Kenangan Program AFS Intercultural: Dad dan Hobi Memancing

Coorong3.jpg

Sejak awal Dad menyampaikan ingin mengajak saya memancing di pantai Coorong di kawasan Coorong National Park, kira-kira 2 jam dari Keith, kota pedesaan (rural town) di bagian Selatan Australia, tempat kami tinggal.

Coorong National Park merupakan kawasan lindung di negara bagian Australia Selatan. Kalau dari Adelaide (Ibukota negara bagian) berjarak sekitar 156 km ke arah selatan kota. Selain tembus ke pantai lautan Southern Ocean, kawasan ini memiliki ekosistem laguna (lagoon), berupa kawasan menyerupai danau air asin yang terpisah dari lautan, hanya dibatasi oleh karang atau tanah daratan pemisah dari lautan. Di kawasan lindung ini dikenal dengan nama Coorong. Coorong National Park Memiliki area sekitar 490.15 km2.

Bagi penyuka alam liar kawasan lindung ini dengan aneka kekayaan natural di dalamnya, baik hewan maupun burung dan pohon serta tanaman liarnya sangat menarik.

Coorong1.jpg

Dad memang suka memancing di sela sela kesibukannya sebagai Manajer cabang sebuah perusahaan pertanian Australia. Sebelum saya datang di kota pedesaan ini dan tinggal bersama keluarga Button, Dad biasanya mengajak dua anaknya Bruce dan Peter (dua host brother saya yang tinggal di rumah). Bruce usianya masih di bawh 15 tahun, sedangkan Peter sudah 17 tahun.

Beberapa minggu setelah kedatangan saya Peter melanjutkan studi Akuntansinya di Canberra. Jadilah di rumah tinggal saya dan Bruce menemani Mum dan Dad. Kalau memancing di kawasan Coorong National Park, Dad ditemani Bruce dan Saya.

Saya sendiri punya pengalaman mancing saat masih kecil di sungai-sungai kecil di Tasikmalaya, dengan menggunakan umpan cacing. Yang saya pancing ikan-ikan sejenis ikan mujair, ikan sepat, atau kalau lagi beruntung ikan mas warna gelap.

Tentu pancing saya jauh lebih sederhana dibandingkan yang digunakan Dad sekarang. Apalagi memancing di pantai yang berombak besar. Lautannya masih kawasan lautan Selatan (Southern Ocean). Beberapa peta masih menuliskan lautan Hindia, di selatan Australia, mengarah ke Kutub Selatan.

Coorong2.jpg

Biasanya Dad menyetir sendiri Land Rover-nya, yang memang cocok untuk medan yang sangat alami seperti di Coorong ini. Saya sendiri seain waktu itu belum bisa nyetir, secara peraturan program AFS tidak diperbolehkan menyetir, apalagi tidak memiliki SIM Australia.

Pertama atau pada awal-awal ikut ikut mancing saya masih bergairah melihat kawasan baru di Coorong National Park dan pantainya yang sangat luas tapi sepi. Kecuali kawasan laguna, ini bukan pantai untuk berenang atau bersantai berjemur, tapi pantau lautan yang ombaknya besar. Saya melihat juga satu dua orang sama sama memancing. Tapi selebihnya tidak ada orang lagi. Betul-betul sepi.

Tapi acara memancing selanjutnya saya merasa tidak seru lagi, selain udara yang panas maklum waktu itu musim.panas. dan musim panas di Australia selatan bisa mencapai 40 derajat celcius...

Padahal Dad suka sekali dengan memancing, terutama di musim panas seperti ini, di akhir pekan yang tidak bentrok dengan urusan lain. Dia pernah bilang kehadiran saya mudah- mudahan membawakan keberuntungan, dapat ikan yang besar. Tapi hasil pancingan Dad, biasanya tidak sesuai dengan harapan. Paling beberapa ekor ikan saja sebesar lengan saya yang kecil ini.

Dan juga mengira saya menyukai acara mancing ini, jadi saat saya bilang sebenarnya tidak terlalu suka ia nampak agak kecewa. Tapi saya menyukai perjalanannya melintasi Coorong National Park.

Berikutnya kalau ia mau memancing selalu bertanya dulu: “Mau ikut?”. Padahal biasanya ajakannya agak-agak maksa dengan bersemangat: “Ayo kita mancing!”

Kini saya punya pilihan kalau Dad lagi ingin mancing, menghilangkan kepenatannya di kantor: Mau ikutan mancing atau ikut acara lain di rumah. Tapi kasihan juga Dad, sebelumnya selalu antusias mengajak saya mancing....

(Aam Bastaman. Alumni Program AFS Intercultural. Pemilik blog aambastaman.com).

Photo: Coorong National Park, SA. (Sumber open access)

Aam BastamanComment