Gagasan “Kurikulum Pagi Bercocok Tanam” makin meluas
Gagasan sederhana yang dilontarkan oleh Mantan Menko Kesra dan Taskin Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum PB PWRI, yang kini masih aktif membantu Menteri Desa PDTT sebagai Ketua Tim Pakar, dan disebar luaskan melalui Media Sosial gemari.id dan Sindikat Post, yang bermarkas di Surabaya serta di kutib berbagai media sosial lainnya, makin mendapat perhatian luas. Ibu Prof. Dr. Mufidah, Srikandi Posdaya yang di masa lalu telah memberi pencerahan kepada puluhan IAIN atau UIN di seluruh Indonesia dalam Gerakan KKN berbagai Perguruan Tinggi Islam melalui pembentukan Posdaya di berbagai Pesantren, Desa sekitar Masjid dan Desa binaan KKN puluhan Perguruan Tinggi Islam itu menyatakan bahwa gagasan kurikulum pagi tersebut dapat dipadukan dengan baik bersama kegiatan Posdaya yang telah ada di berbagai tempat tersebut.
Tanggapan dan apresiasi pertama muncul dari Dirjen Pendidikan Tinggi, Prof. Ir. Nizam, MSc, DIC, PhD, melalui WA pribadi menyatakan bahwa gagasan tersebut “keren”. Lebih lanjut Dirjen yang dinamik tersebut, sebelum menjabat sebagai Dirjen Dikti, Prof. Nizam menjabat Dekan Fakultaa Tehnik UGM periode 2017-2021, sekaligus Guru Besar di Departemen Teknik Sipil FT UGM. Meraih gelar Ir. dari FT UGM, yang telah melaksanakan gagasan tersebut di lingkungan Universitas Gajah Mada, khususnya di lingkungan Fakultas Tehnik. Kemdian dari Prof. Mudrajad Kuntoro, MA, PhD Rektor Universitas Trilogi di Jakarta.
Prof. Dr. Gufron, mantan Wakil Menteri Kesehatan, sekarang menjabat Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi tentang Covid, sekaligus Rektor Universitas Trisakti, menyatakan apresiasinya dan menghargai gagasan gemilang tersebut, biarpun tidak baru lagi, tetapi momentumnya sangat tepat dan merupakan gagasan yang dengan mudah dapat dilaksanakan oleh setiap keluarga di desa maupun di kota. Sekaligus menjadi pekerjaan rumah yang mengasyikkan dan membawa manfaat bagi keluarga dan masyarakat yang seluruh anggotanya banyak tinggal di rumah. Setiap pagi bisa berjemur dan bertambah tinggi daya tahannya. Pendapat Prof. Dr. Gufron ini di benarkan oleh Ibu Ina Gufron yang memberikan tanggapan terpisah secara spontan bersama puluhan warga nitisen yang membaca atau menerima berita dari seluruh Indonesia melalui media sosial yang memuat gagasan tersebut.
Drs. Fajar Wiryono dan Drs. Rudy Lubis, dua pengurus inti Yayasan Anugerah di Jakarta, berjanji bahwa dalam waktu singkat, akan di produksi bersama mitra-mitra kerja bahan ajar berupa vidio-vidio singkat yang akan di pajang pada chanel You Tube, tentang pembuatan lahan tanam yang siap untuk mulai Kebun Bergizi, pembuatan pupuk Organik, dan berbagai cara bertanam di halaman rumah lainnya. Sebenarnya, bahan-bahan dari berbagai kalangan, termasuk dari Perpustakaan Nasional siap tersedia di Perpustakaan Desa di seluruh Indonesia.
Prof. Dr. Haryono Suyono, sebagai Ketua Umum PB PWRI yakin bahwa kesediaan para pengurus di tingkat daerah sampai ke tingkat desa, mereka dengan senang hati, rata-rata sebagai kakek dan nenek dalam setiap keluarga, akan senang sekali menjadi pengawal anak cucu dan cicit mereka mengadakan kegiatan pagi mengumpul sampah untuk pembuatan pupuk Organik, mengolah tanah untuk persiapan Kebun, atau memelihara tanaman setiap pagi sambil berjemur sebelum mengikuti pelajaran dari guru atau dosennnya melalui sistem daring dengan alat canggih komputer. Semoga gagasan ini segera menjadi bagian dari “budaya baru” dengan “norma baru” yang mendukung pengembangan “keluarga kecil, bahagia, sejahtera dengan dinamika tinggi” untuk kesejahteraan dan kejayaan bangsa. Aamiin YRA.