Sejak kemarin Jakarta dan Bekasi Banjir Besar
Musibah bencana alam, tanah longsor, angin kencang dan banjir rupanya tidak menjadi monopoli daerah saja. Virus Covid-a9 juga tidak menjadi monopoli atau milik orang kota tetapi sekaligus juga merambah ke daerah pedesaan. Sejak kemarin Kota Metropolitan yang sehari sebelumnya daerah banjir tahun lalu ditinjau Gubernur Anies karena “bebas banjir”, tetapi sejak kemarin sampai hari ini media sosial penuh dengan laporan dari pemilik kamera hape yang merekam daerah elite perkotaan yang jalan rayanya biasa penuh mobil berseliweran dengan bebas, hari ini laporan visual itu penuh mobil yang seakan berenang dalam arus sungai yang meluap. Setiap mobil hanya kelihatan terlintas atapnya saja. Entah penumpangnya sudah lari keluar mobil menyelamatkan nyawa dengan meninggalkan mobil mereka megap-megap seperti kerbau yang sedang menikmati mandi di kubangan yang bagi kerbau nikmat, tetapi bagi pemilik mobil mungkin merupakan musibah. Daerah Semanggi, Simatupang dan lainnya banjir total. Mas Dr. Mulyono yang kemarin melaporkan air sudah sampai menyentuh perut, hari ini melaporkan sudah masuk rumah dan memaksa peralatan dapur yang menjamin makan siang bisa dimasak, pindah ke lantai atas. Ibu Rika pelopor PAUD yang gigih dari Bekasi Barat yang biasa menjadi pelopor Kebun Gizi dengan tanaman sayur di halaman rumah tidak lagi kelihatan tanamannya. Ibu Sammah, Ibu Rosmini yang biasa membimbing pengembangan Posdaya, Ibu Ros yang mantan PLKB dan dalam hidupnya pernah “menjadi guru” bagi tamu-tamu dari Nigeria, India dan lainnya ikut juga merasakan adanya banjir yang luar biasa. Tetapi sangat tenang, sabar dan tawakal menunggu mukjizat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dilaporkan bahwa di Rawa Lumbu banjir sejak jam 2.00 pagi sehingga penduduk praktis semalam tidak tidur tetapi berjuang mengamankan barang berharga ke lantai atas, atau terpaksa di simpan dalam loteng di atas plafon dengan segala resikonya. Ananda Ria di Buncit Indah malah ajari cucunya mancing karena halaman rumahnya dan bagian belakang terlihat ada ikan yang kelihatan bermain seakan menghibur keluarga yang sedang memikirkan musibah banjir. Suatu pemandangan menarik, ada yang senang dan bahagia karena kawasannya bertambah luas, di mana-mana ada air, tetapi banyak yang merasa sangat terganggu.
Ibu-ibu yang di masa lalu getol membuat kelompok gotong royong PKK, mengubah dirinya menjadi kelompok Posdaya sampai berkembang dengan segala kegiatannya. Posdaya mengendor, ibu-ibu mengubah kelompoknya menjadi kelompok Kampung KB, yang bermula dari Kampung yang KB-nya rendah, sekarang kata KB berubah menjadi Kampung keluarga berkualitas dengan kesertaan KB tinggi. Suatu fleksibilitas yang intinya adalah gotong royong yang kuat antar keluarga setempat. Karena itu di tengah banjir ada saja yang masak nasbak isi cumi, sayur rika-rika dan lainnya yang siap berbagi dengan santapan yang nikmat.
Karena itu tatkala Menteri Sosial RI Ibu Tri Rismaharini yang akrab dengan masyarakat kemarin berkunjung ke daerah banjir, bukan hanya sumbangan dan dapur umum yang diharapkan tetapi kesempatan selfie atau foto bersama untuk kenang-kenangan berfoto dengan pejabat pada saat banjir merupakan acara yang sangat dinantikan. Kunjungan pejabat untuk para relawan desa selalu menarik dan menghibur. Apabila tidak ada pejabat yang datang, mantan pejabat saja bisa merupakan “hiburan segar” guna mengurangi penderitaan musibah yang hampir setiap tahun datang tersebut. Tetapi jangan kaget, bagi masyarakat desa, foto selfie itu bisa jadi poster untuk dipajang di desa yang kegunaannya lain dibanding pada waktu foto itu diambil. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kita kekuatan. kesabaran dan tawakal serta tetap ceria menghadapi percobaan yang mudah-mudahan segera berakhir diganti dengan kebahagiaan menikmati kebersamaan diiringi dengan berkah yang melimpah. Aamiin YRA.