Ibu Pandi Tampil di Acara HARYONO SHOW Edisi ke-14
GEMARI.ID-JAKARTA. HARYONO SHOW merupakan program acara yang dipandu oleh Prof Dr Haryono Suyono dan digelar setiap bulan secara online dan disebar-luaskan melalui Youtube, Facebook an media lainnya oleh Haryono Suyono Center (HSC) bekerja sama dengan Handoko Maestro Consulting-Coaching-Communicating. Program ini dirancang untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan masalah Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan berbagai masalah yang aktual yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Haryono Show ke-14 menampilan narasumber antara lain dr Srihartati P Pandi, MPH, seorang tokoh perempuan yang hebat dan berusia Panjang, Dr Ir Illah Sailah, MS, Rektor Univeritas Binawan Jakarta dan Dra Hj Maya Rosida, MM, mantan Wakil Bupati Wonosobo. Kamis (23/12/2021).
Dr Srihartati P Pandi, MPH biasa disapa Ibu Pandi, saat ini telah berusia 90 tahun dan masih terlihat sehat dan segar serta tampil mempesona di acara HARYONO SHOW ke-14. Saat ditanya oleh co-host, Dr Mulyono D Prawiro, apa resep sehat dan berumur panjang, dengan rendah hati Ibu Pandi menjawab. Menurutnya, Ibu Pandi adalah keturunan Jawa-Sunda, ayah yang saat itu menjabat sebagai Lurah di salah satu kampung di Purworejo, Jawa Tengah sedangkan Ibunya berasal dari Jawa Barat (Sunda) tepatnya dari Garut.
Mantan Ketua STIKes Mitra RIA Husada ini menjelaskan, agar sehat dan berumur panjang, pertama, ajaran yang selalu ditanamkan oleh orang tuanya adalah kejujuran dan On-Timer. Itu yang saya lihat saat ini sudah agak kurang, ada sebagian orang yang mulai berani tidak jujur, berani tidak On-Time. Bagi saya On-Time itu sudah mandarah daging, apabila terlambat itu pasti ada alasan. Keduanya adalah pemikir, baik berpikir mengenai masa lalu untuk menjadi contoh, yang tidak baik tidak perlu dilaksanakan, yang baik diteruskan dan dibesarkan. Jadi otak kita selalu tidak berhenti, tapi kadang-kadang otak berjalan tapi fisik sudah sepuh, jadi harus seimbang dan alhamdulillah semuanya sehat walafiat sampai sepuh masih bisa memberikan sumbangan kepada negara dan bangsa kita.
Yang ketiga adalah kejujuran, kita harus berani jujur, kalau kita melakukan yang baik, tetapi jujur juga kalau kita melakukan kesalahan, jujur juga untuk mengakui kesalahan itu dan memperbaiki kesalahan itu. Jadi senantiasa kejujuran itu diperlukan, kemudian mengingat orang baik, tidak semua adalah pengingat orang banyak, jadi banyak orang yang egois, dari orang yang memikirkan orang banyak. Karena memikirkan orang banyak itu memerlukan perhatian dan sumbangan. Kita biasanya sering harus menyumbang sesuatu, bahkan apa yang kita cintai terpaksa kita sumbangankan, apa yang kita tidak ingin lepas, terpaksa kita lepaskan. Nenek moyang kita itu banyak sekali nasehat-nasehat yang digambarkannya dalam bahasa yang kadang kita kurang mengerti, jadi harus dijelaskan, tetapi indah-indah sekali, tambahnya.
Mantan Deputi Bidang Pendidikan dan Pengembangan BKKBN ini berharap, suatu waktu nanti, kebudayaan yang bagus-bagus itu bisa dibuka dan dijelaskan lebih jelas lagi, seperti tulisan Bahasa Jawa seperti honocoroko, itu merupakan suatu budaya yang sangat unit. Dalam suatu pekerjaan, bekerja banyak sekali yang kelihatannya kecil sebenarnya besar untuk membangun bangsa kita. Bila hal itu bisa ditulis akan indah sekali, pungkasnya. (MDP)