Pariwisata untuk Kaum Lansia
Wisata hari tua, mengapa tidak? Menarik tulisan Handrawan Nadesul di rubrik Surat Pembaca Kompas, 4 Agustus, 2020 mengenai potensi pariwisata Tanah Air untuk lansia. Ia mengutip laporan PBB yang menunjukkan pada tahun 2025 penduduk dunia yang berusia di atas 60 tahun akan menjadi 1/3 dari penduduk bumi. Penduduk “senior” tersebut tertinggi di Jepang, Belanda, Perancis, Jerman dan Itali.
Fakta menarik lainnya adalah fakta bahwa “globally, the population aged 65 and over is growing faster than all other age groups” (United Nations, 2019). Berdasarkan World Population Prospect 2019 (Revision), pada tahun 2050 satu dari 6 manusia di muka bumi ini akan berusia di atas 65 tahun (16%, naik dari sebelumnya (tahun 2019) dimana hanya satu dari 11 manusia (9%). Data dari National Health Institute (March 28, 2016) popuasi penduduk berusia di atas 65 tahun bertumbuh sekitar 8.5%. di seluruh dunia terdapat lebih dari 617 juta manusia berusia di atas 65 tahun (2015) naik tajam menjadi 17% dai populasi dunia atau sekitar 1.6 milyar pada tahun 2050. Populasi lanjut usia bertumbuh dengan pesat.
Bahkan data manusia berusia di atas 80 tahun (oldest old) akan bertumbuh menjadi sekitar 446.6 juta pada tahun 2050, dari sebelumnya 126 juta (2015). Hal ini seiring dengan kenaikan angka rata-rata usia harapan hidup di dunia dari 68.5 (2015) menjadi 76.2 pada tahun 2050 (NHI, 2016).
Salah satu negara Asia yang sudah “over aged” adalah Jepang. Jepang sendiri dengan jumlah penduduk 124 juta orang, sebesar 27.6% merupakan penduduk dengan usia di atas 65 tahun Tentu saja itu merupakan jumlah yang tidak sedikit. Mereka memiliki kesehatan yang cukup baik, memiliki uang atau tabungan dan memiliki waktu yang lebih banyak, sehingga memiliki kebutuhan wisata yang sangat tinggi. Pasar lansia merupakan pasar yang besar untuk dunia pariwisata.
Dunia pariwisata perlu menyesuaikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan fisik para wisatawan lansia, yang sudah tidak sekuat semasa mereka masih muda. Meskipun mereka sehat, ciri khas kaum lansia adaalah keterbatasan kemampuan gerak fisik. Oleh karena itu berbagai fasilitas yang bisa menopang kebutuhan mereka perlu disediakan. Seperti kursi di tempat destinasi wisata, sarata toilet khusus, juga pemandu pendamping yang membantu mengatasi kelemahan fisik mereka.
Para wisatawan lansia ini harus dipastikan semua kebutuhan dasarnya untuk kenyamanan mereka tersedia dengan baik. Perlu semacam penyesuaian pada beberapa fasilitas umum, seperti kendaraan, fasilitas akomodasi, serta perlengkapan khusus yang bisa mengakomodasi para wisatawan lansia ini. Termasuk juga makanan dan minuman yang sesuaai dengan usia lansia.
Mengingat besarnya potensi pasar untuk wisata lansia, maka pemerintah perlu menyiapkan sarana prasarana yang memadai, semoga saja Covid-19 segera berlalu, dan kita bisa fokus kembali berkiprah di bidang kita masing-masing, termasuk di sektor wisata yang memiliki masa depan menjanjikan, termasuk pariwisata lansia.
(Aam Bastaman-Univ. Trilogi.). Dosen dan Penulis