Melepas Kejenuhan di Kebun Astuty, Cinangka

cin1.jpg

Hari Sabtu kemarin, tanggal 13 Februari 2021, keluarga besar Alimoeso, khususnya mas Dibyo dan anak cucunya, mas Hery juga dengan anak cucunya, mas Bagyo dengan isterinya, mas Tri Ria dan cucunya, mas Fajar dan Bima serta mas Rudi, Rina dan kami berkumpul minum kopi, jus, makan soto serta sub Iga yang nikmat di Kebun Astuty di Cinangka.

Setelah minum kopi dan menikmati makanan kecil sebagian dari kita melihat tanaman jagung dan sayur yang baru di tanam. Dalam dua minggu akan panen sayur, dua bulan lagi dipastikan akan panen jagung dan lainnya. Panen hari ini sudah habis terjual diantara para kerabat yang mendapatkan “harga pabrik” yang jauh lebih murah dan segar karena ditanam dengan sistem Organik tanpa pupuk kimia. Harga pabrik tidak mencari untung tetapi hanya khusus untuk membeli bibit baru agar tanaman bersifat lestari.

Setelah makan-makan kenyang dengan variasi yang luas karena pemasoknya makin banyak. Restoran yang awalnya hanya sedia kopi dan jus segala asal dan variasi, hari ini sudah berubah menjadi restoran tetapi sebenarnya tidak bermodal karena ternyata pada era pandemi dewasa ini banyak ibu rumah tangga menyimpan bakat memasak aneka macam yang bisa disajikan dengan variasi menarik tetapi ditawarkan dengan “harga pabrik”. Pemasok selalu datang pada setiap akhir minggu karena sejak pagi banyak yang mampir, mulai dari anak-anak muda, dewasa sampai setengah tua yang masih sanggup mengayuh sepeda asal sering berhenti untuk minum dan menghela nafas panjang.

cin2.jpg

Keuntungan pemasok tanpa aturan yang ruwet dari Menteri Perdagangan atau Menteri Koperasi bisa mengatur diri mereka dengan baik. Mereka melakukan bagi hasil yang dibagi sesuai perjanjian. Yang menarik adalah bahwa masing-masing pemasok ikut aktif menjadi konsultan pemasaran ikut aktiif saling mengundang palanggan. Pelanggan tetapnya adalah para pemuda yang setiap weekend selalu datang sejak pagi-pagi bersepeda keliling kampung lengkap dengan protokol kesehatan. Mereka menghirup udara bersih di kampung yang jalannya mulus dengan pemandangan sekitar seperti desa yang tenang, sejuk dan nyaman.

Sejak beberapa minggu terakhir ada rombongan anak-anak muda yang tadinya iseng berlatih sambil minum kopi atau jus, bermain musik diikuti latihan menyanyi yang menarik. Kemungkinan sebagai usaha menghilangkan rasa bosan tetap tinggal di rumah. Kita cek apakah mereka mematuhi protokol kesehatan, ternyata sama-sama ketakutan atas serangan Virus Covid-19, sehingga biarpun memetik gitar tetap patuh pada protokol kesehatan.

Penyanyi ulung pak Dibyo, mantan Deputy BKKBN, begitu musik dan penyanyi dari rombongan berhenti untuk minum, mikrofon langsung disaut. Langsung kasih instruksi menyesuaikan nada untuk siap menggantikan penyanyi yang sedang beristirahat minum. Beliau tanpa diminta siap bertindak sebagai penyanyi selingan. Ditariknya pak Haryono dan pak Bagio sebagai penyanyi pendamping. Begitu pak Dibyo mendapat nada suara yang cocok, langsung buka hape dan mulai memberi perintah seakan masih seperti Deputy KB. Musik yang menderu langsung diikuti dengan suara yang merdu, Pak Haryono yang ahli pidato dan joget, langsung mengetuk ketukan tongkat ikut berjoget mengikuti irama nyanyian seakan menari mengikuti irama yang segar dan gemulai. Suatu hari Sabtu yang penuh berkah dari para pensiunan lansia yang patuh protokol kesehatan dengan sajian makanan bergizi yang langsung dipetik dari Kebun Astuty yang menawarkan makan aneka macam, segar dan harga terjangkau.

cin3.jpg

Jangan lupa suasana desa yang nyaman tidak jauh dari Jakarta, tidak jauh dari Lapangan Golf Pondok Cabe Modern Land serta memiliki pemandangan sepanjang jalan yang tidak sesibuk di Bunderan HI dengan kepastian yang nyaman karena bukan Zona Merah dalam area Pandemi. Silahkan datang ke Kebun Astuty di Kampung Cinangka yang nyaman dan sejuk.

 

Haryono SuyonoComment