Petani Muda Korea – Kaya, Berdasi, Berteknologi Tinggi dan Fokus

Catatan: Aam Bastaman

Saat datang ke Indonesia dan mengunjungi berbagai organisasi, lembaga negara dan pemerintahan daerah, rombongan petani muda Korea nampak seperti rombongan artis, bukan seperti profil para petani yang kita kenal. Berpakaian rapi, berjas dan berdasi. Tidak heran semula saat di Universitas Trilogi mereka dikira rombongan artis Korea.

Profesi menjadi petani di Korea Selatan sangat menjanjikan. Menjadi petani di Korea adalah profesi terhormat, bersih, gaya, berdasi dan kaya raya.  Seperti diungkapkan oleh Mr. Kwan Eung Lee sebagai Ketua delegasi Federasi Petani Muda Korea (Korean Federation of Young Farmers Association – KFYFA), saat mengunjungi Indonesia pada tahun 2018, termasuk mengunjungi Universitas Trilogi. Petani muda di Korea memiliki peranan yang sangat penting,  antara lain karena:

1. Masa depan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan Korea bergantung pada petani muda (Petani muda, yaitu berusia 24-39 tahun). Organisasi petani muda dimana umumnya mereka bernaung, yaitu Federasi Asosiasi Petani Muda Korea (KFYFA) adalah kekuatan utama yang mendorong pertanian dan komunitas pedesaan menjadi masa depan Korea.

2. Karena populasi masyarakat pedesaan telah menurun  (akibat urbanisasi), maka menghadirkan tantangan baru tidak hanya bagi komunitas pedesaan sendiri,  tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan, yaitu: Populasi masyarakat yang menua dengan cepat di daerah pedesaan dan kekhawatiran petani muda yang akan berkurang.

3. Perlunya pemanfaatan teknologi canggih dalam bidang pertanian, sehingga pertanian bisa lebih efisien, produktif dan menguntungkan.

Federasi Asosiasi Petani Muda Korea (KFYFA) sendiri memiliki keanggotaan sekitar 6.000 petani muda dari 150 kabupaten dan kota di Korea. Pada 2018, lebih dari setengah petani muda adalah anggota KFYFA. KFYFA Bekerja dengan pemerintah dan berbagai organisasi di semua tingkatan (Dari Pusat Pemerintah ke Pemerintah ‘Kabupaten’/distrik) di seluruh Korea Selatan. Para petani muda telah bekerja untuk membuka cakrawala baru untuk masa depan pertanian di Korea.

KFYFA Bekerja dengan pemerintah dan berbagai organisasi  dengan fokus pada masa depan dan aplikasi teknologi tinggi di bidang pertanian untuk mempersiapkan anggotanya untuk masa depan pertanian. Untuk itu, KFYFA secara rutin mengadakan KTT Asia untuk Kerjasama Teknologi Pertanian Korea dengan  sesama negara-negara Asia.

Salah satu kunci sukses para petani  muda di Korea adalah fokus, penggunaan teknologi tinggi sehingga efisien dan memiliki lahan yang luas. Seperti yang disampaikan Kim Jung Hwa, Direktur Tim Petani Muda di Pembangunan Pedesaan Administrasi Pemerintah Pusat, Republik Korea.

Sebagai contoh untuk membuktikan betapa kayanya para petani muda Korea, antara lain ditunjukkan dalam profil Byeongmoon Choi, Presiden KFYFA. Disebutkan oleh ketua delegasi bahwa Mr. Choi memiliki usaha di bidang pengolahan sawah, ia memiliki 9 Traktor besar diimpor dari USA. Pengelolaan lahannya sekitar 2000 ha. Penghasilannya per tahun mulai dari 3-4 Juta USD / Tahun. Atau sekitar Rp. 42 Milyar – Rp. 56 Milyar/Tahun. Usahanya fokus bidang pengelolaan sawah. Penghasilannya luar biasa.

Kemudian, Myongseok Yeon, Wakil Presiden KFYFA. Usahanya di bidang Peternakan Babi. Dia mengelola lebih dari 1000 babi, dikelola 1 Orang. Penghasilannya sekitar 2 Juta USD / Tahun, atau sekitar Rp. 28 Milyar per tahun. Ia fokus  pada peternakan babi dengan hanya dikelola oleh 1 orang. Betapa efisiennya.

Daemyung Moon, Direktur Kerjasama Luar Negeri KFYFA. Dia memiliki bisnis di bidang Ginseng Korea. Penghasilannya sekitar 6 Juta USD / Tahun. Ia fokus di ginseng Korea. Selanjutnya, Kyngjoo Ahn, Presiden Asosiasi Petani Muda Provinsi Gangwon-do. Ia memiliki usaha di bidang peternakan ayam. total ayam dalam pertanian adalah 100.200. yang dikelola hanya oleh 2 orang. total pendapatan tahunan adalah 1 juta USD / Tahun. Ia fokus pada  peternakan ayam.

Demikian juga halnya dengan Dukhoe Kim, Presiden Asosiasi Petani Muda Kota Jecheon. Dia memiliki bisnis pengolahan jus apel yang baru dimulai tahun 2018, dan memiliki target penjualan tahun depan 1 Juta USD / tahun. Ia fokus buah apel.

Wangyong Jeong, Wakil Presiden Asosiasi Petani Provinsi Jeollabuk-do Young. Dia memiliki peternakan sapi dengan total 1000 sapi, yang dikelola oleh 4 orang. Total penghasilan sekitar 2-3 Juta USD / tahun. Ia fokus di peternakan sapi.

Soochul Jung, Asisten Khusus Presiden, Glass Greenhouse. dari Paprika Dia mengelola pertanian Paprika seluas 6 ha menggunakan metode rumah kaca. Perkiraannya penghasilan 3-4 juta USD / Tahun. Ia fokus di paprika.

Terakhir, Bosung Kwon, Presiden Asosiasi Petani Provinsi Gyeongsangnam-do Young. Ia memiliki pertanian sayur khas Korea. dengan penghasilan sekitar 300.000 USD / tahun. Jumlah yang tidak kecil untuk petani sayur.

Salah satu bidang yang ditawarkan untuk dikerjasamakan dengan pihak Indonesia  adalah sesuai dengan tantangan saat ini, yaitu: makanan, energi dan air. Pasokan makanan yang aman, energi terbarukan dan kekurangan air akan sangat mempengaruhi pertanian masa depan secara global.

Oleh karena itu, masuknya konsep baru dengan teknologi tinggi dalam dunia pertanian, seperti smart farming/digital farming, drone, artificial intelligence, merupakan suatu keniscayaan. Petani Korea juga ternyata sangat fokus di satu bidang.

Korea sudah memulai, semoga dunia pertanian kita cepat menyusul. Sehingga dunia pertanian kita bisa diminati generasi muda.

(Aam Bastaman)

Foto: Istimewa

petani muda korea 2.jpg
Aam BastamanComment