Musik Lesung Sambut Kunjungan Lapangan Bupati dan Ketua Yayasan Damandiri
Nun di sekitar tahun 2010 - 2015, Bupati Karanbganyar, Ibu Dr Hj Rina Iriani Sri Ratnaningsih, SPd, MHum sedang getol membangun desa sebelum maju seperti sekarang, ingin sekali desanya maju pesat. Pada waktu itu konsep membangun desa dengan modal mandiri didengar beliau dilakukan Yayasan Damandiri bekerja sama Perguruan Tinggi yang memiliki konsep mirip keinginan beliau.
Karena itu Pimpinan Yayasan diundang melihat gagasan dan praktik Ibu Bupati membangun Desa di Karanganyar. Pada waktu kami, Prof. Dr. Haryono Suyono, masih menjabat Ketua Yayasan yang didampingi Dr. Mulyono D. Prawiro dan staf berkunjung ke Karanganyar. Setiba di Karanganyar kami langsung diajak Ibu Bupati berkunjung ke desa guna melihat usaha pembangunan desa di suatu desa yang relatif jauh dari Ibukota Kabupaten.
Di desa yang namanya kami lupa, disambut sajian “musik lesung” oleh ibu-ibu muda yang secara menakjubkan menabuh lesung dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan dengan sempurna. Ibu Bupati yang gesit menjelaskan bahwa permainan musik itu dilakukan oleh rombongan bukan perorangan secara sengaja sebagai bagian pelatihan kebersamaan “gotong royong” sesuatu yang tidak dikerjakan sendirian karena melalui kebersamaan, suatu pekerjaan mudah dikerjakan dan tumbuh kebersamaan sebagai terjemahan konsep Pancasila, yang bisa mudah diajarkan secara praktik di Desa.
Dari acara itu Ibu Bupati menjelaskan bahwa Pembangunan untuk keluarga sendiri adalah kewajiban untuk setiap keluarga, tetapi membangunan secara bersama, gotong royong tujuannya agar semua pihak berpartisipasi adalah cita-cita yang masih perlu dilembagakan karena cakupan dan hasilnya makin besar, memberi keuntungan bersama yang harus disosialisasikan sebagai cita-cita yang sangat didambakan oleh Bupati yang lincah tersebut.
Secara kebetulan Yayasan Damandiri yang pada waktu itu dipimpin Prof. Dr. Haryono Suyono getol dan bersama berbagai Perguruan Tinggi menyebar luaskan gagasan pemberdayaan masyarakat dan keluarga melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengajak masyarakat desa membangun kebersamaan untuk membangun keluarga dan desanya yang prinsipnya sama.
Selesai acara sambutan singkat penuh arti, sederhana dan mengesankan sepanjang perjalanan di desa menuju tempat pertemuan dengan rakyat itu, tamu-tamu disuguhi kegiatan ibu-ibu yang membatik., suatu produk lokal berseni yang ternyata banyak yang bisa melakukannya tetapi kurang mampu memasarkan secara terhormat sehingga tidak memberi keuntungan kepada pembatik yang sesungguhnya merupakan seniman berbakat. Bupati ingin agar para pejabat Desa, Kecamatan dan Kabupaten mengambil alih pemasaran produk batik tersebut sehingga keluarga desa yang berbakat mendapat pekerjaan di rumah dengan hasil lumayan untuk meningkatkan usaha pemberdayaan keluarganya.
Sesampai ke tempat pertemuan kita disuguhi dengan “kopi hangat” yang bubuknya berasal dari desa dijajarkan dengan kopi yang bubuknya berasal dari merek populer. Ternyata kopi lokal terasa lebih nikmat dibanding dengan kopi dengan bubuk kopi terkenal sehingga para tamu yakin bahwa bubuk kopi lokal bisa lebih unggul. Suatu perbandingan untuk merangsang cinta pada kopi lokal yang rasanya tidak kalah dengan kopi yang sudah punya nama. Suatu “strategi pemasaran yang tidak kenal maka tidak suka”.
Malam itu di ruang pertemuan dibahas strategi membangun keluarga desa dengan mengangkat produk lokal dengan komitmen tinggi bersama para mahasiswa yang mengikuti kuliah kerja nyata dan menempatkan keluarga desa tidak hanya sebagai konsumen tetapi melalui upaya pemberdayaan dikembangkan menjadi produsen berbagai kegiatan dan produk desa. Termasuk upaya memberi penghargaan terhadap seni lokal sebagai atraksi turis yang tidak ada duanya dalam sistem modern tetapi membawakan irama yang sedap didengar telinga serta menyejukkan. Penghargaan yang sangat tinggi terhadap prakarsa Ibu Bupati yang dinamik. Selamat untuk Ibu Bupati. Kami yakin dibawah kepemimpinan Bupati yang sekarang, Bapak Drs. H. Yuliatmono, Karanganyar yang dinamik sangat maju. Semoga..