BUMDes Tangsil Kulon Kembangkan Inovasi Budidaya Lobster Air Tawar

Tangsil.jpg

Menurut pelaporan Adiyono Putra, BUM Desa Mandiri Jaya di Desa Tangsil Kulon, memiliki kegiatan ekonomi yang makin mengeliat. Usaha budidaya lobster air tawar, yang merupakan core business BUM Desa, semakin berjaya.

Desa ini terletak di Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur memiliki keberhasilan BUM Desa Mandiri yang tidak lepas dari kreativitas dan keuletan Athour Rahman, ketua BUM Desa Mandiri Jaya, yang kini menahkodai Badan Usaha Milik Desa tempat tinggalnya. Ia terpilih pada awal 2020, sebelum Corona Virus Disease melanda negeri ini. Mendapat amanah tersebut, pemuda 35 tahun ini pun belajar ke sana ke mari, antara lain mendatangi Kantor Tenaga Ahli P3MD (Pendamping Desa) di Bondowoso bersama Kepala Desa untuk berdiskusi. Dia juga ikut kursus singkat budi daya lobster di Surabaya. Mereka bertekad membuktikan bahwa BUM Desa dengan modal kecil bisa berkarya untuk bangsa di mulai dari Desa.

Bermodal SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) dari anggaran BUM Desa 2019 yang tak terserap, ia kelola dana Rp 50 juta untuk pembibitan lobster air tawar. Upaya itu dilakukan dengan mendorong BUM Desa bergerak kembali. Sebagai ketua BUM Desa Athour masih mengandalkan modal dari sisa anggaran untuk modal usaha. Meski tak seberapa untuk kelas bisnis, ia berhasil mendapatkan sekitar 1.700 lobster lengkap dengan peralatannya. Di antaranya, ada yang dijadikan indukan 100 ekor, pejantan 50 ekor. Selebihnya, lobster-lobster itu ia besarkan. Persiapan untuk order daging lobster dari luar kota diperinci sebagai berikut, 100 ekor di siapkan untuk indukan, sebagian sudah bertelur. Bahkan beberapa sudah menetas. Jika 1 ekor indukan bertelur 200 butir, maka 100 ekor itu akan berkembang-biak menjadi 20 ribu bibit lobster.

Athour mengaku, pemilahan itu dilakuknnya sebagai strategi agar modal BUM Desa terus berputar. Jika hanya mengandalkan lobster yang dibesarkan, butuh waktu lama untuk mengembangkan usaha. Tapi jika dipilah, ada yang ditangkarkan atau dikembang-biakkan, ada yang dibesarkan, usaha BUM Desa ini akan terus berjalan. Ikhtiar menghidupkan BUM Desa tentu saja bukan hanya dari usaha lobster. Di luar itu, pengurus sudah melakukan lobi-lobi dengan perbankan. Penyertaan modal BUM Desa tahun ini sebenarnya sudah siap untuk simpan-pinjam yang dikerjasamakan dengan perbankan. Tapi karena Covid-19, maka modal usaha sebesar Rp 100 juta itu dialihkan untuk Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) untuk 158 KPM, dengan total hampir Rp 300 juta.

Atok sebagai Pimpinan Bumdes sadar, tanpa kerjasama dengan pihak lain, BUM Desa tak akan berkembang. Tak hanya urusan pasar, tapi juga ketersediaan pasokan lobster juga dipikirikannya. Karena itu, selain bermitra dengan sejumlah pihak di Mojokerto, Banyuwangi, dan Malang dalam pemasaran lobster, Atok juga akan menggerakkan masyarakat sekitar sebagai mitra BUM Desa dalam budidaya lobster.

“Kami masih terus berdiskusi dengan temen-temen Pendamping Desa. Ke depan, edukasi pada masyarakat sekitar juga akan kita lakukan,” imbuhnya. Atok optimis, jika ada puluhan masyarakat yang bermitra, maka bukan hanya stok lobster yang akan melimpah, tapi pemberdayaan akan berjalan, roda perekonomian masyarakat sekitar juga akan membaik.

Haryono SuyonoComment