Lisa Trina Arlym Dosen STIKes Mitra RIA Husada Jakarta Berhasil Meraih Gelar Doktor

Lisa Trina Arlym saat mempertahankan Disertasinya dihadapan tim penguji secara online

GEMARI.ID-JAKARTA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menggelar Sidang Promosi Doktor secara online yang dipimpin oleh Ketua Sidang, Prof. Dr. dra. Evi Martha, M.Kes. Hadir sebagai tim penguji dan penyanggah, Dr. Besral, SKM., M.Sc, Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, MSc, Prof. Dr. dra. Evi Martha, M.Kes, Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes dan Dr. Indra Supradewi, SKM., MKM serta promotor, Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, DrPH, dan kopromotor Prof. Dr.dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG (K)., MPH dan Dr. Yekti Widodo, SP., M.Kes. Turut hadir sebagai tamu kehormatan, Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Dewan Pembina Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan (YKBRP), dr Srihartati P. Pandi, MPH, Dewan Penyantun STIKes MRH, Dra Sri Danti Anwar, MA, Ketua STIKes MRH, Dr Mulyono D Prawiro, Sekretaris BP dan para Wakil Ketua STIKes MRH serta keluarga dan sahabat Lisa Trina Arlym. Selasa (21/12/2021).

Menurut Promotor Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, DrPH, dalam laporan pertanggungjawaban akademik ia mengatakan, sebelum menyelesaikan pendidikan S3 di FKM UI, Dr. Lisa Trina Arlym menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Budi Kemuliaan Jakarta, DIV Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Dr. Lisa Trina Arlym merupakan mahasiswa yang cerdas, ulet, disiplin dan sangat mandiri sehingga tidak heran bila sbeliau menyelesaikan dengan hasil yang sangat membanggakan, sehingga sebagai dosen telah memberikan contoh yang sangat baik untuk mahasiswanya, jelasnya.

Lebih lanjut Prof. Endang mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh Dosen STIKEs Mitra RIA Husada Jakarta ini merupakan penelitian sangat penting dilihat dari beberapa aspek. Saat ini pemerintah telah menjadikan stunting sebagai salah satu prioritas karena selain prevalensinya di Indonesia termasuk yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Stunting yang terjadi pada masa anak dalam kandungan sampai usia 2 tahun meningkatkan risiko menurunnya kecerdasan dan risiko penyakit tidak menular pada usia dewasa seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan stroke selain juga pendek. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Panjang Badan Lahir Rendah (PBLR) merupakan dua kondisi yang mengindikasikan bahwa bayi telah mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan selama dalam kandungan sehingga mengancam kualitas anak-anak di masa depan, tambahnya.

Selanjutnya, guru besar jembolan Johns Hopkins University, Amerika Serikat ini menyampaikan, dalam hal ini berat badan lahir yang diteliti oleh Dr. Lisa Trina Arlym adalah 3.000 gram karena berbagai penelitian menyebutkan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan kurang 3.000 gram pun sudah mempunyai risiko lebih besar untuk menderita penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan stroke pada usia dewasa. Oleh karena itu pencegahan BBLR dan PBLR merupakan langkah yang sangat penting bagi masa depan seseorang. Penelitian Dr. Lisa Trina Arlym telah menunjukkan bahwa BBLR dan PBLR dipengaruhi oleh kepatuhan bidan dalam memberikan pelayanan ANC dan tidak hanya kepatuhan ibu hamil untuk melakukan ANC sesuai rekomendasi, katanya.

Oleh karena itu Bidan dapat berperan besar dalam meningkatkan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui upaya pencegahan terjadinya BBLR dan PBLR melalui pelayanan ANC yang berkualitas dengan meningkatkan kepatuhan dalam melakukan standar ANC yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah darah. Proses penelitian dan analisis Dr. Lisa trina telah mendapatkan masukan yang berharga dari tim pembimbing dan penguji yang merupakan pakar-pakar yang hebat dalam bidangnya, pungkasnya. (MDP)

 

Mulyono PrawiroComment