Dari Kobe membawa Mobil Pemadam Kebakaran

Kobe1.jpg

Sejak kami mendapat tugas sebagai Kepala BKKBN mulai tahun 1983, nama BKKBN melambung tinggi di dunia internasional, termasuk di kalangan intelektual di Jepang. Bantuan demi bantuan mengalir deras kepada Indonesia dari berbagai lembaga internasional Jepang, termasuk perhatian dari Pemerintah Kota dan kalangan intelektual. Walikota Kobe termasuk salah satu yang menaruh perhatian pada program dan kegiatan BKKBN terhadap masyarakat Indonesia terutama di pedesaan dan pembangunan yang bersifat mandiri di daerah perkotaan. Dengan spontan kami dimasukkan sebagai salah  satu yang diminta sebagai Konsultan Internasional untuk Kota Kobe. Karena kedudukan sebagai Konsultan itu tidak mmbebani karena hanya diundang sekali ke Kota Kobe untuk pertemuan selama dua hari, memberikan Rekomendasi kepada Walikota, meninjau kegiatan kota dan aparatnya di Kobe.

Kobe2.jpg

Setelah melapor kepada Presiden HM Soeharto dan mendapat ijin beliau, maka ajakan itu kami terima dan sejak itu resmi diangkat sebagai anggota Konsultan Internasional Walikota Kobe sehingga setiap tahun di undang ke Kota Kobe untuk suatu Pertemuan mengumpulkan saran untuk Walikota bagaimana Kobe menjalin kerja sama dengan negara berkembang.

Banyak rekomendasi yang muncul dari para Konsultan antara lain pengiriman para tenaga senior dari Walikota negara berkembang untuk meninjau dan belajar bagaimana Kobe mengembangkan Program untuk warganya dengan baik. Untuk Indonesia Walikota Surabaya di tunjuk sebagai Kota Mitra yang diminta mengirim Wakil Walikota, Kepala Dinas dan staf Senior untuk belajar di Kobe.

Kobe3.jpg

Pada saat kami menjabat Menteri Kependudukan, penugasan kami diperkuat dan kerja sama itu bertambah akrab. Pada saat kami menjabat sebagai Menko Kesra kami masih tetap dipercaya sebagai anggota Tim Pakar dari Walikota Kobe biarpun wali kota sudah berganti. Setelah purna tugas kami tetap sebagai anggota. Pada posisi ini mereka mengajak kami, di samping mengikuti Rapat-rapat, meninjau banyak kegiatan Kota di lapangan, antara lain bagaimana Kobe melindungi rakyatnya dari musibah kebakaran, bagaimana pemerintah kota menangani sampah dan kegiatan lain yang sangat menarik termasuk bagaimana Walikota menata taman di jalan-jalan seluruh wilayah Kota Kobe yang sangat hijau dan menarik.

Secara profesional petugas senior dari kantor-kantor dinas di tugasi menjelaskan semua masalah secara tuntas tidak ada yang disembunyikan. Sungguh suatu kuliah lapangan yang sangat menarik dan lebih penting dari itu kita tidak usah membayar uang kuliah tetapi mendapat ilmu yang menjadi latr belakang pengambilan keputusan dan bagaimana keputusan politik di laksanakan di lapangan. Salah satu yang menarik adalah kunjungan pada beberapa Pusat Pemadam Kebakaran di Kobe. Kami berkunjung di temani oleh Dr. Mulyono Dani Prawiro dan mendapat pelayanan prima. Secara tuntas diberikan penjelasan tentang penanganan kebakaran dan bagaimana Mobil Kebakaran setelah usia lima tahun harus diganti biarpun masih sangat bagus.

Keterangan ini kami bawa dalam pertemuan dengan Walikota dan dibenarkan. Kami usulkan apakah bisa disumbangkan kepada negara sedang berkembang. Usulan itu disetujui sehingga akhirnya Indonesia mendapat jatah 100 mobil pemadam kebakaran dan beberapa puluh Ambulans, yang telah digaunakan selama lima tahun dan harus di ganti yang baru. Sejak itu kita lakukan proses, dimulai dengan pembicaraan tentang acara pengiriman pelatih dari Kobe untuk Kota Surabaya agar tenaga Pemadam Kebakaran bisa dengan mahir menggunakan Mobil sumbangan dari Kota Kobe.

Kobe4.jpg

Segala sesuatu berjalan lancar, siap dan segala acara dilanjutkan dengan Pelatihan angkatan pertama yang berjalan mulus dan dua mobil Pemadam dipersiapkan sebagai sumbangan pertama untuk Surabaya dari Kobe, tanpa harus membayar ongkos kirim dari Kobe, tetapi urusan di Surabaya menjadi tanggungan dari Kota Surabaya. Pada waktu “pembicaraan akan disumbang” semuanya berjalan lancar. Tetapi pada waktu “mobil telah sampai” mulailah terjadi kesulitan birokrasi yang rumit. Staf Yayasan Damandiri di Jakarta dan staf Walikota di Surabaya hampir tidak dapat menyelesaikan masalah. Bahkan secara khusus kami dianjurkan dan “di tekan” oleh banyak pihak untuk tidak melanjutkan komitmen kemitraan dengan Wali Kota Kobe karena dikawatirkan ada “ikutan yang memanfaatkan” fasilitas untuk bantuan ini. Karena itu persetujuan guna mendapatkan 100 Mobil Kebakaran ditangguhkan.

Dengan kegigihan Walikota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT, akhirnya dua Mobil Kebakaran sumbangan Walikota kobe bisa keluar, diserahkan kepada Ibu Walikota dan dimanfaatkan dengan baik karena kualitasnya jauh lebih baik dari Mobil Kebakaran yang di miliki oleh Walikota Surabaya saat itu. Tetapi sangat menyesal bahwa sekitar 100 Mobil Kebakaran lain sampai hari ini tidak kita proses karena ternyata setelah beberapa waktu Mobil Sumbangan itu beroperasi terjadi “peristiwa heboh mobil Kebakaran” yang menjadi masalah hukum beberapa Gubernur, Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia.

Haryono SuyonoComment