Masyarakat Bisnis lebih Cepat menyongsong Norma dan Budaya Baru

h1.jpg

Seperti kita ketahui dari berbagai hasil penelitian dan praktek yang terjadi terhadap suatu perubahan sosial, masyarakat bisnis lebih cepat menerima dan melakukan penyesuaian terhadap suatu perubahan sosial dan secara langsung mengembangkan langkah-langkah positif menyongsong datangnya budaya baru dngan norma baru penggerak budaya itu. Ternya hal ini terjadi dalam kondisi riil di beberapa kota di Indonesia yang dimulai dari beberapa usaha dagang yang berlomba menjual “gaya baru”, “vcara baru” atau “cara pelayanan baru” menyongsong datangnya budaya baru dengan norma baru yang menarik.

Kita lihat bagaimana “keharusan memakai masker” pelindung mulut dan hidung berkembang dewasa ini tidak lagi di apotek tetapi di pinggir jalan dengan model beraneka ragam yang menarik sehingga para pemakai tidak lagi merasa bahwa penutup hidung dan mulut itu suatu halangan, tetapi menjadi mode menarik dan harus dipakai karena menambah gengsi pemakainya. Begitu juga dengan “jilbab” yang semula digunakan ibu-ibu muslimin, dewasa ini menjadi mode yang digunakan juga oleh mereka yang beragama lain.

Petunjuk yang mengharuskan bahwa bergerombol tidak dianjurkan dan suatu ruangan di isi dengan jumlah separo dari kapasitas maksimalnya, para pedagang di toko atau di pasar telah menyambut dengan sangat baik kalau ingin tokonya dikunjungi pelanggan yang banyak. Secara khusus hari ini kami mengadakan penelitian acak sederhana sambil mencari gagasan agar para mahasiswa mengadakan penelitian sebagai bahan acuan agar aparat negara melakukan perubahan terhadap instruksi yang harus di berikannya kepada rakyat banyak bagaimana menerima sikap dan tingkah laku baru menghadapi serangan Virus Corona agar dinamika pembangunan segera di gerakkan kembali mendorong kemakmuran dan kemajuan ekonomi bangsa dewasa ini.

 Salah satu yang menarik adalah bahwa pada pintu gerbang Mall pengunjung diharuskan mengikuti tes kesehatan dengan mengukur “suhu badan” melalui alat sederhana yang disodorkan pada kening setiap pengunjung, tidak harus mengisi formulir yang rumit. Selanjutnya, pada toko yang kita masuki, diharuskan mengisi daftar hadir secara cepat melalui sistem elektronik identifikasi nomor hp pribadi dengan hanya menunjukkan hp yang kita genggam, otomatis nomor hp sudah pindah pada registrasi toko tersebut. Sehingga toko tersebut memiliki nomor dan alamat lengkap yang sudah masuk dalam hp agar kalau terjadi sesuatu bisa dilacak siapa yang berkunjung ke toko tersebut. Selanjutnya tamu menunggu sampai di persilahkan masuk sesuai kepadatan toko. Apabila masih cukup longgar, boleh langsung, tetapi apabila masih padat, terpaksa menunggu sampai suasana dalam toko cukup longgar agar tidak terjadi gerombolan orang banyak dalam toko. Suatu praktek tingkah laku sehat dalam budaya baru, tidak ada gambar Virus Corona yang menakutkan, diganti dengan anjuran hidup sehat. Suasana dalam toko santai dan aman seakan seperti di manja dan tidak ditakuti dengan bahaya Virus Corona seperti banyak “keterangan para pejabat yang menakut-nakuti” rakyatnya.

h2.jpg

Tatkala memasuki rumah makan, kita dipersilahkan duduk menurut aturan berjarak dengan kursi berseling tidak dempet, sehingga terasa aman dan wajar. Seperti biasa, kita meminta menu, tetapi pelayan meminta untuk menyodorkan hp dan “menu makanan” langsung “ditransfer ke hp” karena tidak ada lagi “menu fisik” yang dibalik-balik “menghindari menu yang dipegang banyak tangan” sehingga kita bebas dari kontaminasi tangan lain yang mungkin masih ada sisa Virusnya. Suatu penyesuaian norma baru bagian budaya sehat yang diperkenalkan jauh lebih maju oleh restoran dibanding “sistem birokrasi pemerintahan” yang masih kuno.

Dari dua hal sederhana tersebut kelihatan sekali bahwa “usaha dagang dengan cepat” melakukan perubahan “menerima norma baru” sebagai bagian dari “budaya baru” yang aman dari kontaminasi virus Corona tanpa harus menakut-nakuti rakyat. Pengalaman ini mirip dengan upaya memperkenalkan norma baru “dua anak cukup, laki perempuan sama saja” dengan “tidak menonjolkan yang beranak banyak dan sengsara”, tetapi “selalu memperkenalkan pasangan dengan dua anak yang bahagia dan sejahtera” sebagai “budaya baru” yang menarik dan diikuti banyak kalangan. Semoga kita makin lebih banyak memperkenalkan dan memberi petunjuk nyata bagaimana mengambil sikap dan tingkah laku menerima norma baru menuju melembaganya budaya baru yang sehat dan dinamis membangun bangsa.

Haryono SuyonoComment