BUMDes Renajaya Mengandeng Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Cilacap1.jpg

Catatan berikut adalah laporan Syifa Khairunnisa tentang BUMDes Renajaya yang menggali potensi yang bermanfaat bagi usaha memajukan perekonomian masyarakat desa. Laporan itu menggambarkan bahwa BUMDes “Renajaya” Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Cilacap yang  melirik limbah yang dihasilkan masyarakat luas dan menggalang kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah.

BUMDes Renajaya mengetahui bahwa lingkungan terkena imbas dari limbah rumah tangga atau industri yang tidak termanfaatkan dengan baik mempengaruhi kesehatan lingkungan masyarakat dan merusak lingkungan. Maka kesadaran itu menimbulkan niat mengelola, membuat trobosan pengendalian dan pencegahan kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh siapapun juga.

Usaha itu dimulai dengan menggelar pertemuan di kantor wakil Rektor IV  Universitas Muhammadiyah Purwokerto bidang riset, inovasi dan teknologi, antar Direktur BUMDes Renajaya, Desa Karangrena yang juga menjabat sebagai ketua paguyuban Bumdes se- Kecamatan Maos, Martin Tri Santoso, S.M terkait program-program yang dapat disinergikan antara BUMDes “Renajaya” Karangrena dan Univeristas Muhhamadiyah Purwokerto.

cilacap2.jpg

Dr. H Anwar Ma’ruf, S.T,. M.T selaku Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi dan Teknologi menyampaikan  beberpa gagasan terkait riset dan program untuk pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Maos terutama di Desa Karangrena. Pada intinya, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) siap bersinergi mendukung pengembangan Bumdes Renajaya, Karangrena, Kecamatan Maos, Kab. Cilacap. Menurut beliau, “Nantinya bentuk dukungan yang dilakukan adalah berupa penelitian sesuai dengan kearifan lokal, pengembangan teknologi tepat guna (TTG) yang mendukung produktivtas Bumdes Renajaya. Serta pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dan profesionalitas BUMDes Renajaya. Kedepan harapan kami tidak hanya dengan bumdes Renajaya tetapi juga BUMDes lain di Indonesia, seperti motto UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) yaitu UMP untuk Indonesia”.

Pernyataan itu didasarkan alasan bahwa masalah terbesar lingkungan masyarakat saat ini adalah limbah yang dihasilkan oleh masyarakat,  yang pada prakteknya kurang mendapat perhatian karena lemahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat sendiri. Sebenarnya jika limbah dapat dikelola dengan baik, akan bermanfaat pada kelestarian lingkungan dan membawa sumber nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

Sebagai contoh, limbah yang banyak terdapat di Desa Karangrena yakni limbah Cangkang kerang totok (Thoe) yang sampai saat ini belum mampu mendapatkan solusi terbaik. Berdasarkan data dari team pengurus Bumdes “Renajaya” Karangrena, didapati bahwa hasil produksi olahan kerang totok Thoe menghasilkan limbah yang cukup banyak. Karena dalam satu hari nelayan Thoe dapat menghasilkan rata-rata 10 kg Thoe. Oleh sebab itu jika kerang totok Thoe beratnya 5 X lipat dari isi kerang Thoe tersebut, berarti cangkang Thoe yang  berpotensi menjadi limbah sekitar 50 Kg per- satu nelayan. Sedangkan nelayan Thoe sendiri di Desa Karangrena jumlahnya ratusan orang.

Ditambah temuan-temuan terbaru, kerang totok Thoe oleh masyarakat dibuang, justru kembali ke Susur Serayu yang merusak lingkungan dan membahayakan aktivitas masyarakat.

Tajamnya limbah kerang Totok thoe sangat membahayakan masyarakat jika terinjak, ditambah menumpuknya limbah kerang totok juga menganggu kelestarian ekosistem susur Sungai Serayu.

Kerja sama nantinya antara Bumdes Renajaya dan UMP selaku instansi pendidikan tinggi diharapkan menyentuh dan membuat solusi untuk permasalahan lingkungan di Desa Karangrena khususnya kerang totok Thoe. Oleh karennya riset terhadap kerang totok Thoe sangat diperlukan untuk menyelaamatkan lingkungan, tetapi limbah totok Thoe tersebut dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi nelayan Thoe Desa Karangrena. Semoga sinergi itu berhasil dengan baik.


Haryono SuyonoComment