Berguru pada Penemu Biopori “Ir. Kamir R. Brata” dari IPB

bi1.jpg

Saya mengenal istilah Biopori pertama kali dari Prof. Dr. Ir. Asep Syaifuddin, waktu itu Rektor Universitas Trilogi di Jakarta. Beliau yang juga Dosen senior dari IPB rupanya ingin menyebar luaskan penemuan dari Perguruan Tinggi asalnya tentang Lubang Resapan Air Biopori itu kepada rekan-rekan Dosen Universitas Trilogi dan para mahasiswa dengan langsung membuat Lubang Biopori di sekitar Kampus di kawasan Kalibata di Jakarta. Beramai-ramailah dosen dan para mahasiswa mengebor tanah untuk membuat Lubang Biopori tersebut untuk keperluan resapan air di tanah, di halaman dan di sekitar wilayah kampus. Resapan air itu ditujukan memperbaiki lingkungan kampus agar tidak tergenang di kala hujan atau air mudah teresap ke dalam tanah dengan baik.

Hari ini dalam kesempatan “Belajar Merdeka” banyak warga Posdaya dari seluruh Indonesia diundang oleh Dr. Yanefri Banchtiar mengikuti acara “kampus Desa” ikut “Kuliah Merdeka” dengan topik Lubang Resapan Biopori oleh inovator utamanya Bapak Ir. Kamil R. Brata yang telah melakukan penelitian dan memberi petunjuk luas tentang Lubang Resapan Biopori kepada mahasiswa dan khalayak ramai di banyak tempat. Acara kampus Desa yang ke 56 hari ini, yang dilahirkan karena pembinaan dan pengembangan Posdaya, dibuka dengan pengantar oleh Ketua P2SDM, Dr. Amiruddin Saleh MSc,  yang melanjutkan tradisi yang sangat baik dari P2SDM sebelumnya dalam memberikan pencerahan kepada kader-lader di desa dalam pemberdayaan masyarakat yang baik kepada masyarakat luas di desa. Melalaui Kampus Desa IPB memperkuat tekad  “Kuliah Merdeka” yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Nadiem Makarim,  yang memperluas kesempatan “kuliah bagi rakyat” dengan mendengarkan dan mendapat materi berharga dari para ahli yang ada di setiap kampus bagi rakyat banyak. Kuliah Merdeka memberi kesempatan kepada kader-kader Posdaya yang selama ini getol memberdayakan masyarakat luas di desa mendapatkan materi berharga dari Ilmu yang menyebar luas di Kampus dan hasil penelitian yang tersimpan di Kampus-kampus tersebut.

bi2.jpg

Melalui Kuliah Merdeka dari “Kampus Desa” tersebut secara tidak langsung P2SDM memberdayakan masyarakat luas melalui Posdaya di seluruh Jawa Barat, melakukan penelitian dan penerbitan hasil penelitian tentang peran Posdaya dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan cara itu sekaligus IPB menghasilkan beberapa Sarjana, Master dan Doktor dengan latar belakang penelitian tentang kiprah Posdaya dan hasil-hasil positif yang diraihnya. Seperti hari ini, dalam Kuliah yang ke 56, Kampus Desa memperkenalkan Latar Belakang Lubang Biopori sebagai Lubang Resapan Air yang secara khusus memperbaiki lingkungan dan menyalurkan air hujan atau dari mana saja asalnya ke dalam tanah untuk memperbaiki kualitas tanah dan lingkungan melalui kerja sama dan bantuan berbagai makluk hidup yang hidup di dalam tanah yang secara bersama-sama makan sampah organik sekaligus melalukan proses pengolahan sampah organik yang di makannya.

Oleh karena itu penemu Lubang Resapan Air Ir. Kamil R. Brata menekankan berkali-kali dalam uraiannya bahwa Lubang Biopori itu tidak sembarangan di buat di lapangan tetapi dipilih di tempat yang ada air atau menjadi jalur aliran air sehingga lubang-lubang menukik ke bawah berukuran permukaan sekitar 10 cm itu harus diisi sampah organik pada permukaannya secara rutin sebagai makanan makluk hidup di dalam tanah dan sekaligus menampung dan menyerap air untuk disalurkan ke bawah dengan lubang-lubang pori sehingga melalui lubang-lubang pori-pori di sepanjang jalan air serapan menyebar masuk dengan manis ke semua arah di dalam tanah. Resapan sepanjang jalan itu akan membasahi dan menyuburkan tanah sekitarnya sehingga sekitar lubang-lubang yang banyak itu akan penuh dengan air tidak dari atas permukaan tanah tetapi dari sepanjang jalur lubang yang menukik ke bawah.

bi4.jpg

Oleh karena itu lubang ke bawah di dalam tanah itu tidak boleh di semen atau di salurkan dengan pipa beton atau paralon, hanya permukaannya saja sekitar lima sampai sepuluh cm untuk mencegah tertutup tanah yang bisa di lapis dengan paralon atau semen, seterusnya di lepas bebas tanpa lapisan agar bisa menghasilkan pori-pori tanah biasa untuk menyerap air mengalir ke kiri dan kanan lubangnya.

Apabila pada permukaan lubang di isi dengan sampah organik maka sampah-sampah organik itu akan di makan dan dikunyah oleh makluk hidup sepanjang lubang dan otomatis memperkaya tanah di sekitarnya dengan baik sehingga tanah tidak retak atau longsor karena kaya dengan isian yang diisikan oleh pasukan makluk hidup di dalam tanah yang selalu dilewati oleh air. Oleh karena itu Lubang-lubang Biopori harus di tempatkan pada posisi yang mendapat aliran air hujan atau air dari sumber mana saja sehingga selalu bernuansa basah agar makluk hidup di dalam saluran biopori dapat menikmati hidup yang nyaman dengan sampah organik basah yang menjadi makanan untuk menjamin hidupnya sekaligus memperkaya kualitas tanah di sekitarnya. Menurut Ir. Kamal kondisi ini merupakan suatu sinergitas laiknya pengembangan Biopori yang berfungsi sebagai “The Factory of Life” sehingga Biopori “menghidupi makluk di dalam tanah” suatu “simbiose mutu alistis”, kerja sama kehidupan antar makluk hidup yang sangat harmonis.

bi3.jpg

Kuliah yang sangat hidup tersebut mengundang banyak sekali pertanyaan sehingga sampai akhir acara suasana tetap segar dan pengertian tentang Lubang Resapan Biopori bertambah jelas, baik sebagai Upaya Pengembangan Lingkungan Hidup yang sangat vital maupun untuk memelihara kualitas tanah agar tetap subur lestari, lebih-lebih dalam menghidupkan gagasan Kebun Bergizi pada halaman rumah yang perlu segera kita kembangkan dalam suasana lebih banyak tinggal di rumah guna menghindari penularan Virus Corona yang belum juga mereda dewasa ini. Kurikulum pagi perlu juga diisi pengertian tentang Biopori sebagai usaha untuk memelihara kualitas tanah dan lingkungan yang lebih sehat. Semoga.

Haryono SuyonoComment