Masa Depan Buku

Catatan Aam Bastaman

Betulkah buku akan hilang dan pembaca akan mengalihkan bacaan ke bentuk buku digital? betulkah perpustakaan yang dulu dipenuhi buku akan berubah bentuk dan fungsi? Lebih banyak perangkat elektronik di dalamnya, menggantikan koleksi buku?

Teknologi informasi telah merubah banyak hal, termasuk bagaimana orang membaca dan mengkonsumsi ilmu pengetahuan. Dunia digital telah merubah gaya dan pola hidup umat manusia, karena lebih praktis, cepat dan efisien. Banyak hal sekarang ini dilakukan dari genggaman jari jemari: Membayar, transfer uang, transaksi pembelian, pesanan produk, berkomunikasi, mencari informasi, nonton film, dengar musik, sampai membaca dan memperoleh informasi. Informasi menjadi lebih mudah dan murah, tidak lagi lewat koran dan majalah atau media cetak lainnya, termasuk buku cetak. Buku pun kemudian bisa tampil dalam bentuk digital (e-book). Dunia digital telah berpotensi merubah tradisi membaca buku, beralih ke digital melalui telpon pintar (smart phone) atau laptop. Tidah heran, dimana-mana kini orang menggenggam telpon pintar, melakukan banyak hal melalui telpon pintar ini. Kebiasaan dan kemudahan telpon pintar ini berpotensi menggeser tradisi membaca buku.

Di KRL Jabodetabek jarang kita temukan orang membaca buku, juga di tempat-tempat menunggu. Namun hampir semua penumpang menggenggam telpon pintar, dan asyik sendiri-sendiri. Kadang tersenyum-senyum sendiri, atau tertawa “ngikik” sendiri. Banyak pula yang asyik nonton Drakor. Tapi memang dari dulu pun kita jarang menemukan orang-orang membaca buku di KRL. Dulu orang-orang Singapura dan Jepang terkenal pembaca buku yang kuat. Mereka membaca di mana-mana di angkutan umum, di stasiun-stasiun, di tempat-tempat menunggu. Di Singapura atau Jepang, kini tidak seperti dulu lagi, buku sudah digantikan oleh hand phone. Hanya segelintir kecil saja orang membaca buku di kereta api. Akibatnya banyak perusahaan media cetak yang tutup, termasuk banyak koran dan majalah ternama di berbagai negara maju yang sudah terbit puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Buku pun kini terancam ditinggalkan pembacanya.

Namun kabar menggembirakan datang dari berbagai diskusi dan hasil penelitian, ternyata buku cetak masih dipercaya akan bertahan dan tetap dijadikan media utama untuk bacaan-bacaan yang panjang dan tebal, dengan beberapa alasan, antara lain, buku digital sangat sulit menggantikan peran buku cetak sepenuhnya. Buku cetak memberikan kenyamanan, nilai seni dan keindahan dalam membaca. Keindahan artistik inilah yang tidak dimiliki buku digital. Aroma bau buku pun memberikan daya tarik tersendiri, yang tidak didapat di buku digital.

Membaca buku cetak juga dianggap lebih nyaman di mata. Membuka buku, halaman demi halaman memberikan kesan kenikmatan dan pesona tersendiri, dan lebih dapat menjaga kesehatan mata. banyak keluhan datang dari pembaca buku digital, cepat lelah mata, pegel mata dan juga membosankan.

Padahal tradisi membaca di Tanah Air tidaklah sekuat bangsa-bangsa maju, maka jika membaca buku digital kurang menyenangkan dikhawatirkan tradisi membaca masyarakat tidak akan berkembang. Jadi bagaimana masyarakat didorong untuk terus membaca buku cetak. Sehingga tradisi membaca buku terus tumbuh, di era teknologi digital ini. Kebiasaan membaca buku perlu ditanamkan sejak dini, sehingga menjadi kebiasaan setelah dewasa. Pola sosialisasi tradisi membaca ini perlu ditata kembali, baik di lingkungan pendidikan dasar maupun di keluarga. Buku harus diperkenalkan terlebih dulu kepada anak-anak, sebelum hand phone.

Diyakini buku masih akan eksis dan tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh buku digital, e book. Masalahnya bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat mengingat tradisi baca tulis masyarakat kita tergolong rendah. Meningkatkan minat baca bukan pekerjaan main-main, karena berdampak besar terhadap tradisi perolehan informasi dan ilmu pengetahuan, kecerdasan masyarakat dan kemajuan bangsa.

Salah satu usulan lain yang banyak mengemuka adalah memperbaiki ekosistem perbukuan, sehingga semua pihak yang terlibat dan industri buku terdorong dan termotivasi untuk memberikan yang terbaiknya, bekerja secara profesional dengan penghargaan yang layak - penulis, editor, penerbit, distributor dan toko buku. Pembaca kemudian diharapkan dapat menikmati buku secara murah, merata dan bermutu. Perlu campur tangan pemerintah.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya melalui pendidikan formal, namun juga melalui tradisi membaca buku. Buku gudang ilmu, jendela peradaban dan gerbang kemajuan. Bangsa-bangsa dan peradaban besar dibangun melalui buku. Tidak aneh kalau orang-orang besar umumnya pembaca buku.

Selamat hari buku nasional 17 Mei 2020.

(Aam Bastaman, Uni Trilogi).

Buku 1.jpg

Foto: Istimewa (Sumber open access)

Aam BastamanComment