Cucuku Kinan di lamar Idham melalui Sistem Zoom dari Swiss

lamar1.jpg

Hari Sabtu 29 Agustus 2020 mulai pukul 14.00 WIB keluarga Yoyok Sumargo putra kakak kami almarhum dan almarhumah R. Sumargo dan mbakyu Sugiatin yang selama masih muda kami ikuti di Jakarta semasa menempuh pendidikan pada Akademi Ilmu Statisitk (AIS), hari ini putrinya yang sedang menempuh studi tingkat tinggi di Paris, dalam suasana maraknya serangan Virus Corona, di lamar oleh seorang pemuda ganteng dengan nama mas Idham yang memiliki gelar PhD di tempat yang sama. Anak gadis cucu kami Kenan telah menamatkan pendidikan Sarjana di Jepang dan mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan tinggi di Jerman, kemudian di Perancis.

lamar2.jpg

Mas Yoyok, istri dan adiknya Dira di Jakarta sejak pagi sudah siap di rumah Jl. Bidara Cina di Jakarta di dampingi oleh keluarga dekat, kakak dan kerabat lainnya, serta keluarga dari mas Idham yang ada di Jakarta dan Bandung. Suasana di rumah mas Yoyok biasa saja seperti pertemuan antar keluarga dalam suasana serangan Virus Corona dewasa ini, saling datang tidak bersalaman dan mengenakan Masker secara lengkap. Hanya tidak terlalu rapat, tetapi karena banyak yang datang akhirnya jarak yang diwajibkan terpaksa terlanggar, semoga tidak ada bahaya yang mengancam. Tetapi banyak keluarga lain tidak datang ke rumah Mas Yoyok, bukan karena tidak hormat, tetapi menjaga keamanan dan kesehatan sesama anggota keluarga lainnya. Kami sendiri tetap tinggal di rumah bersama mas Fajar Wiryono dan anaknya mas Bima Wiryono serta Rudi dan dr Rina yang di kamar menghadapi komputer karena bertugas menjadi operator sistem Zoom penghubung antara Jakarta dan Paris di Perancis. Alhamdulillah sejak jam 13.30 WIB sistem itu sudah terhubung dan berjalan lancar, hanya anehnya sistem dari Indonesia lebih lancar dan dari Swiss kelihatan kurang lancar. Kemudian kita tahu bahwa sistem publik di Swiss keadaannya kalah bagus dibanding sistem dinas di kota yang sama.

lamar3.jpg

Pada sekitar pukul 14.00 acara di buka dengan beberapa petunjuk tehnis dan kemudian dilanjutkan dengan acara pembukaan oleh Tuan Rumah Ananda Yoyok Sumargo yang mengucapkan terima kasih pada tamu yang hadir serta tamu dan Saudara lain yang mengikuti acara melalui Sistem Zoom dari Jakarta maupun dari kota lain di seluruh Indonesia. Mas Yoyok juga menggambarkan cerita bahwa anak perempuannya Kiran telah diajak untuk bertunangan oleh mas Idham dan secara langsung menyatakan persetujuannya. Kemudian kedua orang tua Idham memberikan sambutan dan juga memberikan restu akan niat dan tekad anak laki-lakinya yang dewasa ini masih tinggal di Swiss.

Acara berikutnya di lanjutkan dengan pemutaran Vidio yang digarap oleh kedua sejoli dari Paris dan kota-kota lain di Eropa yang menggambarkan kehidupan romantis dari kedua anak muda tersebut. Salah satunya dimulai dari muhibah main badminton antar negara sesama mahasiswa yang kebetulan permainan itu disaksikan oleh mahasiswi Kinan yang nampaknya melirik jago badminton tersebut. Saling lirik mata muda tersebut telah memberikan “kesan” tersendiri sehingga pemuda Idham balik lagi dan “mungkin pura-pura” main badminton dengan teman-teman lainnya di Paris. Kita tahu bahwa Paris selalu memberi kesan cinta kasih, sehingga bibit-bibit kasih sayang itu merambah dua sejoli dari Indonesia itu tanpa ada yang dapat melarangnya biarpun Kinan putri Indonesia itu belajar “sopan santun Jepang” yang terkenal sangat ketat tersebut, tetapi “panah asmara Paris” menggugurkannya.

Selama pemutaran Vidio kedua sejoli yang tampak mesra di layar komputer, langsung terkesan tanpa kata-kata bahwa keduanya sudah seia sekata, setiap satunya senyum, pasangannya juga senyum, setiap satunya mengkerutkan kening melihat gambarnya dalam vidio, pasangannya juga mengkerutkan kening. Sehingga pada saat mendapat “giliran mengajukan lamaran” Idham yang telah mengantongi “gelar Akademis PhD” tidak ada masalah mengurai niatnya dengan lancar, mungkin jauh lebih ringan dibanding mempertahankan Disertasi Doktornya. Tetapi Tuhan yang Maha Kuasa berkenan melakukan tes terakhir. Keduanya diuji secara tehnis karena sistem hubungan Zoom terputus sehingga para orang tua yang ada di Jakarta tidak mendengar lamarannya. Pembawa acara segera dibisiki mas Fajar yang ikut gemetar karena sistem Zoom “setengah terputus”. Karena itu, segera mengundang mas Idham mengulangi lamarannya. Alhamdulillah, dengan lancar, ujian ulangan dilaksanakan dengan lebih mantab, dan mas Yoyok dengan sangat tegas memberi jawaban “OK yang meyakinkan”.

lamar4.jpg

Acara dilanjutkan dengan pemasangan cincin oleh kedua sejoli di tangan pasangan masing-masing mengesankan bahwa cincin itu telah dicoba dipasang dan di foto dalam vidio yang kemudian di paparkan setelah acara pemasangan, suatu skenario anak muda yang dalam kerja lapangan di masa depan perlu diingatkan agar masa depannya lebih tertib dan mengesankan. Acara vidio itu diteruskan dengan sambutan orang tua dan akhirnya di teruskan dengan sambutan Kakeknya Prof. Dr. Haryono Suyono yang di masa muda, dibawah usia sepuluh tahun, menyaksikan pacaran kakek dan nenek mereka, bapak dan Ibunya mas Yoyok, Almarhum Bapak Sumargo dan neneknya Almarhumah Eyasg Sugiatin di masa Revlosui di Pacitan tatkala Belanda menyerang kembali Indonesia pada tahun 1948 -1949. Di harapkan agar kedua anak muda segera setelah selesai studinya kembali ke tanah air berjuang untuk nusa dan bangsa agar segera maju dan mandiri sejajar atau bahkan lebih maju dibanding negara-negara maju lainnya.

Setelah itu acara dibuka untuk seluruh tamu dan mereka yang mengikuti dari rumah memberikan ucapan selamat dan ikut menyambut kebahagiaan kedua orang tua dan kedua anak muda yang sepanjang acara selalu senyum dan sangat bahagia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kedua anak muda dan kedua orang tua dari kedua belah pihak, keluarga serta sahabatnya. Aamiin YRA.

Haryono Suyono1 Comment