Melembagakan Norma Baru untuk Budaya Baru hidup Sehat dan Sejahtera

Corona1.jpg

Beberapa bulan terkhir ini setiap hari kita mendengar laporan penyebaran VBirus Corona,, pertembangan dan meluasnya serta kondisi gawat yang menyertainya. Ada pula anjuran lain yang gegap gempita untuk memakai tutup mulut dan hidung, mencuci tangan lebih sering dan mengambil jarak kalau berkumpul di antara beberapa orang. Tetapi belum banyak laporan tentang kemajuan desa atau kabupaten yang menerima norma baru yang dianjurkan.

Selama tiga bulan terakhir, kita juga dianjurkan mengikuti kebiasaan baru bekerja dari rumah. Untuk mnedukung anjuran itu, Pengurus Yayasan Anugerah Kencana Buana disingkat Anugerah bersama Ibu Yuli Ketua Yayasan Anggrek KCB yang memperkerjakan penyandang cacat, menganjurkan berbagai lembaga, perusahaan, perguruan tinggi dan relawan lainnya untuk beramai-ramai membuat dan menyebarkan pemakaian Masker pelindung hidung dan mulut. Sampai hari ini tidak kurang dari 100.000 Masker telah dibuat dan diserahkan kepada berbagai kalangan dan masyarakat luas untuk digunakan sebagai pelindung dari penyebaran Virus Corona yang sangat berbahaya tersebut.

KM13.png

Ananda Fajar Wiryono, Rudi Lubis dan Rina Mardiana juga mengelola situs Gemari.id, suatu situs guna mendukung Gerakan Masyarakat Mandiri yang dulu dilakukan melalui bulanan Majalah Gemari”,  yang karena alasan biaya cetak dan ongkos kirim tinggi, terpaksa dihentikan. Penerbitan itu diganti dengan Media Sosial baru “Gemari.id” yang biaya operasionalnya lebih murah guna melanjutkan upaya penyebar luaskan artikel atau berita positif guna merangsang atau memberikan dukungan semangat kepada masyarakat luas agar makin mandiri menghadapi, melakukan upaya pemberdayaan atau membangun kebersamaan mendukung pemberdayaan dan pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Mulai bulan Juni 2020 ditambah lagi dengan Haryono Show melalui sistem Zoom yang di sebar luaskan ke seluruh penjuru dunia.

Situs “Gemari.id” dan Haryono Show yang dibantu oleh Handoko seorang ahli pemasran komersial dan teman-teman yang membantunya, kebanyakan adalah teman-teman wartawan atau penulis relawan yang dulu berkecimpung berjuang melalui BKKBN, Kantor Menko Kesra dan Taskin atau Yayasan Damandiri memberikan informasi dan edukasi pemberdayaan dan pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Anak-anak muda Sarjana ahli komunikasi dari Sekolah Tinggi Multi Media di Yogyakarta dan dari Universitas Dr. Mustopo (beragama) ikut serta memberikan bantuan.. Karena itu “gemari.id” dan Haryono Show serta rekan-rekan bekerja sama dengan Media Sosial dan media lain di mana mereka bekerja, atau dengan penerbitan yang dibantunya. Berita yang dimuat, berasal dari Gubernur, Bupati, Walikota, Rektor dan kalanagan Akademisi, melalui Gemari.id, Haryono Show atau media sosial itu di share untuk sebaran yng lebih luas.

TV4.jpg

Bulan lalu melalui Face Book,WA atau Media Sosial lainnya, kami Haryono Suyono, mantan Menko Ksera RI, berbincang dengan mantan Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. FA Moeloek dan Dr. Nafsiah Ben mBoi bagaimana cara mengurangi dampak Virus Corona. Salah satu dari dorongan itu adalah membudayakan penggunaan Masker oleh semua orang kapan saja, mencegah berkumpul dengan alasan apa saja, tidak bersalaman, rajin mencuci tangan dengan sabun atau diterjen serta memelihara jarak antara 1,5 sampai 2 meter. Ajakan itu mendapat dukungan yang luar biasa dari Kepala BKKBN Dr. dr. Hasto Wardoyo SpOG yang memberi petunjuk kepada seluruh jajaran BKKBN di seluruh Indonesia guna mengumandangkan anjuran tersebut secara luas melalui Mobil Unit dan pengembangan bahan KIE populer, poster, musik dan lainnya,  yang biasa di gunakan mendapatkan dan membina peserta KB dengan berhasil. Dampak sumbangan kegiatan BKKBN di seluruh Indonesia itu sungguh sangat luar biasa.

Seruan penggunaan Masker di mana saja mendapat sambutan gegap gempita, utamanya pemakaian Masker yang dibuat mandiri. Ibu Yuli penyandang cacat yang kita bina di Bekasi mendapat pesanan dalam beberapa bulan ini mencapai 100.000 unit sehingga anak buahnya sekitar 75 orang bekerja siang malam memproduksi Masker dengan 75 mesin jahit otomatis sumbangan donatur yang baik hati. Para Ibu-ibu Penggerak PKK dari Bogor di semua cabang juga sedang giat memproduksi Masker untuk dibagikan kepada keluarga di desa-desa. Belum dilaporkan dari daerah lain, diperkirakan hampir pasti ada kegiatan gotong royong dari Ibu-ibu PKK yang telah belajar menjahit maupun anggota Posdaya yang lulus dan memiliki mesin jahit membuat Masker sederhana bagi keluarga di desa untuk dipakai sebagai penutup mulut dan hidung di mana saja, mencegah virus atau mencegah polusi udara. Sayang laporan seperti ini tidak mendapat apresiasi seperti menyebarnya Virus.

hanvi2.png

Intinya, kita mohon perhatian atas anjuran kita untuk lebih cenderung melembagakan budaya baru dengan norma baru secara sederhana seperti disebutkan di atas. Periode “menakut-nakuti penduduk dan keluarga” sebagai alasan sudah menyebar sehingga harus secara bertubi-tubi sekarang ini memasuki periode melembagakan budaya baru dengan norma baru mulai dari yang sederhana tetapi dengan disiplin tinggi agar segera membudaya dan segala sesuatunya berjalan secara otomatis sebagai kebiasaan baru tanpa harus diperintah lagi. Sangsinya harus segera tumbuh yaitu sangsi sosial misalnya rasa malu di muka publik apabila tidak melaksanakan norma yang diterima masyarakat luas tersebut.

Semoga kita segera menyaksikan tumbuhnya secara cepat penerimaan norma baru yang membudaya tersebut sehingga ada atau tidak ada Virus Corona, masyarakat, keluarga dan perorangan menerima dengan ikhlas dan melakukan tingkah laku norma baru yang sehat dan protektif terhadap bahaya Virus Corona tersebut. Usaha harus makin kita titik beratkan pada kampanye penerimaan norma baru dengan tingkah laku sesuai bagian dari budaya hidup sehat menghindari Virus Corona tersebut. Kalau perlu di lomabkan desa dan keluarga yang menerima norma baru sebagai bagian dari budaya hidup sehat tersebut seperti halnya lomba penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dalam Program KB di masa yang lalu.

Haryono SuyonoComment