Apresiasi Kuliah Merdeka yang Memberi Manfaat Ganda
Selama tahun 2005 sampai 2015, bekerja sama dengan sekitar 450 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Yayasan Damandiri yang kala itu oleh Presiden HM Soeharto sebagai pendiri bersama tiga tokoh nasional lainnya Prof. Dr. Haryono, Sudwikatmono dan Liem Soei Liong, kepemimpinannya diserahkan kepada salah seorang pendirinya Haryono Suyono, setiap tahun selalu memberi dukungan terhadap kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dewasa ini oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mas Nadiem Makarim disebut sebagai Kuliah Merdeka.
Gerakan KKN itu minimal memiliki tiga keuntungan yang luar biasa, pertama, bagi mahasiswa pada saat mereka berada pada semester ketujuh bisa langsung mencoba ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah langsung kepada masyarakat luas di desa, kedua, bagi masyarakat mendapatkan pendampingan guna memperkenalkan dan sekaligus melakukan rintisan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat di lingkungan keluarga dan di desanya dan ketiga, bagi setiap perguruan tinggi lebih banyak mengenal masyarakat sehingga siap memulai prakarsa penelitian dan pengembangan ilmu berdasar pengalaman, hasil pengamatan dan pengalaman dosen pembimbing dan mahasiswa dalam masyarakat desa tempat mahasiswa melakukan kerja bersama masyarakat luas selama satu atau satu setengah bulan.
Gerakan KKN diadakan satu kali, dua kali atau ada yang sampai lima kali dalam satu tahun tergantung jumlah mahasiswa semester tujuh yang ada. Kegiatan KKN umumnya merupakan kesempatan yang di tunggu dan biasa disambut dengan antusias oleh mahasiswa serta para dosen pembimbing. Mereka belajar banyak dari masyarakat desa dan kalau perlu mendapatkan bahan untuk menulis kertas kerja akhir, skripsi, untuk akhir masa kuliah. Para mahasiswa umumnya memperoleh pengalaman yang sangat luas di masyarakat desa. Ilmu yang mereka pelajari memperoleh kesempatan diperkenalkan kepada masyarakat luas. Lebih dari itu mereka belajar membangun kerja sama memperkenalkan suatu gagasan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan di Desa.
Sebelum berangkat ke Desa pada umumnya LPPM setiap Perguruan Tinggi memberi pembekalan tentang tata cara bergaul dengan masyarakat desa serta program utama yang akan dibawakan selama masa KKN. Pada saat pemberangkatan mahasiswa ke desa Rektor, Ketua Yayasan Damandiri bersama Dosen senior biasanya diberi kesempatan memberikan pesan-pesan pembekalan akhir.
Ketua Yayasan Damandiri biasanya memberikan pesan agar para mahasiswa mempertahankan kekompakan antar teman sejawat dan memelihara kredibilitas Kampus mereka sebagai kampus yang selalu menghasilkan lulusan yang cinta tanah air dan sangat menghargai warganya, utamanya masyarakat desa yang dibantu dengan pendampingan pemberdayaan. Lebih dari itu para mahasiswa dianjurkan membuat Kelompok Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya agar apa yang disampaikan para mahasiswa dan dosen pendamping terus dilanjutkan oleh kelompok yang dibentuk dan dibina selama satu bulan, atau menjadi tempat bertanya tentang kemajuan masyarakat yang mereka kembangkan dan bina selama melakukan KKN dan setelah kembali ke kampus.
Dianjurkan agar para dosen pendamping dan mahasiswa memperkenalkan program dan kegiatan yang mudah dilaksanakan dengan berhasil sehingga memberi kesan bahwa apa yang diberikan mahasiswa memberikan pencerahan dan hasil yang menguntungkan masyarakat luas. Oleh karena itu umumnya mahasiswa sangat berterima kasih atas pencerahan tersebut dan memberikan sambutan yang meriah, seperti ditunjukkan mahasiswa Semester ke tujuh UPI di Bandung, calon-calon Sarjana Pendidikan yang bergerombol berebut bersalaman atau mencium tangan dengan rasa terima kasih yang mendalam.
Semoga setelah pandemi kegiatan KKN tersebut diselenggarakan lagi sesuai arahan Menteri yang kalau perlu dilaksanakan sebagai Kuliah Merdeka sampai tiga semester karena bisa membawa keuntungan pemberdayaan masyarakat dan keluarga di desa serta pembangunan desa menuju desa dengan masyarakat mandiri yang dinamik. Insya Allah.