk dilatih menari Tari Bali. Untuk meyakinkan bahwa “pertunjukan Tari Bali” bisa sangat menarik, maka setiap ada acara penting di Kantor disajikan tarian Bali. Untuk acara di Kantor Ibu Agung Arini memesan pakaian tari langsung dari Bali. Pada tingkat awal, sementara anak-anak belum sempurna latihannya, tidak segan beliau sendiri mengajukan diri menari tanpa ada rasa sungkan biarpun istri seorang pejabat tinggi di kantor atau pada tingkat provinsi.
Setelah makin banyak yang pandai menari Tari Bali, maka beliau berani menyajikan “Gebyar Tari Janger” yang diikuti oleh istri-istri Kepala Bagian yang tidak asli Bali tetapi sangat mengagumkan, suatu contoh keberhasilan Duta Seni dari Pulau Bali yang mampu meninggalkan suatu jejak Budaya Nusantara dari Bali di Makassar yang memiliki tarian dan pakaian adat yang juga sangat menarik.
Di Makassar Ibu Agung Arini pernah juga menggelar pentas di Pure dalam upacara besar mendatangkan tukang banten, sesajen dari Palopo.. Sebagai Duta Seni rupanya Ibu Agung Arini pernah juga menari di banyak kota di Indonesia dan tidak kurang di 11 negara di luar negeri. Pengalaman beliau mengungatkan kami bersama Almarhumah dr, Ida Sukaman, sekretarsi BKKBN di tahun 1972, dalam acara penutupan Workshop KB internasional yang kesepuluh di Universitasa Chicago, Amerika Serikat,. Acara itu diikuti wakil-wakil negara berkembang dari sekitar 100 negara, betapa nikmatnya kita berdua menarikan Tari Janoko Cakil mewakili bangsa Indonesia sebagai Duta Seni Budaya yang disambut tepuk tangan sangat membanggakan. Kalau semua anak bangsa bisa dan mau menjadi Duta Seni Budaya dan tidak segan tampil seperti Ibu Agung Arini dan Ibu dr. Ida Sukaman, kiranya Budaya Bangaa yang sangat kita cintai akan menjadi kebanggaan umat manusia di seluruh dunia. Aamiin YRA.