Desa Samiran Destinasi Wisata Baru

Samiran.jpg

Gedhe Nusantara dari  Kementerian Desa PDTT  melaporkan bahwa lima tahun lalu, Samiran di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hanyalah sebuah desa kecil yang terletak di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, yang berfungsi sebagai tempat transit bagi para pendaki. Penduduk setempat di Samiran secara sukarela menjadi tuan rumah bagi pejalan kaki yang membutuhkan tempat tinggal sambil menunggu waktu yang tepat untuk mendaki. Mereka tidak pernah meminta pembayaran untuk layanan mereka, termasuk akomodasi dan makanan.

Sejak belasan tahun silam sudah berdiri sejumlah homestay di Desa Samiran. Sayangnya belum mampu mengakomodasi keinginan wisatawan. Wisatawan yang ingin menginap masih berbaur dengan pemilik rumah. Alhasil privasi wisatawan kurang terjaga. Kondisi itu menarik perhatian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Pemilik homestay atau masyarakat yang ingin membuat usaha penginapan diberi kemudahan. Berupa pinjam dana untuk pengembangan usahanya.

Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo kepada Jawa Pos Radar Solo mengatakan pihaknya mendapat tugas dari Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk berperan dalam pengembangan destinasti wisata. SMF memfasilitasi pengembangan homestay, pada Februari 2019 lalu mengucurkan kredit Rp 700 juta. Pemilik homestay tidak lagi sulit mengakses pembiayaan tersebut. Cukup mendapatkan rekomendasi dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat. Tidak perlu anggunan atau syarat-syarat lain. Karena semua yang nangani BUMDes.

Saat ini, desa tidak lagi sama. Seperti yang diberitakan the Jakarta Post, Samiran sekarang menjadi rumah bagi homestay dan fasilitas pendukung wisata seperti kafe dan taman bunga. Perlahan-lahan berubah menjadi desa wisata yang menawarkan suasana tenang dan sejuk, jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota. Di bawah bimbingan Yayasan Damandiri Selo, penduduk setempat mulai mengubah rumah mereka menjadi homestay mulai tahun 2016, dan Samiran sendiri secara resmi meluncurkan program desa wisata pada tahun 2017 dengan mengubah 10 rumah menjadi homestay.

Rumah-rumah sepenuhnya direnovasi menjadi homestay dengan kamar tidur yang dilengkapi dengan ruang tamu dan teras. Saat ini ada 13 homestay yang siap menyambut pengunjung. Beberapa rumah memiliki kamar tidur besar yang dapat menampung hingga 20 tamu. Pengunjung membayar Rp 150.000 per kamar per menginap, plus tambahan Rp 25.000 per orang untuk makan tiga kali sehari.

Selain menikmati televisi dan Wi-Fi, para tamu juga dapat menyesap kopi Merapi di kafe mini Waroeng Damandiri, yang menawarkan spesialisasi Selo seperti jadah bakar. Penduduk setempat mengatakan kehidupan mereka telah berubah selama dua tahun terakhir karena mereka tidak lagi bergantung pada pendapatan hanya dari bertani.

Tiyono dari dewan pemantauan koperasi Sahabat Mandiri mengatakan rata-rata 200 wisatawan mengunjungi desa setiap akhir pekan. Kebanyakan orang luar datang untuk melihat Gunung Merapi. Tiyono mengatakan 489 orang mengunjungi pada 2017. Tahun berikutnya jumlahnya meningkat menjadi 1.537, dan sekarang 200 orang per minggu.

Haryono SuyonoComment