Desa Cibiruwetan Pelopori Kader Peduli TB di Jawa Barat

TBC.jpg

Tim Kerja Inovasi Desa Kementerian Desa PDTT  nelaporkan bahwa Desa Cibiruwetan memiliki program  guna menekan penyebaran penyakit tuberculosis (TBC), yaitu Program Bebas TBC yang melalui sosialisasi serta pembentukan dan pelatihan kader peduli TB di tingkat desa. Berkat Program ini Pemerintah Desa dan masyarakat desa mampu menerapkan pola hidup lebih bersih dan sehat sehingga terbebas dari penyakit TBC. Dalam situasi serangan Virus Corona, program ini perlu disesusaikan agar tidak mengumpulkan orang tetapi melakukan pendekatan pada satu demi satu u lainnya dengan memelihara jarak fisik yang aman agar tidak saling menularkan.

Desa Cibiruwetan terletak di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pada 2015, Desa Cibiruwetan dinobatkan sebagai Desa Peduli TB pertama di Jawa Barat. Prestasi itu tak lepas dari peran para Kader TB Care Kahartos dalam membangun kepedulian untuk menemukan suspect penderita TBC dan memfasilitasi proses pengobatannya sampai sembuh. Pembentukan TB Care Kahartos (Kader Harapan Temukan Obati Sampai Sembuh) di Desa Cibiruwetan sudah dilakukan setiap dusun. Dimasa lalu, setelah terbentuk TB Care Kahartos, terbangunlah motivasi penderita untuk sembuh dan peningkatan pengobatan pasien TBC dilakukan hingga tuntas. Para Kader memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai bahaya penyakit TBC, penularan, juga pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta pola hidup sehat.

Pembentukan TB Care dilakukan pada era kepemimpinan Kepala Desa Asep Hasan Sazili (2013-2019). Berkat adanya TB Care Kahartos, pada 2017, para kader mampu mengobati 10 warga yang positif mengidap TBC, dan ada 115 warga terduga 115 suspect TBC. Pada 2018 terjadi peningkatan dari terduga 124 orang, ada 11 orang dinyatakan TBC. Temuan tersebut merupakan hasil kerja bersama, karena semakin banyak yang ditemukan semakin cepat pula kita melakukan langkah preventif untuk mencegah penyebaran TBC di Desa Cibiruwetan.

Saat ini, ada 21 kader pada setiap hari mendatangi warga yang mengalami gejala TBC dengan meminta dahak dari warga desa yang diduga (suspect) terjangkit TBC Paru, selanjutnya untuk diperiksakan di Puskesmas. Awal keberadaan kader TB hanya 2 orang difasilitasi Yayasan Aisyiyah. Lalu, Pemerintah Desa Cibiruwetan merekrut 19 orang kader tambahan dg komposisi satu orang per Rukun Warga (RW). Dewasa ini perlu penyesuaian cara kerjanya dengan meminta nasehat petugas kesehatn setempat berhubung adanya Virus Corona.

Pemerintah Desa mendukung kegiatan Kades Peduli TB dengan mengalokasikan dana operasional kegiatan dari APBDesa sebesar 14 juta. Selain itu LPMD Desa Cibiruwetan juga memberikan penghargaan bagi pengumpul dahak terbanyak sebesar satu juta rupiah.

Haryono SuyonoComment