Nama Panggilan Presiden: Dari Bung Karno sampai Pakde Jokowi

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Sebutan atau panggilan populer terhadap para pemimpin kita ternyata berbeda-beda dari waktu ke waktu, termasuk panggilan akrab atau nama pangilan umum sehari-hari yang diberikan kepada para presiden kita.

Terhadap presiden Sukarno, presiden pertama kita, yang lahir dan hadir dalam masa perjuangan kemerdekaan bangsa, kita memiliki panggilan populer: Bung Karno. Mengapa Bung? bukan Mas, atau Pak, misalnya? Tentu hal ini ada kaitan dengan semangat berbangsa waktu itu dalam masa perjuangan. “Bung” lebih menunjukkan persahabatan dan solidaritas dalam perjuangan. Julukan Bung lebih diterima waktu itu oleh semua lapisan masyarakat, serta menunjukkan kenasionalan, dibandingkan misalnya panggilan Mas. Apalagi Bu Fatmawati senang memanggil presiden Sukarno “Bung”, yang berarti juga kakak, di Bengkulu, ditambah lagi bahasa Indonesia semakin populer sebagai bahasa nasional, sebutan Bung lebih inklusif. Ada nada gegap gempita dan kesetaraan, dan juga persaudaraan saat kita menyebut Bung Karno, di era awal-awal berdirinya Republik waktu itu.

Beda lagi dengan panggilan presiden Soeharto, presiden kedua kita, yang memiliki panggilan populer “Pak Harto”. Kenapa tidak Bung Harto? Kembali semangat waktu itu dalam era pembangunan, serta figur pak Harto yang kebapakan, menempatkan panggilan “Pak” lebih pas. Masyarakat terbiasa dan nyaman dengan panggilan Pak - pak Harto, yang sesuai sebagai figur “Bapak”, dalam era perjalanan pembangunan nasional. Panggilan “Pak” seolah-olah menjadi pembeda dengan “bung” yang diberikan kepada Sukarno.

Begitu pula di Era presiden Habibie. Masyarakat lebih terbiasa dengan pangilan Pak Habibie. Kenapa tidak nama umum, seperti nama tengahnya? Pak Jusuf? Rupanya pak Habibie sendiri lebih suka dipanggil nama akhirnya (nama keluarga) tersebut. Panggilan Habibie pertama kali konon diberikan oleh guru ngajinya. Saat kecil presiden Habibie memiliki nama panggilan Rudy. Yang jelas tidak dipakai panggilan Bung, atau panggilan lainnya. Namun orang-orang dekatnya banyak yang memanggil Rudy atau Pak Rudy. panggilan Habibie kecil, yang lekat dengan nama pertamanya (Bacharuddin).

Presiden Abdurrahman Wahid lain lagi. Lebih populer dipanggil “Gus”, daripada Pak. Gus, merupakan panggilan kehormatan sekaligus keakraban untuk anak seorang kyai, umumnya di Jawa Timur. Gus Dur - begitu biasa kita memnggilnya. Dur, panggilan singkat dari nama pertamanya, Abdurrahman. Meski ada juga sebagian masyarakat yang tidak tahu makna panggilan Gus tersebut, Merasa tidak nyaman, tanpa menggunakan kata “Pak”, kemudian menambahkan: “Pak” Gus Dur. Yang jelas kita tidak memanggilnya Pak Dur.

Kemudian di era presiden Megawati, presiden wanita pertama. Tentu panggilan ibu dialamatkan kepadanya, dengan nama singkatnya Bu Mega. Untuk panggilan seorang presiden perempuan nampaknya tidak banyak alternatif, kecuali panggilan Mba (kakak perempuan, di Jawa) yang sering digunakan oleh orang-orang terdekatnya - Mba Mega. Nama lengkapnya Megawati Sukarno Putri. Jejak nama sang ayah menjadi bagian dari nama lengkapnya. Presiden yang Putri presiden pertama RI.

Saat negara dipimpin presiden Susilo Bambang Yudhoyono, panggilan masyarakat lain lagi. Satu-satunya presiden yang populer dengan nama singkatannya - SBY. Panggilan Pak pun melekat pada nama singkatannya yang populer itu - Pak SBY. Jarang masyarakat memanggilnya Pak Susilo atau Pak Bambang, apalagi Bung Bambang. Hanya media asing sering memanggilnya Mr. Yudhoyono. Saya memiliki pengalaman penulisan nama Pak SBY secara terbalik, ini di sebuah kementerian lho, ditulis: Bambang Susilo Yudhoyono.

Kini di era presiden Joko Widodo. Kita memiliki panggilan yang berbeda pula. Pertama, namanya disingkat - Jokowi (Pak presiden nampaknya nyaman dengan panggilan itu), dan menjadi populer. Sebutan “Pak” pun menempel di depan namanya - pak Jokowi. Namun mungkin karena sifat kesederhanaannya, dan tidak suka mengada-ngada, cenderung apa adanya, sebagian kelompok masyarakat ada juga yang memanggilnya Pakde Jokowi. Pakde menunjukkan keakraban, panggilan dalam masyarakat biasa di jawa. Ini pertama kalinya seorang presiden dipanggil pakde (Bapak Gede, atau Uwa di Sunda), terutama oleh para pendukungnya yang merasa memiliki kedekatan.

Urusan nama panggilan di negara kita memang sangat beragam, meskipun semua presiden memiliki darah Jawa, ada dari pihak ibu, seperti Habibie, atau Bapak Jawa, ibu Bali (Sukarno), Atau Ibu Bengkulu (Megawati), Putri Bung Karno.

(Aam Bastaman/Univ. Trilogi). Penulis.

Aam Bastaman1 Comment