Waspadai Gangguan Menelan Pada Pasien Penderita Stroke

Ujang Salim saat memberi penjelasan pada acara Zoom Meeting Kamisan Yastroki

GEMARI.ID-JAKARTA. Pada pasien Stroke masalah yang sering muncul baik pada saat perawatan di Rumah Sakit atau perawatan di rumah adalah sering tersedak ketika hendak menelan makanan atau minuman. Jika kejadian tersedak ketika dalam masa perawatan di Rumah sakit hal itu bisa ditanggulangi oleh perawat, namun jika kejadian tersedak berada di rumah, tentunya akan mengkhawatirkan, karena tidak semua anggota keluarga bisa menangani, bahkan cenderung bingung dan panik tidak tahu bagaimana menanganinya, karena jika salah menangani akibatnya bisa fatal bagi si pasien. Demikian dijelaskan Ujang Salim dalam acara zoom meeting Kamisan Yastroki, Kamis (23/12/2021)

 Lebih lanjut ia mengatakan, dalam istilah kedokteran  tersedak disebut disfagia yang artinya adalah kesulitan dalam menelan cairan dan atau makanan yang disebabkan karena adanya gangguan pada proses menelan  (wemer, 2005). Gejala gangguan menelan bervariasi dari yang paling ringan seperti rasa tidak nyaman di kerongkongan hingga tidak mampu menelan makanan dan cairan, katanya.

 Selanjutnya, masih menurut Ujang Salim, untuk mendeteksi gangguan menelan pada pasien stroke dapat dilakukan dengan cara :

1. Adanya droling (ngeces ilernya).

2. Sulit mengunyah makanan berserat.

3. Bicara pelo/artikulasi kurang jelas atau ngoceh tanpa arti atau diam.

4. Tersisa makanan dalam mulut.

5. Sulit menelan makanan padat, cairan dan atau air putih.

6. Berkurang atau menghilangnya daya pengecapan.

7. Rongga hidung terasa terbakar, kualitas suara menurun.

8. Makanan atau minuman keluar dari hidung.

9. Tersedak atau ada perasaan tercekik pada waktu menelan.

10. Melakukan gerakan berlebihan/ berusaha keras untuk menelan.

11. Membutuhkan waktu lama saat menelan.

12. Sering mengalami  infeksi saluran pernapasan.

 

Ada beberapa prinsip  umum pada saat  latihan makan dan minum, yaitu :

·      Pasien  harus compos mentis ( sadar penuh ).

·      Pastikan pasien  tersebut duduk setegak  mungkin dengan elevasi kepala + 70 – 90 derajat dan sedikit fleksi.

·      Pastikan suapan pertama habis (2 kali telan),  lalu suapan berikutnya.

·      Pasien jangan diajak bicara  ataupun bicara.

·      Pasien diharapkan harus nyaman.

Dalam paparannya Ujang Salim menjelaskan “Pasien stroke perlu di tingkatkan kemampuan  kontrol oral – motor yang meliputi latihan ruang lingkup gerak (bibir, lidah, mandibular), latihan dengan tahanan, dan latihan kontrol bolus.” Adapun terapi yang dapat ditangani pada pasien stroke yang mengalami gangguan menelan dapat dipakai dengan dua cara dengan terapi direct dan indirect, terapi direct, terapi menelan makanan atau cairan secara langsung dengan melalui teknik kompensasi dan perubahan posture, teksture dan volume serta konsistensi makanan. Terapi direct diberikan setelah diyakini penderita “alert” dan refleks menelan baik. Sedangkan indirect terapi restorasi neuromuskuler melalui latihan-latihan pada kemampuan motorik orofacial dan atau sensitifitas refleks menelan secara volunter, kata ujang yang juga sebagai terapis di RSCM, pungkasnya. @Budi Kusumanto-MDP

Mulyono PrawiroComment