Membangun Usaha Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat
Pada tanggal 23 Februari 2016, mantan Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono bersama Ketua Umum DNIKS, Bapak Tantyo Sudharmono beserta Ibu Niken Indra Dhamayanti, bersama-sama mengembangkan usaha Kesejahteraan Keluarga melalui upaya pemberdayaan di Kota dan Kabupaten Cirebon. Upaya itu dilakukan bersama Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) di Cirebon. Seperti diketahui, menurut UU upaya kesejahteraan sosial perlu dilakukan melalui tiga pendekatan, pertama, bersifat bantuan sosial, kedua, bersifat pemberdayaan dan ketiga, bersifat perlindungan sosial.
Pada umumnya masyarakat memiliki pengertian bahwa upaya kesejahteraan sosial bersifat dan dilakukan melalui “pemberian bantuan” atau terkenal dengan “bantuan sosial” yang “bersifat charity”. Upaya bantuan pemberdayaan agar masyarakat atau obyek sosial makin mandiri jarang dikenal orang. Sehingga Kementrian Sosial, sekarang disebut Departemen Sosial, terkenal memiliki tugas menangani “akibat musibah” yang terjadi dalam masyarakat atau “sisa-sisa kegagalan pembangunan” yang tidak berhasil, dan perlu ditangani melalui “bantuan hibah” agar obyek sosial atau penderita sosial bangkit kembali dan menjadi normal.
Oleh karena itu DNIKS didukung Yayasan Anugerah melanjutkan upaya sebelumnya oleh Yayasan Damandiri mengajak dosen Perguruan Tinggi dan mahasiswa semester tujuh melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa-desa membangkitkan kembali kesadaran masyarakat mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, kecacatan dan masalah sosial lainnya berbasis masyarakat. KKN ke desa membangun kesadaran masyarakat menyegarkan kembali hidup gotong royong saling bantu membantu, yang kaya dan mampu membantu yang sedang berkembang agar makin mampu mandiri dan bergerak maju. Upaya itu dimulai dengan memberikan pembekalan dan pengarahan kepada ribuan mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang melakukan KKN tematik Posdaya di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Dalam acara itu oleh Rektor dan Pimpinan LPPM, Prof Haryono diberikan kesempatan menguraikan pembentukan Posdaya di Desa. Sedangkan Ibu Niken diberikan kesempatan bagaimana secara gotong royong masyarakat yang bersatu di desa memulai usaha mikro membangun industri, perdagangan atau usaha wisata desa agar setiap keluarga memiliki kegiatan ekonomi yang akhirnya menjamin kehidupan keluarganya.
Ketua Umum DNIKS menggambarkan bahwa dewasa ini makin sulit mencari sumbangan yang “bersifat charity” sehingga setiap orang atau keluarga harus mengubah cara berpikir dan hidupnya untuk bekerja secara gotong royong yang akhirnya membantu kehidupan mandiri yang terhormat. Bahkan pekerjaan produksi bisa mulai dari produksi keperluan sehari-hari yang tidak sempat dikerjakan oleh sebuah keluarga di rumah karena suami istri bekerja di kantor atau perusahaan sehingga usaha gotong royong tingkat desa mengisi kekosongan yang biasa dikerjakan oleh keluarga secara mandiri seperti memelihara anak balitanya, mengantar anaknya ke sekolah atau ke PAUD dan sebagainya.