Dosen Traveling: Hampir Tertabrak Sepeda di Hyde Park
Ini perjalanan sekitar dua tahun lalu. Saya ingin merasakan suasana pagi-pagi buta di musim semi kota London. Pukul 5.00 pagi saya sudah keluar hotel di Holland Street, di kawasan South Kensington menuju Hyde Park, salah satu taman terbesar di kota London, yang memiliki luas 142 hektar, sekaligus menjadi ruang terbuka terluas di london. Udara terasa dingin sekali, padahal saya sudah mengenakan mantel tebal yang saya peroleh sebagai hadiah saat mengunjungi Michigan, Amerika Serikat, sudah lama sekali lebih dari 15 tahun lalu. Tentu saja jaarang dipakai.
Gerimis turun, membuat tubuh terasa lebih dingin lagi. Suasana masih gelap, hampir tidak terlihat ada orang-orang di jalanan.
Saya berjalan kearah Holland Park (taman kecil terdekat dengan hotel tempat saya menginap), dimana di sebelahnya ada Design Museum, yang waktu itu belum sempat saya masuk ke dalam. Namun di depannya ada halte (shelter) bis. Syukur pelayanan bis sudah mulai berperasi. Saya naik bis N97. Ternyata masih kosong. Terlihat hanya satu orang penumpang di dalamnya. Ini rute bis dari stasiun Hammersmith ke Trafalgar Square, salah satu pusat kota London di kawasan Westminster, namun saya tahu bis ini melewati Hyde Park, bersebarangan jalan dengan Kensington Palace (tempat dulu Pangeran Charles dan Lady Di tinggal di awal-awal perkawinan mereka). Ciri khas bis di London adalah berwarna merah dan bertingkat dua. Gambar bis London ini menjadi salah satu ciri khas London, sebagaimana mobil yang digunakan untuk taksi, yang berukuran kecil, mungil dan selatif seragam.
Turun di shelter bis Hyde Park di seberang Kensington Palace, kemudian masuk ke salah satu gerbang Hyde Park yang terbuka. Gerimis masih turun, saya belajar dari orang-orang London (Londoners) berjalan cepat untuk menghangatkan badan, namun juga cepat mencapai tujuan.
Saya tidak tahu mana ujung taman yang sangat luas ini. Yang penting terus berjalan mengitari. Tidak kelihatan ada seorangpun di sana. Sepertinya saya orang pertama yang masuk taman. Saya sampai di tepi danau yang cukup luas. Danau ini diberi nama The Serpentine, yang merupakan salah satu bagian utama dari Hyde Park, memiliki luas sekitar 40 hektar. Konon dibangun tahun 1730. Ada beberapa angsa berenang di atasnya. Saya terus berjalan menyusuri danau, kemudian saya menemukan sebuah bangunan seperti rumah. Di depannya ada tulisan “Lido restaurant”. Namanya sama dengan suatu kawasan wisata di Sukabumi, Lido, yang juga ada danaunya. Tapi tidak mengherankan, karena nama Lido (bahasa Inggris) artinya kolam renang terbuka. Sebu tan lido sering disebutkan ke salah satu bagian dari the Serpentine lake yang biasa dipakai untuk berenang atau bermain air - the Serpentine lido.
Kemudian saya menyusuri jalan yang cukup lebar, masih di dalam taman raksasa ini, rupanya jalan untuk dilalui kuda, sepeda dan pejalan kaki. Saya tidak sadar berjalan lintasan yang salah, di jalur sepeda. Saya terus berjalan, suasana taman yang luas ini masih sepi. Saya merasa aman-aman saja berjalan sendirian di pagi buta di tengah-tengah hujan gerimis, tidak pernah berpikir akan ada gangguan kekerasan atau kriminalitas. Rasanya nyaman saja, hanya itu saja, dinginnya minta ampun.
Saat sedang berjalan itu, kemudian tiba-tiba saya mendengar teriakan agak jauh di belakang saya, “out! out! out!”. Rupanya dari seorang pengendara sepeda yang sedang mengayuh kencang. Maklum, saya tidak sadar berjalan di lintasan sepeda, lagi pula pagi masih agak gelap. Untung saya cepat bereaksi, langsung mepet ke pinggir ke jalur lain dengan cepat. Si pengendara sepeda terus mengayuh sepedanya. Saya berteriak, “I am sorry.” Tidak tahu apa masih dapat ia dengar, karena setelah itu menghilang dan tidak kelihatan lagi.
Ah, untung saja. Kebayang kalau tertabrak sepeda yang sedang melaju kencang. Mungkin saya harus dibawa ke rumah sakit, dirawat di kota yang jauh ini. Meskipun sebelum berangkat saya sudah membeli polis asuransi yang tidak murah juga, untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu kondisi darurat yang tidak diharapkan. Namun kebayang betapa repotnya kalau harus dirawat di rumah sakit di sini.
Saya memutuskan kembali menyusuri danau, angsa-angsa masih terlihat berenang. Hari perlahan mulai agak terang. Beberapa orang pekerja mulai kelihatan. Nun jauh disana saya melihat ada jembatan, nampak kecil dibandingkan luasnya taman, terlihat sangat indah dalam cahaya mentari pagi yang belum begitu terang. Saya berjalan ke arah sana, sebuah jembatan yang terlihat dari jauh berwarna abu-abu.
Aam Bastaman – Univ. Trilogi (Dosen, Pelancong dan Penulis).
Foto-foto: Istimewa (Sumber open access).-