Ziarah Awali Peringatan 1 Maret Serangan Yogyakarta Kembali

Ziarah1.png
Ziarah2.png

Para tokoh yang dekat dengan Pak Harto, kerabat yang memiliki hubungan dekat dengan Keluarga Pak Harto, para Pengurus Yayasan yang didirikan beliau serta sesepuh lainnya, menjelang tanggal 1 Maret, tepatnya tanggal 29 Februari lalu, menyempatkan diri melakukan ziarah ke Makam Gedong Kemusuk, bersama Bupati Bantul, Soeharsono yang sekaligus memimpin acara mengheningkan cipta sebelum acaara ziarah, tamu kehormatan Brigjen TNI Eddy Syahputra, Kapusjarah TNI AD, Dan Lanut, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr. Mudrajad, mantan Rektor Mercu Buana Jakarta Dr. Aris Nugroho, disertai para pengurus Yayasan yang didirikan pak Harto Issantono, Sumarsono, Sweden, dan Tanri Bali Lamo Dirut TMII serta khalayak sesepuh daerah lainnya. Seperti diketahui Makam Gedong Kemusuk atau dikenal juga sebagai Makam Somenggolan, Godean, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta  didirikan pada tahun 1991 yang diresmikan oleh Wapres Sudharmono SH, adalah makam para pahlawan tidak kurang dari 202 pejuang yang gugur saat agresi Belanda tahun 1948, sebagai korban keganasan penjajah Belanda. Di samping itu tentu ada banyak lagi yang mengorbankan dirinya melakukan gerilya dan pertempuran selama enam jam mengembalikan Ibu Kota RI yang pindah di Yogyakarta. Sementara Prof. Dr. Haryono Suyono, sebagai Ketua Panitia, ditugasi di Semarang untuk launching Program Peringatan Kemerdekaan RI ke 75 dengan Tema Sumbangan Pak Harto dalam Pembangunan Bangsa.

Pengorbanan para pahlawan itu, termasuk juga banyak rakyat yang tidak sempat dikebumikan di Makam ini, adalah sangat luar biasa karena sejak akhir bulan Desember tahun 1948 banyak keluarga mereka mengorbankan diri, rumah kediaman yang damai menjadi Markas TNI yang mengungsi ke desa atau menampung pelajar dan mahasiswa yang ikut dilatih oleh TNI ikut bertempur dalam perang gerilya sampai akhir bulan Juni tahun 1949, akhirnya Kota Yogyakarta di serahkan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi menjadi Ibu Kota RI pada waktu itu.

Pengorbanan rakyat di sekitar Yogyakarta itu sungguh sangat diingat oleh pak Harto sehingga di Kampung halaman beliau itu didirikan monumen yang menyimpan banyak kenangan yang terbuka untuk umum sehingga kita bisa mengikuti perjuangan pak Harto, biarpun tidak secara lengkap karena sebagian disimpan di Museum di Taman Mini Indonesia Indah. Dengan mengunjungi Museum di Kemusuk itu kita mengenang perjuangan para sesepuh bangsa dan menghargai semangat dan perjuangan pak Harto di Kampung halamannya semasa bergerilya setiap malam dalam keadaan Ibu Tien disembunyikan di Kota Yogyakarta dalam keadaan hamil tua sementara calon bapaknya “mengganggu ketentraman tidur penjajah Belanda”, utamanya di malam hari, selama menduduki kembali Ibu Kota RI sejak akhir tahun 1948 sampai akhir Juni 1949.

Ziarah3.png

Pak Harto sebagai prajurit muda sadar bahwa keadaan yang dialaminya bukan sendirian, banyak pemuda, pengantin baru, mahasiswa dan keluarga biasa mengorbankan segalanya ikut mengungsi dan berjuang bersama mengusir Belanda dan membangun RI yang baru saja di proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Apalagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Jendral Soedirman sebagai senior memberikan dukungan penuh. Jiwa prajurit muda Soeharto berkobar mengalahkan segalanya. Pak Harto kelihatan langsung bersikap dan bertindak siap menjadi komandan yang disegani. Alhamdullilah.

Haryono SuyonoComment