Membaca Praktik Lapangan sebagai Pedoman Manajemen yang Dinamis
Sejak kami ditunjuk sebagai Kepala BKKBN mulai tahun 1983, kita mengajak para Dosen Senior FKM UI di Jakarta sebagai konsultan menyusun strategi manajemen handal agar mampu menyelesaikan target penurunan fertilitas sepuluh tahun lebih cepat seperti kita laporkan kepada Bapak Presiden.
Salah satu strategi adalah bagaimana memberikan kepercayaan pada seseorang sebagai pimpinan BKKBN di daerah. Seorang Kepala akan berfungsi memperkuat ”komitmen semua mitra kerja” agar semua kegiatan lapangan berjalan lancar. Strategi ini lebih banyak meniru praktik yang dilakukan oleh TNI ABRI yaitu suatu model bahwa seseorang dari kegiatan administrasi kemudian dinaikkan menjadi penanggung jawab operasional. Artinya dari penanggung jawab administrasi kepada penanggung jawab operasional.
Sebagai contoh, setelah kita amati Provinsi Bali pada tahun 1990-an terdapat seorang Kepala Bagian yang menonjol Bapak Kepakisan. SH Seperti praktik Pak Harto yang memiliki Buku Kecil guna mencatat tokoh-tokoh menonjol untuk disiapkan menjadi Pimpinan, seperti Bupati, Gubernur atau Menteri. Karena itu mulai kita catat nama tokoh tersebut. Akhirnya tiba kesempatan bahwa beliau perlu dilatih dari kegiatan operasional sebagai Kepala Bagian Operasional untuk Provinsi Bali menjadi pejabat administrasi. Sehingga beliau kita pindahkan ke Provinsi menjadi Koordinator di Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah satu tahun tiga bulan maka Bapak Kepakisan kita kembalikan ke Bali dan ditetapkan sebagai Kepala BKKBN sejak bulan September 1996 guna melanjutkan upaya pemberdayaan melalui semua jajaran di desa, melalui klian dan Banjar yang sangat kuat di tingkat paling bawah.
Kebiasaan lain yang kita contohkan adalah “kunjungan Kepala atau pejabat senior” kepada Kepala dan jajarannya dengan Pimpinan baru. Kunjungan itu biasanya disinergikan dengan pertemuan formal atau informal bersama jajaran mitra BKKBN di daerah sekaligus sebagai silaturahmi dan mendengarkan kebijakan atau penyegaran kegiatan operasional baru.
Untuk Provinsi Bali biasanya diisi dengan kegiatan seni berupa tarian yang indah. Bagi Bali kegiatan seni itu tidak memakan biaya ekstra karena dilakukan oleh keluarga BKKBN atau anggota Unit Pelaksana yang datang dari desa dan hampir tiap desa memiliki kelompok seni dan tari tersendiri. Apalagi istri Kepala BKKBN Provinsi Ibu Anak Agung Ayu Arini adalah Dosen ISI, sangat menggemari, menguasai dan mahir menari. Beliau tidak saja mahir menari tetapi sudah melakukan tarian tersebut di Makasar, acara Gubernuran di Denpasar Bali dan banyak pentas lainnya.
Kegiatan kunjungan tersebut biasanya pada hari berikutnya diteruskan dengan peninjauan di lapangan melihat praktik kegiatan staf, utamanya kerja sama antara PLKB, bidan dan gerakan PKK dalam Posyandu atau kegiatan kelompok akseptor KB yang menangani pemberdayaan keluarga untuk dikembangkan dari keluarga prasejahtera menjadi keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II dan akhirnya menjadi keluarga sejahtera III Plus.
Pertemuan di tingkat Provinsi atau Kabupaten itu sangat berguna karena bagi BKKBN Pusat bisa menyegarkan pengalaman mereka dari daerah-daerah. Bagi teman-teman di daerah bisa mendapatkan hal-hal yang baru menyangkut kebijakan baru serta langkah-langkah kerja sama antar berbagai Departemen yang perlu tindak langsung di daerah.