Tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Jawaban Society 5.0

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Pemerintahan jepang sudah mendeklarasikan konsep  dan gagasan Society 5.0, suatu konsep hidup kemasyarakatan yang bersifat human centric (berpusat pada manusia).  Suatu pendekatan antisipatif terhadap tantangan tahapan revolusi industri 4.0 yang dipandang dapat mendegradasi kehidupan umat manusia, akibat dominannya teknologi informasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan teknologi robotik yang dikhawatirkan justru tanpa disadari akan menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan umat manusia.

Sebagai Negara maju dengan kemampuan teknologi tinggi, Jepang bukan berarti tidak memiliki masalah “internal”, antara lain tingkat kelahiran yang semakin kecil, jumlah populasi usia produktif yang semakin sedikit dan meningkatnya penduduk lanjut usia. Dengan kondisi demografi yang tidak menguntungkan tersebut, penggunaan teknologi tentu menjadi salah satu pilihan. Namun bagaimana teknologi dimanfaatkan tanpa mendegradasi nilai-nilai kemasyarakatan Jepang yang erat, itu yang kemudian menjadi landasan dirumuskannya konsep Society 5.0.

Society 5.0 dikembangkan oleh tim yang terdiri dari berbagai pakar di jepang yang kemudian disetujui oleh dewan kabinet pemerintah Jepang, pada januari 2016. Namun baru 21 Januari 2019 PM Jepang Shinzo Abe memamerkan suatu road map yang dikenal dengan nama super smart society atau kemudian dikenal dengan Society 5.0 dan memperkenalkan konsep tersebut pada World Economic Forum (WEF) di Davod Swiss.

Society 5.0  berfokus pada keseimbangan hidup meskipun berbasis pada kemajuan teknologi. Sistem kerja yang yang mentrasformasi teknologi digital, namun tidak hanya fokus pada teknologinya namun juga semangat  spiritualitas dan kemanusiaan dalam memanfaatkan teknologi, sehingga dicapai keseimbangan antara dunia maya dengan dunia fisik.

Terdapat lima unsur dalam Society 5.0, yaitu: Unsur emosional, unsur intelektual, unsur fisikal, unsur sosial, dan unsur spiritual. Kelima unsur tersebut saling berkaitan satu saama lain dalam suatu keseimbangan.

Dengan konsep Society 5.0 diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif teknologi robotik dan artificial intelligent supaya tidak menguasai kehidupan manusia tanpa kontrol yang memdai, namun manusia-lah aktor yang menguasai dan mengendalikan teknologi robotik dan artificial intelligent. Dengan demikian, Society 5.0 merupakan pandangan jauh ke depan bangsa jepang dalam menata kehidupan kemasyarakatan  yang ideal, sebagai respons terhadap revolusi industri 4.0 yang dikhawatirkan akan mendegradasi peran manusia akibat ketergantungan pada kemajuan teknologi robotik dan kecerdasan buatan. Dengan Society 5.0 dharapkan adanya keseimbangan hidup antara penggunaan teknologi dan kualitas kehidupan manusia yang lebih manusiawi.

Warning” dampak negatif artificial intelligent akan menggantikan kemanusiaan diantaranya  datang dari Elon Musk, karena dikhawatirkan manusia akan terdegradasi. Musk melihat kemajuan artificial intelligent berpotensi  merusak tatanan kemanusiaan.  Namun Mark Zuckerberg berargumentasi bahwa humanity tidak bisa digantikan oleh apapun, termasuk robotik dan kecerdasan buatan. Yang penting “the man behind the gun”, orang yang menggunakannya. Oleh karena itu para pakar dan pegiat  di bidang teknologi informasi, termasuk Jack Ma  umumnya sependapat bahwa teknologi hanyalah supporting system, untuk membuat semua hal menjadi lebih efisien, dan dapat membantu kehidupan lebih sejahtera. 

Society 5.0 merupakan tahapan kehidupan kemasyarakatan umat manusia secara evolusioner, dimulai dengan: Society 1.0 yang dimulai dengan  kehidupan masyarakat manusia dengan berburu untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya, Society 2.0 sudah terjadi pembukaan ladang-ladang pertanian dan perkebunan, sebagai sumber pangan utama. Kemudian Society 3.0 ditandai dengan industrilisasi di semua bidang. Pada Society 4.0 terjadi kemajuan di bidang teknologi informasi dan internet, sehingga manusia dapat terhubung satu sama lain. Kemudian kini Society 5.0 yang fokus pada pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia, dengan mengontrol dampak negatif yang ditimbulkannya.

Society 5.0 secara parallel  mampu mencapai pembangunan ekonomi sekaligus memberi solusi atas masalah-masalah sosial. Oleh karena itu Society 5.0 meskipun bertumpu pada kemajuan teknologi namun fokus dan berpusat pada manusia. Prinsipnya dalam Society 5.0 siapapun dapat menikmati kehidupan yang berkualitas tinggi, dan dapat menikmati hidup yang sejahtera.

Jepang telah beberapa langkah lebih maju dengan menempatkan teknologi sebagai media, namun kemanusiaan dengan spiritualitasnya tetap akan menjadi ciri dan identitas kehidupan manusia. Suatu wisdom dan pandangan yang jauh ke depan. Society 5.0 kini banyak diikuti oleh banyak Negara untuk mendudukkan teknologi secara proporsional dalam kehidupan manusia, tidak lepas kontrol. Sehingga dicapai super smart society, super smart lives dan tetap menjadi manusia.

(Aam Bastaman – Univ. Trilogi. Dosen dan Penulis).

Aam BastamanComment