“Kurikulum Pagi” Menanam di Halaman Rumah Makin Populer

T1.jpg

Sejak masa lalu penanaman tumbuh-tumbuhan di halaman rumah selalu dikerjakan oleh penduduk. Popularitasnya selalu bergeser dari paling intensif sampai paling jarang sangat tergantung pada masyarakatnya. Di tempat-tempat yang tanah garapannya luas, ada kecenderungan bahwa petani sangat rajin menanam segala sesuatu di sawah karena seluruh tenaga sudah terkuras di sawah mengerjakan sawah ladangnya. Tetapi bagi keluarga yang rajin selalu saja ada waktu untuk menggarap halaman rumahnya dengan tanaman yang berguna seperti sayur mayur untuk keperluan rumah tangganya. Ada kalanya keluarga yang rajin memanfaatkan halaman rumahnya menjadi taman yang indah dengan tanaman bunga atau hiasan lain yang memperindah suasana di sekitar rumahnya.

kb13.jpg

Karena gangguan Virus Corona atau Covic-19, anak-anak pelajar SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi terpaksa belajar dari rumah, karena pengaruh Virus itu memaksa semua kegiatan di lakukan dari rumah atau di rumah saja guna menghindari berkumpulnya banyak orang. Ini semua karena menghindari penularan yang sangat berbahaya sehingga pemerintah dan kita semua melakukan protokol kesehatan yang mengharuskan setiap orang untuk memakai Masker dengan disiplin tinggi, tidak bersalaman kalau bertemu satu sama lain, mengambil jarak sekitar satu setengah meter atau lebih, tidak berkumpul dengan banyak orang dan tidak melakukan bepergian ke keluar rumah atau keluar kota kalau memang tidak sangat diperlukan.

Keharusan belajar atau bekerja dari rumah itu telah menggelitik Prof. Dr. Haryono Suyono, yang dewasa ini adalah Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, dan semula untuk waktu yang lama menjabat sebagai Kepala BKKBN, Menko Kesra dan Taskin, serta di masa lalu melaksanakan Program UPGK, Program Gizi Keluarga dan mendapatkan pengalaman yang luas dalam pengembangan “Kebun Bergizi” dengan memanfaatkan halaman rumah penduduk, terpanggil untuk mengingatkan masyarakat menggunakan kesempatan yang terbuka, merangsang dan menyegarkan kembali kebiasaan UPGK, khususnya merangsang pengembangan “kurikulum Pagi” dengan mendorong jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan “kurikulum pagi” atau “kuliah pagi” dengan lebih dulu di rumah masing-masing “mempersiapkan halaman rumah” dengan pengolah tanah dan mengumpulkan sampah. Tanah diolah untuk siap tanam dan sampah dikumpulkan untuk membuat pupuk organik sehingga tanah yang tidak subur bisa di beri pupuk organik tersebut. Apabila telah siap maka tanah yang sudah subur bisa di tanami sayur dan buah-buahan sehingga keluarga bisa memanfaatkan hasil tanaman itu menambah gizi keluarganya.

dir2.jpg

Untuk itu sengaja dilakukan penjajakan kepada tiga instansi dengan sungguh-sungguh, yaitu pendekatan dengan Dirjen Pendidikan Tinggi yang mendapat sambutan dengan baik dari Dirjen Dikti Prof. Ir. Nizam MSc, DIC, PhD yang menyambut gagasan ini dengan sangat baik. Penjajakan yang sama juga dilakukan dengan jajaran Kementerian Pertanian, khususnya dengan Direktorat Jendral Hortikultura dengan Dirjen Dr. Ir. Anton Prihasto Setyanto MSc dan bersama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan Dirjen Dr. Ir. Suwandi MSc yang menyambut gagasan “kurikulum pagi” dengan sangat baik. Pada hari Kamis nanti direncanakan suatu pertemuan dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan untuk mendapat dukungan beliau.

posy.jpg

Secara kebetulan Kepala BKKBN Pusat Dr dr Hasto Wardoyo SpOG, konon minggu lalu mengadakan pertemuan dengan Presiden Jokowi untuk yang intinya adalah penugasan agar BKKBN menjalankan fungsi koordinasi program dan kegiatan untuk menagani masalah stunting yang akhir-akhir ini melanda banyak daerah di Indonesia. Peristiwa ini mirip dengan kerja sama antara BKKBN bersama Departemen  Kesehatan di masa lalu melakukan koordinasi dan kegiatan operasional Usaha Peningkatan Gizi Keluarga atau UPGK di desa-desa bersama jajaran PKK di seluruh Indonesia. Melalui Program UPGK tersebut dengan sabar keluarga-keluarga desa bisa menurunkan kasus gizi buruk termasuk stunting di masa lalu. Dengan partisipasi dan arahan penggunaan produksi padi dan beerbagai jenis makanan lokal yang mengandung nutrisi untuk melenyapkan stunting, termasuk jenis padi khusus  yang akan di tanam pada hamparan sekitar 50.000 ha tahun depan, produksi sayur yang melimpah di halaman rumah penduduk serta tanaman buah yang luas, mudah-mudahan keluarga Indonesia akan bisa mengatasi gizi buruk dan melenyapkan stunting dari bumi Indonesia. Kita akan siapkan sumber daya manusia unggul pada ulang tahun kemerdekaan yang ke 100 di tahun 2045 yang akan datang. Semoga “kurikulum pagi” dan beberapa program lain yang segera terwujud akan mendorong perbaikan gizi keluarga dan lenyapnya kasus stunting dari bumi tercinta Indonesia.

Haryono SuyonoComment