Dosen Traveling: Urusan Sampah di Holland Street Kensington
Catatan Aam Bastaman
Masalah sampah saya lihat terjadi juga di London. Pagi-pagi pukul 6.00 saya keluar hotel, jalan-jalan mengitari sekeliling kawasan Holland Street sampai ke Holland Park di kawasan Kensington. Sambil menggerakkan badan, olah raga pagi. Berjalan kaki di pagi buta merupakan kebiasaan saya saat traveling.
Holland Street merupakan salah satu jalan di kawasan Kensington London. Saya tidak mendapatkan informasi kenapa dinamakan Holland Street. Nama Holland sendiri merupakan bekas salah satu provinsi di Belanda, namun sering juga secara informal digunakan sebagai nama lain dari Belanda (Netherlands). Salah seorang yang membangun di kawasan ini tercatat pertama kali oleh John Jones tahun 1724. Namun bisa jadi kata Holland berasal dari nama pemilik salah satu bangunan utama milik Lady Rich, yang merupakan istri dari Henry Rich, yang bergelar Earl of Holland (title yang diberikan kepada Baron Kensington pertama) pada abad ke 17 (di Inggris gelar kebangsawanan Earl lebih tinggi kedudukannya dibandingkan Baron). Saat-saat awal kawasan jalan ini disebut Parson’s Yard, namun kemudian dirubah menjadi Holland Street pada awal 1800. Novelist Inggris Radcliffe Hall (1880-1943) pernah tinggal di kawasan ini. Tidak jauh dari Holland Street juga ada taman yang rindang yang disebut Holland Park.
Pagi-pagi pukul 6.00 jalanan masih relatif sepi. Sepanjang jalan Holland Stret saya lihat banyak tong sampah besar (di sini disebut bin) dipenuhi tumpukan sampah, yang dibungkus bermacam-macam bungkus plastik. Saking menumpuknya sampah beberapa tong sampah yang ada (berbentuk gentong platik yang besar, berwarna hijau dan banyak yang beroda) tidak mencukupi. Walhasil, banyak tumpukkan sampah meluber keluar tong.
Tong-tong sampah tersebut berjejer di depan hotel, apartemen, kantor-kantor ataupun rumah-rumah sepanjang Holland Street. Sebenarnya tong-tong sampah tersebut cukup rapih namun karena banyak tong sampah yang penuh jadi kelihatan meluber ke luar tong. Saat itu sedang musim semi, sering turun hujan, disertai angin kencang. Karena angin sangat kencang itulah banyak tumpukkan sampah menjadi berantakan, tersapu angin kencang, sampai ke trotoar dan jalanan. Saya sempat mengambil foto, untuk saya tunjukkan bagaimana berantakannya tumpukkan sampah yang tertiup angin kencang.
Untungnya, tidak lama kemudian datang truk pengangkut sampah. Mengambil sampah yang berserakan dan membersihkan trotoar dan jalanan dari sampah. Sehingga tidak lama, jalanan bersih kembali. Pukul 7.00 jalanan sudah mulai ramai dan berisik kembali dengan suara mobil. Jarang ditemukan ada sepeda motor. Paling-paling hanya satu-dua.
Kebersihan kota memang tidak bisa lepas dari jasa petugas kebersihan dan petugas pengangkut truk sampah. Bisa dibayangkan bagaimana kotornya jalanan tanpa kehadiran mereka. Di Inggris mereka biasa disebut Binman. Konon para binman ini kehidupannya cukup sejahtera, pemerintah kota London menjamin asuransi kesehatan dan pensiun mereka dan dengan pendapatan yang memadai. Berdasarkan informasi yang saya terima, rata-rata gaji Binman di Inggris sebesar 19.353 Pound sterling per tahun atau sekitar Rp. 367.707.000.- jauh melampaui gaji dosen di Indonesia bahkan dengan jabatan Lektor Kepala (Associate Professor) sekalipun.
Secara umum London kota yang bersih, disiplin warga soal kebersihan ini terlihat dari kebiasaan mereka dalam memperlakukan sampah. Mereka sangat menjaga kebersihan kota. Hanya saja sebagai bukan perokok saya agak terganggu dengan kebiasaan merokok warga London di depan pintu-pintu hotel atau di pintu-pintu kantor. Bahkan di dalam hotel aroma rokok yang berasal dari mulut perokok kadang masih tercium.
Aam Bastaman – Univ. Trilogi (Dosen, Pelancong dan Penulis).
Foto-foto: Istimewa (Sumber open access).