Mempersiapkan Kampus Merdeka untuk Merdeka Kuliah bersama Rakyat
Rektor UnSud Prof Edy Yuwono PhD bersama pak Haryono
Sejak awal tahun 2000an para mahasiswa Perguruan Tinggi satu demi satu bersama-sama mengembangkan upaya berupa kegiatan bersama antara mahasiswa semester ke tujuh, dosen pembimbing dan masyarakat luas di pedesaan untuk mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan membawa mahasiswa semester ke tujuh berbondong-bondong mengadakan penelitian dan mempersiapkan desa guna penerjunan mahasiswa yang lebih banyak.
Tidak terkecuali Universitas Jendral Soedirman di Purwokerto yang pada waktu itu dipimpin oleh Rektornya Prof. Edy Yuwono PhD juga menyelenggarakan kerja sama dengan Yayasan Damandiri mengelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa-desa di hampir semua Kabupaten di Jawa Tengah dan daerah lainnya.
Persiapan itu dilakukan berupa penelitian persiapan penerjunan mahasiswa yang lebih banyak mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan akhirnya memberikan solusi untuk mengatasi kekurangan yang dirasakan oleh desa yang dikembangkannya.
Pak Haryono memberikan pembekalan
Upaya yang dilakukan itu awalnya berupa suatu tahapan penelitian awal oleh sekelompok dosen pembimbing lapangan. Setelah itu mahasiswa, dalam jumlah ribuan, dipersiapkan melalui pembekalan massal guna di terjunkan ke lapangan. Disadari bahwa karena pembekalan dilakukan secara masal, berarti kapasitas tiap mahasiswa penerima pembekalan berbeda-beda, tetapi secara berkelompok biasanya mereka kompak dan terjun ke desa dengan kepercayaan kelompok yang tinggi, tidak beda dengan persiapan menangani masalah Virus Corona dewasa ini.
Memberikan tanda peserta KKN Posdaya
Kekompakan itu dikembangkan melalui kesamaan Tim Mahasiswa yang datang setelah lulus semester ke enam, sehingga mahasiswa merasa sudah berada pada Semester ke tujuh yang sebentar lagi akan lulus dan menjadi sarjana yang mumpuni dengan kemampuan bergaul dengan masyarakat luas di pedesaan. Mereka di latih mengembangkan gagasan bagi masyarakat luas dengan risiko gagasannya di terima atau di tolak oleh masyarakat luas. Kalau di terima maka di desa akan terbentuk kelompok masyarakat yang menerima gagasan mahasiswa dan dosen pembimbing, sehingga kelompok akan melanjutkan gagasan itu sampai terjadi perubahan terbangunnya desa sesuai arahan. Mahasiswa dan dosen yang terjun ke desa bisa dikatakan berhasil. Kalau gagal maka mahasiswa kembali ke kampus dan desa itu tetap tertinggal seperti sedia kala, yaitu tatkala mahasiswa belum tang ke desanya. Praktis sesungguhnya kegiatan KKN gagal dan Tim bisa merasakan sendiri bahwa mereka tidak mampu mengubah masyarakat yang di datanginya selama masa KKN.
Memberi info
Menurut theori Perubahan Sosial, sesungguhnya kedatangan beribu mahasiswa ke desa itu bisa diartikan sebagai upaya untuk meyakinkan masyarakat desa agar tumbuh kesadarannya (aware) terhadap “ajakan berubah” dari suatu kondisi awal yang belum maju menjadi makin tinggi melalui peningkatan pengetahuan ilmu dan ketrampilan untuk maju karena dituntun oleh ribuan mahasiswa konsultan gratis. Karena itu para mahasiswa dituntut untuk “tidak peduli dan hanya banyak bicara, kurang lebih sebagai “petugas informasi dan edukasi” saja pada setiap diadakan kunjungan KKN. Tidak boleh ada mahasiswa yang merasa bisa bisa dan mengerjakan sendiri, karena mahasiswa bertindak sebagai ”guru pembangunan” yang bekerja di desa.
Memberi tanda peserta KKN Posdaya
Apabila mahasiswa berhasil, maka masyarakat akan mencoba sendiri kegiatan yang diajarkan dan terjadilah proses massa transisi di mana masyarakat tidak mengerjakan sesuatu karena disuruh, tetapi datang dari hati nurani sendiri dan mencoba sampai berapa jauh “anjuran” itu bisa dimiliki oleh masyarakat desa secara mandiri.
Kalau masyarakat yang mencoba ini berhasil, maka mereka merasa bisa dan tidak perlu lagi di suruh-suruh, tetapi perlu dipuji keberhasilannya sehingga akan menjadi penerima gagasan yang tadinya dibawakan oleh mahasiswa dan dosen pembimbingnya menjadi mandiri. Dosen dan mahasiswa tidak perlu kecewa karena gagasannya telah diterima, atau “diambil alih” oleh masyarakat, jadi sama dengan gagasan menuju “new normal” yaitu gagasannya di terima masyarakat sehingga “new normal” tidak perlu harus seragam, bisa dari RT ke RT, dari RW ke RW dan akhirnya dari desa ke desa sesuai kematangan masyarakatnya. Bukan kematangan dari pejabatnya.
Bersama Rektor Pof Edy Yuwono PhD
Karena itu pada masa kegiatan KKN, mahasiswa dan dosen tidak berhak melakukan penilaian keberhasilannya tetapi “menyerah” pada keberhasilan masyarakat yang di binanya di desa, sehingga muncul adanya desa mandiri dan terus berkembang biarpun program pembangunan desa di kucuri dana besar dari pemerintah. Desa mandiri itu kegiatan Posdaya jadi kunci keberhasilan Bumdes dan kegiatan lainnya.
Apabila kegiatan mahasiswa dalam pengembangan desa dengan Norma Baru bebas dari Corona, sebaiknya ditata sebagai desa yang waspada terhadap bahaya Corona dan sejahtera di tentukan bukan oleh pejabat tetapi atas dasar indikator keadaan yang masyarakatnya siap siaga, sehingga pemerintah hanya menentukan kriteria utama Keberhasilan. Indikator Keberhasilan itu adalah munculnya kesadaran dan tingkah laku yang konsisten dari masyarakat sesuai Norma Baru masyarakat yang waspada dan sehat sejahtera. Semoga.