Satu Minggu Sudah Kita Melakukan "Social Distancing"
Catatan: Aam Bastaman
Menjaga jarak sosial dengan seminim mungkin mekakukan aktifitas di luar rumah, termasuk bekerja ataupun bersekolah (social distancing), dianggap cara yang paling tepat dalam meredam penularan virus Corona baru. Oleh karena itu pemerintah telah meminta masyarakat untuk bekerja, bersekolah (melalui elearning) dan beribadah di rumah.
Sayangya belum semua anggota masyarakat memahami bahaya virus corona ini, dan masih menganggap remeh, sehingga di awal-awal penerapan social distancing ini masih banyak yang melakukan aktifitas di luar rumah, seperti anak-anak bermain games bersama-sama di warnet, atau sebagian remaja kongkow-kongkow di warung kopi ataupun kafe, bahkan banyak warga yang berwisata. Beberapa anggota masyarakat bahkan merasa baik-baik saja, virus ini bukan ancaman, biasa saja, sampai level cuek, sehingga tidak melakukan antisipasi apa-apa terhadap penyebaran virus ini.
Masyarakat mulai tersadarkan setelah merebak banyaknya orang yang terkena virus ini dan harus dirawat, bahkan banyak diantaranya meninggal dunia. Beberapa orang petinggi negeri ini mulai dari menteri, walikota, kemudian juga dokter serta perawat, artis, dosen sampai mahasiswa sudah menjadi korban virus ini.
Memang banyak “korban” dengan kebjakan social distancing ini, diantaranya para pengusaha, para buruh dan pelaku usaha mikro, yang hidupnya bergantung dari penghasilan harian. Oleh karena itu pemerintah sedang berusaha membuat social security net, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan secara ekonomi akibat serangan virus Corona ini.
Semoga saja, wabah ii tidak berlangsung lama. Karena baru satu minggu ini saja kita melihat kehidupan kita sudah terganggu, akibat ruang gerak sosial ekonomi dan termasuk keagamaan menjadi terbatas. Mereka yang beribadah umroh terpaksa dibatalkan karena Mekah tertutup untuk umroh, para calon jemaah haji pun menjadi was-was menunggu kepastian apakah pelaksanaan ibadah haji tahun ini bernasib sama dengan pelaksanaan umroh. Jalanan sepi, ekonomipun melambat. Pasar saham jatuh, dan banyak usaha mengalami ketidakpastian.
Banyak industri sudah merasakan kelesuan permintaan, mulai dari industri transportasi darat yang sepi penumpang, transportasi udara juga laut. Dikabarkan banyak pesawat udara di berbagai perusahaan maskapai penerbangan diparkir, karena kurang penupang dan banyaknya larangan terbang akibat penutupan banyak kota dan negara. Perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata juga mulai merasakan kehilangan banyak konsumen, mulai dari agen perjalanan, baik agen off line maupun agen perjalanan on line, termasuk hotel-hotel, rumah makan, dan jasa pariwisata lainnya. Padahal jutaan orang bergantung dari industri jasa ini.
Rupanya kita umat manusia yang hadup di tahun ini menyaksikan dan mengalami situasi dimana dunia dan umat manusia secara bersama-sama mengalami kesulitan besar, dengan jatuhnya banyak korban, dan berpotesi lebih banyak lagi, sampai pembatasan aktifitas kehidupan, yang mengganggu secara sosial ekonomi, namun apa boleh buat harus dilakukan demi meredam menjalanya lebih lanjut virus corona ini. Banyak acara dibatalkan, termasuk perhelatan besar beberapa pertandingan sepakbola yang sangat penting dan dinantikan banyak orang di seluruh dunia. Juga berbagai pertunjukkan seni sampai acara-acara resepsi perkawinan terpaksa harus dibatalkan.
Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmahnya. Dengan semua orang tinggal di rumah, kita mendapat banyak kesempatan untuk kumpul keluarga, kemudian bumi kita seperti diberi kesempatan untuk istirahat, polusi udara berkurang, eksploitasi alam berkurang, mudah-mudahan dengan adanya kesempatan bumi untuk istirahat, bumi kita akan mendapatkan keseimbangannya kembali. Kita pun nanti dapat memulai babak baru kehidupan, untuk lebih memperhatikan kebersihan, kesehatan dan lingkungan, serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
Kita berdoa saja, semoga bencana ini cepat berlalu.
(Aam Bastaman)
Foto: Istimewa