Usaha Desa Modong Tulangan Ciptakan Alat Sablon Suvenir

sablon.jpg

Gedhe Nusantara dari Tim Kementerian Desa PDTT  melaporkan bahwa Desa Modong, Kecamatan Tulangan, memiliki beragam potensi. Warga telah mengembangkan usaha mulai produksi barang hingga jasa. Pasarnya pun sudah mencapai luar Jawa dengan omzet puluhan juta rupiah.

Saat memasuki RT 3, RW 3, Desa Modong, tepatnya rumah nomor 18, lokasi itu tidak tampak sebagai industri rumahan. Dari luar tidak terlihat beda dengan rumah pada umumnya,  yang lebih mencolok hanya toko kebutuhan sehari-hari. Namun, saat memasuki bagian dalam rumah, berjejer garapan beragam suvenir. Barang-barang itu siap dikirim ke pemesan. Ada pula yang masih dalam proses pembuatan.

Produk-produk tersebut dikenal dengan brand Anez Souvenir. Barangnya, antara lain, kipas dari kayu dan kain, lampu teplok, kalender, miniatur kaleng kerupuk, tempat tisu, dompet, patung gypsum, serta gelas hias. Barang terakhir paling banyak diproduksi. Semua barang terdapat tulisan. Terutama mengenai tema-tema pernikahan. Misalnya, tulisan undangan pernikahan. Juga, ada tulisan motivasi yang biasanya terlihat pada suvenir.

Anes Afiatus Ullah, perempuan kelahiran Sidoarjo, 6 Januari 1994 menceritakan bahwa sejak 2013 mereka membuka usaha ini. Menurutnyaa, dalam satu bulan n mampu meraup untung bersih Rp 8 juta dari usahanya tersebut karena suvenir berbentuk gelas dalam sebulan rata-rata berhasil diproduksi 10 ribu. Belum dari suvenir jenis yang lain.

Menurutnya, suvenir gelas itu awalnya dari gelas polosan yang beli dari pabrik, lalu dibuat warna doff dengan direndam cairan tertentu, lalu disablon sesuai pesanan. Menurut penuturan pasangan Hartono dan Hariyati itu saat menjelaskan cara membuat suvenir dari gelas.

Untuk sekali beli gelas polosan di pabrik, Anes minimal harus beli 100 gros. Isinya sekitar 14.400 unit. Harganya sekitar Rp 30 juta. Setelah disablon dan dikemas, harga per gelas minimal bisa mencapai Rp 5 ribu. Artinya, jika gelas laku semua dalam sebulan, omzetnya minimal Rp 72 juta. Gelas bentuk mug dengan kemasan boks lebih mahal daripada kemasan mika.

Perempuan yang akrab dipanggil Anes itu menambahkan, alat sablon di rumah produksinya merupakan buatan sendiri. Dia menyatakan melihat video-video di YouTube dan observasi ke tempat-tempat sablon. Dia belajar sendiri cara membuat alat yang bagus dan praktis. Bahannya berasal dari besi yang dirakit, kemudian dilas. Alat sablon itu dilengkapi papan untuk menuangkan tinta agar sablonan sesuai dengan keinginan. Alat itu dibuat sendiri. Orang tua mereka heran anaknya bisa membuat alat sendiri. Tinggal tarik, gelas akan berputar dan tersablon sendiri sesuai motif yang sudah tercetak di kalkir sablon.

Untuk tintanya, dia menggunakan tinta pada umumnya. Dalam sejam, dia bisa menyablon hingga lebih dari 300 gelas. Kalau alatnya harus beli harganya sekitar Rp 5 juta disbanding buatan sendiri harga satu juta.

Produksi dilakukan di dalam dan belakang rumah. Kini peredaran suvenir buatan Anez sudah tembus ke sejumlah daerah di luar Jawa. Pelanggannya banyak berasal dari Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Permintaannya pun beragam, tetapi dianggap tidak ada yang sulit. Rata-rata bisa dikerjakan dengan mudah dan selalu tepat waktu pengerjaan.

Namun, dia mengakui tetap ada pasang surut. Ketika musim nikah, pesanan bisa sangat tinggi. Namun, pesanan kadang juga menurun. Anes juga pernah rugi hingga Rp 2 juta karena pesanan tidak diambil. Awalnya pemesan sudah bayar DP, tetapi ternyata tidak diambil. Padahal, pesanan sudah terselesaikan. Alasannya katrena nikahannya batal.

Kepala Desa Modong Masduqi mengatakan, Anes bisa menjadi inspirasi pemuda lainnya. Selain kerja kerasnya, dia kreatif. Itu terlihat dari pembuatan alat sendiri.

Kepala Desa berharap usaha-usaha semacam ini semakin berkembang di Desa Modong. Membuat nama desa lebih ada gaungnya. Masyarakatnya bisa lebih makmur.

Haryono SuyonoComment