Program Ronda Ibuhamil Kurangi Risiko Kematian

ronda.jpg

Tim Inovasi Desa dan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT melaporkan bahwa Desa Peninggaran memiliki strategi jitu untuk mengurangi risiko pada ibu hamil, yaitu Program Ronda Ibuhamil. Program ini mendampingi ibuhamil dari umur kehamilan awal—minimal sejak usia kehamilan 4 bulan—sampai kelahiran. Selain menekan risiko tinggi pada ibu hamil, inovasi Desa Paninggaran mampu menguatkan kesukarelaan dan gotong-royong masyarakat desa.

Desa ini memiliki risiko kehamilan tinggi karena pada musim paceklik atau saat menunggu musim panen, sebagian besar kepala keluarga pergi ke kota untuk menjadi buruh. Dengan pendapatan keluarga yang rendah, ibu hamil tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. Masalah kemiskinan juga menjadi alasan banyak orang tua menikahkan anak gadisnya pada usia muda. Pernikahan muda tersebut rawan secara psikologis maupun reproduksi sehingga meningkatkan risiko kematian ibu.

Dalam penanganan ibuhamil ada kegiatan Posyandu rutin. Program Ronda Ibuhamil ini lebih memastikan data kesiapan keluarga, misalnya apakah keluarga memiliki kartu jaminan yang masih berlaku. Selain itu, untuk ibuhamil yang berisiko, akan dikirim ke dokter spesialis di rumah sakit rujukan untuk pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang jarak rumah sakit sekitar 35 kilometer dari Desa Peninggaran sehingga ibu hamil perlu diantar.

Penyebutan “ronda” karena kader pelaksana akan siaga 24 jam ketika sudah mendekati waktu kelahiran. Ibuhamil cukup menghubungi kader apabila diperlukan. Kalaupun tidak menghubungi, para kader akan menghubungi para ibu hamil untuk memantau kondisinya. Pemerintah desa juga menyiagakan “ambulans”. Ini bukan ambulans sungguhan, tetapi mobil warga yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk keperluan ini. Program ini menguatkan rasa kesukarelaan dari masyarakat. Secara tidak langsung, program ini juga meningkatkan kegotong-royongan masyarakat.

Proses pelaksanaan ronda ibuhamil di Desa Peninggaran tidak sulit. Setelah diadakan musyawarah desa yang diikuti oleh seluruh masyarakat, terutama kelompok perempuan dan ibu-ibu, diputuskan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu program prioritas desa.

Kegiatan sudah mulai dilakukan sejak 2014. Pada 2016, kegiatan ini disusun menjadi lebih baik dan baru pada 2017 pelaksanaannya telah terstruktur lebih baik. Agar pelaksanaannya tidak terkendala, terutama persoalan pendanaan, diputuskan Program Ronda Ibuhamil dibiayai sepenuhnya lewat Dana Desa. Pada 2018, Desa Peninggaran mengalokasikan anggaran Rp 11 juta. Pada 2019 ini, alokasi anggaran naik menjadi Rp 15 juta. Dana digunakan antara lain untuk biaya transportasi, biaya layanan seperti USG, dan honor kader. Kenaikan anggaran pada 2019 itu karena ada layanan yang tak lagi ditanggung BPJS, contohnya USG.

Kegiatan ronda ibu hamil berjalan sukses karena dimasukkan menjadi program desa. Dengan demikian, partisipasi masyarakat dapat dipastikan karena diwajibkan. Aktivitas ronda dibuat terjadwal dan disusun oleh masyarakat bersama pemerintah Desa Peninggaran. Sejak dijalankan, program ronda ibu hamil berhasil menurunkan angka kematian ibu hamil. Sejak 2017, hingga kini sudah ada sekitar 60 ibu hamil yang ditangani dan ada 20 di antaranya harus menjalani operasi.

Pada 2018, Program Ronda Ibuhamil itu diadopsi menjadi program di tingkat kecamatan. Secara keseluruhan, program ini memperkuat solidaritas, kepekaan sosial, dan partisipasi masyarakat. Saat diikutsertakan dalam Lomba Inovasi Desa di tingkat Kabupaten Pekalongan, program ini terpilih sebagai Juara I. Penghargaan ini membuat semangat pemerintah dan masyarakat desa meningkat. Tekad Desa Peninggaran makin bulat untuk memastikan gizi ibu hamil dan penanganan stunting.

 

Haryono SuyonoComment