Peringatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri ke 20
Bertempat di Audiorium Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada tanggal 15 Januari 2015 diadakan acara Malam Syukuran HUT ke 20 Yayasan Damandiri yang secara khusus diisi Pemberian Penghargaan Posdaya sebagai Rujukan Nasional untuk tahun 2015. Terlihat Almarhum Bapak Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Prof Dr Haryono Suyono sedang potong tumpeng yang disaksikan oleh Rektor UNNES dan beberapa Bupati/Walikota yang mendapatkan penghargaan Damandiri Award karena mengembangkan Posdaya di daerahnya dengan sangat berhasil.
Seperti diketahui Yayasan yang mulai dikembangkan pada tanggal 2 Oktober 1995, mestinya tanggal 1 Oktober 1995 guna memperingati Hari Kesaktian Pancasila, tetapi karena jatuh pada Hari Minggu, digeser tanggal 2 Oktober. Hari itu di Bina Graha, disaksikan Bapak HM Soeharto, Bapak Haryono Suyono, Bapak Sudwikatmono dan Bapak Liem Soei Liong, di deklarasikan tekad pendirian suatu Yayasan yang kemudian dinamakan “Yayasan Dana Sejahtera Mandiri” disingkat “Damandiri”. Sejak saat itu digencarkan pengumpulan modal awal yang dipersiapkan guna menolong pemberdayaan sekitar 13 juta keluarga prasejahtera yang diutamakan pertama kali adalah “peserta KB” untuk didampingi dalam proses pemberdayaan secara sistematis menjadi keluarga yang mandiri yang sejahtera. Deklarasi awal itu kemudian dikukuhkan pada tanggal 15 Januari 1996 sebagai tanggal resmi pendirian Yayasan Damandiri yang misi dan tekad komitmnennya di deklarasikan pada tanggal 2 Oktober 1995.
Dalam peringatan Ulang tahun yang acaranya disumbangkan para penggerak Posdaya dari puluhan ribu desa yang dipilih oleh para penggerak Posdaya dari daerah itu sendiri tampak sangat marak dan terasa sangat adil karena yang memilih penggerak desa dari daerah secara bertahap. Tidak ada preferensi dari Panitia Pusat karena “kompetisi antar wilayah” ini adalah prakarsa yang berasal dari setiap daerah. Karena itu tatkala “juara ditetapkan”, tidak ada protes atau rasa tidak puas karena mereka melihat dan merasakan, serta menyaksikan dengan seluruh rombongannya bahwa yang dianggap juara memang memiliki kelebihan yang pantas di contoh.
Setelah penghargaan diserahkan mereka makin mengetahui bahwa kompak sesama peserta adalah kunci keberhasilan suatu regu, termasuk tepuk tayang gegap gempita dari penyokong yang berasal dari simpatisan antar kelompok yang dibina selama mereka bersama menjadi peponton. Mereka yang selalu mendapat tepuk tangan dan “teriakan dukungan” adalah mereka yang bisa memperoleh nilai tinggi.
Gebyar seni itu menjadi ciri dari ulang tahun Damandiri yang ke 15 karena setelah itu Ketua Yayasan Damandiri yang baru tidak meneruskan acara itu di bawah asuhan Ketuanya yang baru. Kegiatan Yayasan sengaja diturunkan hanya pada sekitar sepuluh atau lima belas desa sehingga gagasan pengembangan kerja sama gotong royong warga desa di seluruh Indonesia terpaksa hanya ditularkan oleh dan dari desa yang dilanjutkan. Kerja sama dengan Perguruan tinggi secara terbatas dilanjutkan melalui Yayasan Anugerah dan lebih banyak dilanjutkan Kementerian Desa PDTT melalui Program Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa dengan kucuran dana langsung ke seluruh desa secara besar-besaran. Langkah-langkah positif dari mendiang Bapak HM Soehartodilanjutkan dengan semarak.
Dalam suasana ulang tahun ke 15 itu kita teringat perjuangan awal Yayasan Damandiri yang berusaha mengentaskan klemiskinan melalui Gerakan Sadar Menabung dengan memancing sekitar 13,6 juta keluarga belajar menabubung dalam Gerakan Tabungan Keluarga Sejahtera atau Takesra. Kepada sekitar 11,2 juta setelah memiliki tabungan Takesra bisa mengambil kredit Kukesra melalui Bank BNI. Program itu nyaris berhasil tetapi karena pemerintah memutuskannya maka terpaksa dihentikan.
Setelah Bapak Presiden HM Soeharto berhenti sebagai Presiden, nyaris Yayasan Damandiri akan “disita” oleh negara. Untung bisa diseleamatkan dengan menempatkan dananya pada banyak sekali BPD di daerah untuk kredit bagi keluarga prasejahtera dengan cepat, sehingga kalau harus disita, maka terpaksa mengumpukannya dari puluhan ribu keluarga yang tersebar di seluruh desa di Indonesia.
Sesuai petunjuk Bapak HM Soeharto Yayasan tetap harus berkiprah menolong anak keluarga msikin untuk memasuki Perguirun Tinggi. Maka diabnyulah anak keluarga misin untuk pergi ke Pusat-pusat PT mengambil ujian masuk ke PT. Banyak yang bisa di dekatkan “mondok saat ujian” tetapi karena tingkat kapandaian anak desa yang terbatas mereka kalah saing dengan anak kota yang mewah fasilitas belajar. Akibatnya banyak tidak lulus tes masuk.
Yayasan merubah strategi dalam menolong anak desa. Anak-anak SMA yang sekolah di desa dengan sekolah yang jarang meluluskan anak desa masuk PT dibantu dengan memberi “kursus tambahan” tentang matematika dan bahasa Inggris yang biasanya menjadi sebab seorang anak tidak lulus tes asuk PT. Yayasan meminjam guru-guru dari berbagai SMA untuk memberi pelajaran tambahan kepada anak-anak di SMA desa yang mendapatkan tambahan pelajaran secara gratis di sekolah aslinya dengan guru khusus yng didatangkan ke sekolah mereka. Alhamdulillah jumlah anak keluarga prasejahtera yang bisa masuk PT bertambah, tetapi belum menyelesaikan masalah. Akar-akarnya adalah kemiskinan orang tua yang tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya selama menempuh pelajaran pada SMA yang diikutinya.
Pak Harto masih segar, maka dengan persetujuan beliau Yayasan mulai bergaul dengan beberapa Rektor Perguruan Tinggi. Kita ajak para Rektor mengerahkan mahasiswanya terjun ke Desa dalam bakti sosial dengan nama Keliah Kerja Nyata (KKN) mendampingi masyarakat dan keluarga desa membanbangun kebersamaan mengentaskan kemiskinn. Kelompok keluarga desa yang membangun kebersamaan itu kita namakan Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Maka mulailah Gerakan pembentukan Posdaya oleh ratusan KKN Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Sampai akhir tahun 2015 tercatat sekitar 450 PT negeri dan swasta ikut dalam gerakan luar biasa ini. Pendanaan gerakan ini disediakan oleh PT masing-masing. Yayasan Damandiri membantu tenaga ahli dari Yayasan atau Perguruan Tinggi tetangga untuk membantu memeprsiapkan tenaga pelatih bagi mahasiswa yang akan terjun ke desa.
Bersama sekitar 450 PT yang menyalurkan mahasiswa yang dikelola oleh LPPM masing-masing Perguruan Tinggi dan para anggota PKK Desa dibentuk sekitar 40.000 Posdaya diseluruh Indonesia. Sebagian ada yang mengembangkan menjadi koperasi dan sebagian lagi Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga. (UPPK). Yayasan tidak melarang siapa yang punya, ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga PKK, ada UPPK milik Kelompok Peserta KB, ada yang milik kelompok Organisasi agama tetapi semua dalam satu kesatuan kelompok sehingga bisa saling tolong menolong. Yayasan menyalurkan dana kredit melalui BPD atau Bank UMKM di desa.
Posdaya ini berkembang marak sampai puncaknya meluas kepada usaha seni dan wisata atau usaha lainnya yang sebagian di pentaskan dalam Pentas Gebyar Seni Posdaya pada peringatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri ke 20 di Semarang. Setelah tahun 2015 sebgaian Posdaya tetap berkembang sampai dewasa ini, sebagian lagi membaur pada uaha pemerintah melalui Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa. Yayasan Anugerah Kencana Buana melanjutkan pendampingan melalui berbagai Webinar dan menyediakan bahan-bahan ajar melalui You Tube dengan kode : youtube.com/c/HARYONOSUYONO-Prof. You tube tersebut terbuka untuk umum dan untuk kalangan Perguruan Tinggi dan Masyarakat luas.