Panen Jagung Organik Manis di Loji Ibu Astuty

loji1.jpg

Sejak tokoh pensiunan Drs. Joko Sidik Pramono, mantan Dirjen, Sekjen, atau Pegawai Tinggi Kementerian Transmigrasi, sekarang Kementerian Desa PDTT, dipercaya dan diangkat kembali untuk ke sekian kalinya sebagai Ketua Umum Maporina, Masyarakat pendukung Gerakan menaman tanaman sehat menggunakan pupuk Organik, yang kebetulan adalah Pengurus PB PWRI, maka selaku Ketua Umum PB PWRI, mendadak kami satu keluarga di “tetapkan” menjadi anggota, Pengurus dan Pembinanya.

loji2.jpg

Rumah kami yang dirombak menjadi Pusat Pelatihan Masyarakat Mandiri HSC dijadikan Markas dan Pusat Pelatihan Cara Tanam menggunakan Pupuk Organik. Sebelumnya rumah kami itu digunakan untuk pelatihan tidak kurang dari 120 Angkatan pembina Posdaya dari seluruh Indonesia tentang Pengembangan dan Pembinaan operasional Posdaya selama tahun 2007–2015. Tahun itu, Yayasan Damandiri sangat getol mengembangkan Posdaya sebagai wahana penggerak pembangunan desa dan masyarakat desa sebelum Presiden Jokowi menggelar program pembangunan desa dan masyarakat desa dengan dana melimpah yang dikucurkan langsung ke semua desa di Indonesia.

 Kebun di atas atap rumah kami jadikan model lahan “urban farming” yang semula menggunakan pupuk biasa, kami rombak menjadi lahan tanaman dengan pupuk organik. Karena digarap bersama para anggota PKK Jakarta Selatan, sekarang Kebun itu menjadi Kebun Model untuk Jakarta Selatan dan konon masuk dalam Lomba Kebun Perkotaan untuk DKI Jakarta dan seluruh Indonesia. Karena itu secara berturut-turut Walikota dan Ibu, Ibu Gubernur dan para punggawa PKK silih berganti datang ke Kebun HSC di atas atap rumah kami. Para pekerja lapangan dari Kementerian Pertanian juga menggunakan Kebun di atas atap itu sebagai model. Anak kami Drs. Fajar Wiryono, Drs. Rudi Lubis serta Ibunya Almarhum Astuty Haryono berulang kali bertindak sebagai “host” untuk Acara bincang-santai TV swasta tentang “Urban Farming” dengan menggunakan pupuk Organik yang sangat menarik.

Di samping Kebun di atas atap rumah, Almarhum Ibu Astuty juga memiliki Kebun di Cinangka dan di Loji di Sukabumi dari hasil pembelian dengan “dana honor seminar” suaminya guna menolong masyarakat desa setempat yang setiap kali menjual sejengkel tanahnya untuk biaya pesta kawin atau sunatan anaknya. Pada kedua tempat itu, di Cinangka dijadikan Wahana untuk para pelajar SD, SMP dan SMA guna melakukan “kemah Pramuka” sekaligus belajar menanam tanaman sayur dengan sistem pupuk Organik. Begitu juga di Loji, Kab Sukabumi yang terletak di kaki Gunung Salak suatu ketinggian yang dingin, secara kebetulan ada rumah tua dan beberapa bangunan yang dimanfaatkan. Bangunan kecil-kecil disulap oleh Ibu Haryono almarhum menjadi “sekolah PAUD” untuk anak balita dari desa sekitar,  yang alhamdulillah mendapat subsidi dari pemerintah Kabupaten.  Seperti di Cinangka Kebun di Loji juga di tanami sayur dengan sistem Organik dengan pupuk dari kotoran kambing dan sampah. Untuk itu keluarga desa di Loji di berikan kambing dan ayam untuk di pelihara yang kotorannya diolah menjadi pupuk organik yang sangat bagus.

loji3.jpg

Biaya menanam sayur Organik di Loji, karena jumlah yang kecil belum menghasilkan nilai jual yang seimbang dengan biaya menanam dan merawatnya. Pada awal tahun ini, anak-anak muda yang ditugasi merawat tanaman sayur mengusulkan kepada Ibu Astuty untuk diseling tanamannya dengan jagung manis yang memerlukan waktu tanam sekitar tiga bulan dan dianggap perawatannya lebih murah dengan nilai jual yang lebih tinggi. Mulailah dilakukan pengolahan lahan dengan mengambil semua batu-batu besar yang biasa ada di dataran tinggi. Tanah diolah agar memenuhi syarat sebagai lahan dengan pupuk Organik. Berkarung-karung kotoran kambing dan kotoran ayam dicampur dengan tanah menggantikan lahan awal menjadi lahan yang memenuhi syarat standar lahan dengan pupuk Organik. Anak kami Drs. Rudi Lubis yang secara resmi memiliki status sebagai Pengawas Standardisasi Penggunaan Pupuk Organik dan biasa mengawasi kegiatan pengesahan resmi suatu tanaman sebagai tanaman dengan Pupuk Organik, mengawasi pengolahan tanah agar benar-benar memenuhi syarat untuk suatu tanaman Organik.  Akhirnya Almarhum Ibu Astuty sempat ikut menanam bibit jagung manis yang ternyata tumbuh dengan subur pada lahan yang telah diambil batu-batu besarnya dan diolah menjadi lahan yang layak untuk suatu tanaman organik.

loji4.jpg

Lahan yang luasnya sekitar 5000 meter persegi dibagi menjadi lima blok, dan setiap blok ditanami jagung serta sayuran agar panennya bisa bergilir. Pada saat tanaman itu tumbuh subur Ibu Astuty jatuh sakit dan tidak hanya bisa sekali datang ke Loji untuk melakukan peninjauan, tetapi sempat menerima hasil produk pertama untuk dicoba dan merasa sangat puas dengan gagasan anak muda yang disetujuinya. Oleh karena itu Ibu Astuty memiliki peninggalan yang sangat berharga pada suatu lahan tidak terlalu luas tetapi menjadi contoh tanaman Jagung dengan sistem olah tanah dan sistem pupuk Organik yang sempurna yang menghasilkan produk tanaman Jagung yang terasa gurih, manis dan laku jual dengan harga yang lumayan.

loji5.jpg

Minggu lalu dan hari ini Kebun Astuty panen menghasilkan sebanyak 750 kg jagung dari sebidang lahan blok pertama seluas 525 m2 sebagai tanaman yang panen bulan ini, karena lahan yang pada blok ini panen, sementara blok yang lain akan secara rutin panen bulan berikutnya. Sayuran dan produk jagung manis yang bebas pupuk kimia itu benar-benar diolah dengan sistem Organik. Dr. Rina Mardiana bertindak sebagai “pemilah akhir” yang menempatkan jagung yang dipanen pada “paket isi sepuluh kilogram” untuk dipasarkan. Ananda Dra Ria Indrastuty, anak pertama, bertindak sebagai “Direktur Prmasaran” yang menjual sebagian jagung itu melalui “jalur on line” kepada sahabat, khalayak dan kenalan yang memiliki selera hidup sehat yang tinggi. Para konsumen diharapkan akan jauh lebih sehat berkat konsumsi produk modern yang diidamkan oleh masyarakat peduli kesehatan karena ingin hidup lebih bahagia dan sejahtera berkat peninggalan Ibu Astuty yang mewariskan cara hidup bebas pupuk kimia sehingga keluarga Indonesia lebih sehat sejahtera.

Haryono Suyono1 Comment