Industri Kecil Pemeliharaan Lele Oleh Lansia yang rajin

lele1.jpg

Sebelum serangan Virus Corona merebak di seluruh Indonesia, Yayasan Anugerah Kencana Buana (Anugerah) yang dipimpin oleh Drs. Fajar Wiryono dan Drs. Rudi Lubis selama hampir dua puluh tahun telah mengadakan pelatihan pemberdayaan keluarga pada beberapa golongan masyarakat di pedesaan. Di antara yang dilatih adalah pensiunan anggota Persatuan Wredatama (PWRI) dari seluruh Indonesia agar dalam masa pensiun para purnawirawan tersebut memiliki kegiatan di sekitar rumah yang membantu melepaskan kesepian dan berguna untuk anak-anak dan cucunya serta membantu anak dan cucu tetangganya ikut menikmati kegiatan yang relatif santai tidak banyak memakan tenaga. Di samping mengadakan pelatihan yang di dukung oleh Yayasan Damandiri, Yayasan Anugerah juga membagikan bibit pohon kelor yang disumbangkan oleh Ibu Monica dari Semarang ke beberapa Kabupaten dan Perguruan Tinggi yang mengadakan kegiatan KKN Mahasiswa ke desa-desa. Banyak sekali dewasa ini keluarga desa telah berhasil mengembangkan Kebun Kelor atau bahkan Kebun Pisang Kavendis yang juga disumbangkan bibitnya.

lele2.jpg

 Pelatihan yang diberikan di Haryono Suyono Center atau HSC di Jakarta, baik yang dilakukan oleh Tim dari IPB atau tenaga dari HSC adalah dalam bentuk Aquaponik,  antara lain dengan ukuran 1x2m bahan terpal karet yang dapat menampung 500 ekor Lele dan diataa kolam itu dapat ditanam sayuran. Kalau yang di luar namanya sistim Bio Flok, dengan ukuran diameter 2 meter persegi. Dapat memelihara sampai 2000 ekor lele, dengan masa panen 3 bulan. Bahan yang dipakai juga terpal karet dengan kerangka bahan ram besi beton.

lele4.jpg

Seperti yang pertama masa pemeliharaan lele itu juga sekitar tiga bulan. Makanan lele yang diberikan diserap oleh akar tanaman dan di kembangkan menjadi seakan mendapatkan “pngolahan” secara natural sehingga kolamnya tidak bau karena air yang ada dalam kolam otomatis di proses secara alami oleh tanaman di atasnya.

Di Tegal dan Semarang, Sekretaris PWRI Kota Tegal I Gusti Nyoman Sudjana dan Ibu Dwi Budiani Sulistywati Djoko Parwanto, Ketua Kertawredatama Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, yang kebetulan suaminya adalah Ketua PWRI Kecamatan Gunungpati, telah mengembangkan tempat persemaian lele dengan ukuran 25 liter, juga ukuran 60 liter dan ukuran 80 liter.

Menanggapi sifat lele yang kanibal, mau makan teman mereka sendiri, Bapak I Gusti Nyoman Sudjana mengambil strategi memberi makan lele miliknya pada jam 20.00 – 21,00  pada saat lele berada pada posisi lapar dan cenderung “paling ganas” mau makan sesama temannya sendiri.  

lele3.jpg

Ibu Dwi Budiani memberi makan lele piaraannya tiga kali dalam satu hari, yaitu pada pagi hari, siang dan malam hari habis Maghrib, tetapi belum memberi perhatian kapan lele “menjadi sangat ganas” dan siap makan teman satu kolam, yang pada saat damai akur-akur saja tetapi begitu kelaparan siap “terkam dan makan teman sendiri”.

Karena memelihara lele bisa sangat sederhana tetapi sebagai makluk harus tetap disayang, maka dianjurkan agar para anggota PWRI berkenan memelihara lele di halaman rumah masing-masing dengan penuh kasih sayang, sehingga umumnya ikan lele yang juga sangat suka makan daun kelor akan memberi vitamin tinggi dan bahkan hanya digoreng saja dan dimakan dengan sambal memberi rasa yang nikmat.

 

 

Haryono SuyonoComment