Strategi Pertama Melawan Virus Corona
Dalam menghadapi serangan Virus Corona, Cina mengetrapkan suatu Strategi nasional yang diikuti disiplin yang sangat tinggi. Hasilnya sungguh sangat mengejutkan. Di Indonesia konsensus itu memakan waktu lama untuk menetapkan strategi nasional karena selama beberapa waktu muncul langkah-langkah awal dari berbagai daerah yang merasa mendapat ancaman serius yang terasa berbeda dengan daerah lain yang memunculkan langkah-langkah penanganan awal yang kelihatan seperti tidak terkoordinir. Langkah awal itu biasa terjadi di Indonesia sejak masa lalu karena lokasi tanah air dan penduduk yang tersebar dengan variasi yang berbeda-beda. Dampaknya berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, dari ujung barat sampai ke ujung timur. Setiap daerah merasakan akibat sesuatu kejadian berbeda dibandingkan daerah lainnya. Akibatnya suatu kejadian atau kemajuan bangsa memiliki tahapan yang selalu berbeda dari suatu daerah ke daerah lainnya. Ada yang sangat maju dan ada daerah lain yang memerlukan satu generasi untuk mengejar kemajuan yang sama.
Pada waktu ini mulai di terima suatu strategi yang di masa revolusi pernah dianut oleh para Pemimpin Bangsa ini tatkala Belanda ingin kembali menguasai bangsa ini dengan serangan mendadak ke Ibu Kota RI Yogyakarta di tahun 1948. Para pemimpin bangsa, Bung Karno, Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buono IX, Jendral Sudirman dan pak Soeharto sepakat mengosongkan Ibu Kota Yogyakarta dan mengungsi ke desa-desa. Di desa-desa para pemimpin bangsa itu mengadakan konsolidasi dan menggalang kekuatan bersama rakyat semesta dengan memberikan kepercayaan yang tinggi kepada rakyat yang ada di desa sebagai sahabat yang solider terhadap perjuangan bangsanya. Etos perjuangan bangsa diangkat tinggi-tinggi. Tidak ada rasa curiga bahwa rakyat di desa tidak setuju terhadap perjuangan bangsanya. Diam-diam kalau ada yang tidak setuju di lenyapkan dari muka bumi tanpa harus di permalukan di hadapan keluarganya. Dengan demikian rakyat desa makin kompak dalam wujud komitmen yang bersatu siap sedia mengorbankan segalanya untuk perjuangan bangsanya mempertahankan kemerdekaan.
Sasaran utama dari Strategi ini, seperti dalam jaman rev0lusi dulu, adalah keluarga prasejahtera dan sejahtera I atau keluarga miskin yang harus diselamatkan. Keluarga kaya atau keluarga sejahtera III Plus memberikan uluran tangan membantu keluarga miskin. Karnea itu, konsensus kita pada waktu ini kita semua “mengungsi” ke rumah masing-masing. Dalam keadaan mengungsi itu, seperti dilakukan oleh para sesepuh pejuang bangsa, setiap keluarga harus melakukan konsolidasi secara sukarela, yaitu selalu memakai tutup hidung dan tutup mulut. Sepeti dalam perjuangan bangsa, setiap keluarga “tidak dilarang” membuat tutup hidung dan tutup mulut sendiri dari bahan bekas baju atau kain tua asal di cuci bersih, dijahit tangan atau mesin dan yang penting, selalu di pakai di mana saja, utamanya kalau bertemu dengan “orang asing” biarpun keluarga sendiri, atau kalau bepergian ke luar rumah, biarpun pada jarak yang tidak jauh dari rumah. Keluarga Sejahtera III Plus bisa membantu keluarga prasejahtera dengan uluran tangan, kalauperlu memberikan tugas kepada keluarga prasejahtera untuk membuat Masker tutup hidung dan mulut atas biaya keluarga sejahtera III Plus. Atau keluarga kaya yang memiliki mesin jahit bisa memberi kesempatan kepada keluarga prasejahtera kursus untuk membuat tutup hidung dan muut dengan fasilitas dari keluarga kaya tersebut.
Jenis konsolidasi ke dua adalah memperkuat daya tahan tubuh masing-masing, yaitu dengan menanam sayur dan buah di halaman rumah, membuat “Kebun Bergizi” di halaman rumah, agar daya tahan tubuh yang makan dengan makanan bergizi dari halaman rumah bertambah kuat untuk menjadi prajurit yang akan menangkan perang melawan Virus.
Jenis konsolidasi ketiga adalah bahwa semua penduduk desa di beri peran yang penting sebagai sahabat TNI untuk ikut berlatih sebagai pejuang, gadis desa diajari berperan sebagai anggota PMI, ibu-ibu dilatih dalam masak memasak secara masal sebagai dapur umum, diajari ke pasar membawa bedil dan pistol serta amunisi untuk disimpan di dekat tempat serangan. Tidak dijadikan penonton untuk bersorak atau menghina pemain. Secara tingkas semua keluarga menjadi bagian dari jaringan perang dan pertahanan yang dekat tempat serangan terhadap musuh sehingga TNI tidak perlu berbondong membawa senjata ke medan perang secara mencolok, suatu strategi perang semesta dengan melibatkan semua kekuatan sebagai kesatuan yang kompak.
Ketiga strategi itu sangat cocok dengan upaya kita memerangi Virus Corona saat ini, yaitu semua keluarga diharap tinggal di rumah, memperkuat daya tahan dan tidak memerangi Virus secara sendiri, tetapi menyatukan kekuatan dengan satu komando yang targetnya jelas, tidak saling besalaman, memelihara jarak dan kalau perlu penduduk desa saling titip barang kalau ingin ke pasar, dalam kelompok dasa wisma atau panca wisma sehingga jumlah yang ada di pasar tidak terlalu masal agar tidak mudah menjadi perantara musuh melawan kita. Tidak terjadi kaos di desa karena semua kompak dan diperlihara teta[ kompak, siapapun yang jadi “penyulut onar” dibantai dan dikucilkan oleh masyarakat, termasuk anggota Polisi yang pura-pura menangkap penumpng mobil dan meludahi sopir di laporkan kepada atasan dan langsung ditindak. Tetapi sebaliknya keluarga sejahtera III Plus yang menolong keluarga miskin melakukan konsolidasi dalam suasana darurat ini perlu mendapat acungan jempol sebagai pahlawan solidaritas seperti nenek moyang yang menyediakan rumahnya untuk markas para TNI yang berjuang di desa.
Selamat siang, besuk kita sambung dengan strategi berikutnya, belajar dari nenek moyang kita guna memperkuat daya tahan menghadapi tantangan akrab dengan Virus Corona secara sistematis. Marilah kita saling berdoa mudah-mudahan kita semua bisa memahami petunjuk nenek moyang untuk bersatu yang dengan limpahan Ridho dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa kita mampu melanjutkan perjuangan membangun bangsa dan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Aamiin YRA.