Dr Charles dan Ibu Yuli siapkan Pemberdayaan Keluarga Industri di Jepara

igi1.jpg

Hari ini Dr. Charles Purba Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IGI bersama Ibu Yuli Ismiyati dari Yayasan Anggrek KCB disertai para Dosen STIE IGI Bapak Daniel dan Bapak Hendro serta dua orang mahasiswa Semester tujuh, Padilawati dan Ridho mengadakan kunjungan khusus pada Pimpinan Yayasan Anugerah Kencana Buana (Anugerah) di Jakarta. Kunjungan itu diterima oleh Ketua Yayasan mas Drs Fajar Wiryono didampingi Sekretaris Mas Drs. Rudi Lubis dan Pembina Prof. Dr. Haryono Suyono di Aula HSC Center di Perdatam, Jakarta.

igi2.jpg

Ibu Yuli dari KCB yang selama ini dibina bersama oleh Yayasan Anugerah sudah sangat maju dan dalam waktu dekat akan membangun kantor sendiri di Bekasi. Seperti diketahui Yayasan KCB di Bekasi yang dipimpin Ibu Yuli melakukan pemberdayaan keluarga penyandang cacat dengan berbagai kegiatan kerja. Mereka diajarkan untuk terampil dan tidak menyerah pada upaya “minta-minta bantuan” tetapi dilatih bekerja menjahit Masker, kaos, sarung tangan dan lainnya sehingga mahir dan rajin bekerja memelihara pelanggannya dengan produk berkualitas.

Dewasa ini di era pandemi tetap bekerja keras dengan protokol kesehatan paripurna sehingga produknya memenuhi pesanan yang datang dari Kementerian di Jakarta dan memperoleh kontrak sampai satu juta Masker dari Pemda Jawa Barat. Seperti pernah diberitakan, Ibu Yuli dan suami semula berasal dari Malang yang memulai pemberdayaan keluarga cacat dengan mengambil kredit enam mesin jahit dengan sumbangan agunan berupa  kredit pada Bank Jatim yang agunannya berupa deposito berasal dari dermawan yang menyisihkan dana deposito sebagai agunan yang tidak diambil selama pinjaman belum lunas.

igi3.jpg

Melalui kredit enam mesin jahit itu pengalaman mengelola pembuatan kaos dan sarung tangan di praktikkan di Jakarta dengan mengambil kredit dari Cabang Bank Jatim di Jakarta untuk mulai membeli mesin jahit otomatis sehingga seseorang yang hanya memiliki sebuah kaki dapat bekerja dengan baik. Bahkan seseorang yang tidak bisa mendengar bisa betah menjahit hampir tanpa istirahat karena tidak mendengar bisingnya suara mesin jahit yang digunakannya.

Pada waktu ini jumlah mesin jahitnya telah melebihi enam puluh enam dengan perlengkapan mesin pemasang tali dan mesin industri garmen lainnya secara lengkap sehingga bisa memproduksi Masker, Kaos dan perlengkapan pakaian kerja lainnya. Agar tidak menjadi suatu industri yang besar, utamanya  dalam suasana Pandemi Covid-19 dan setiap karyawan bekerja dari rumah maka mesin jahit yang dimiliki saat ini sebagian dikirim ke rumah-rumah penduduk sehingga penduduk yang berminat bekerja tekun dan di rumah masing-masing dapat bekerja dari rumah. Bahan baku yang sudah dipotong rapi dikirim ke rumah setiap pekerja.  Pada hari tertentu hasil produksi diambil untuk dilakukan pemeriksaan kualitas jahitan dan dibayar sesuai yang dianggap bagus dan lulus pemeriksaan. Yang catat dikembalikan untuk diperbaiki karena Ibu Yuli mementingkan kualitas yang menjamin pelanggan setia. Suatu kemajuan yang luar biasa dan menambah pekerja para penyandang cacat dan gadis-gadis muda yang berasal dari kampung setempat.

igi4.jpg

Dr. Charles Purba yang semula adalah aktifis PWRI sangat tertarik pada usaha sosial kemanusiaan, sehingga tatkala ditugasi sebagai Rektor STIE IGI di Jakarta ingin mengulangi kegiatan berbagai Perguruan Tinggi yang di masa lalu melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sekarang dinamakan Kuliah Merdeka dengan memberi kesempatan kepada Mahasiswa semester ke tujuh terjun bersama masyarakat di Desa membangun Desa dan masyarakat desa.

Direncanakan STIE IGI akan mengirim tenaga sukarela terjun ke Jepara pusat  produksi kain tenun yang di masa lalu mengirim produksi ke Bali untuk konsumsi turis yang datang ke Bali. Kegiatan itu, karena kedatangan turis sangat terbatas hampir lumpuh karena gangguan pandemi yang belum berakhir. Para mahasiswa dan dosen akan melakukan penelitian dan membantu mencari solusi bagaimana mendapatkan cara baru atau pasar baru bagi banyak sekali produksi para penenun tradisional yang sekarang hidup dalam keadaan produksi yang sangat terbatas dan konsumen asing yang biasa datang tetapi gara-gara Covid-19 kedatangan mereka terbatas.

igi5.jpg

Di samping itu Jepara juga sangat terkenal dengan ukiran kayu yang sangat indah dan akan diselidiki bagaimana menggairahkan pemasaran baru agar bisa mendongkrak produsen dengan produksi yang lebih besar, laku jual dan menguntungkan. Setelah mendapat beberapa petunjuk yang pernah dialami oleh Prof. Dr. Haryono Suyono yang bersama BKKBN pernah membina kelompok Peserta KB di Jepara dengan produksi kain tenun dalam kelompoknya serta berbagai kegiatan Posdaya di Jepara dalam industri kecil, maka para mahasiswa akan segera berangkat ke Jepara untuk mengenal masyarakat dengan target mengikut sertakan para pelaku industri rakyat di Jepara dalam Pameran Handicraft bulan Oktober mendatang. Semoga niat baik tersebut mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lebih dari itu mendapat kemudahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment