Dr. Puwanto dokter yang Petani dari Banyuwangi

Pur11.png

Sebagai dokter, Dr. Purwanto adalah anggota IDI, Ikatan Dokter Indnesia. Tetapi kegemarannya bertani rupanya mengalahkan  profesinya sebagai dokter.  Belaiu dengan nyaman duduk “silo” bersama petani di sawah dan melakukan diskusi dengnn nyaman. Bahkan konon para petani mendapat waktu yang jauh lebih lama dibanding pasiennya di klinik, ini kira-kira, karena mungkin lebih nyaman dibanding pembiccaraan beliau dengan pesirennya di Klinik atau di RS. Tettapi dr. Purwanto menjamin bahwa pasiennya juga mendapat perawatan sama intensifnya dibanding dengan para petani di sawah, karena komitmen sebagai dokter tidak dapat ditawar lagi. Hobi dibidang pertanian akhirnya akan meningkatkan kesehatan dan ksejahteraan petani. Proyeknya yang terakhir dan di kirim lewat WA adalah bawang.

Pur12.png

Menurut dr. Puwanto harga bawang merah terus berfluktuatif, karena disebabkan terbatasnya umbi benih bawang merah yang berkualitas. Selama ini, penanaman yang lazim dilakukan petani adalah menggunakan umbi bawang merah sebagai sumber benih yang diseleksi dari hasil panen. Budidaya bawang merah dari benih biji (True Shallot Seed/TSS) mempunyai beberapa keunggulan, jika dibandingkan dengan metode tradisional dari benih umbi.

Yang membedakan antara lain kebutuhan benih lebih efisien sekitar 7,5 kg per hektar, dibanding dengan umbi yaitu sekitar 1,5 ton setiap hektar. Selain itu, menghasilkan tanaman yang lebih sehat ditambah lagi tingkat produktivitasnya yang lebih tinggi dibanding benih dari umbi.

Menurut Dr. Purwanto dari Banyuwangi: Inovasi tehnologi utk bawang merah yang dikerjakan adalah :

1. Penggunaaan benih dari biji /TSS sebagai sumber benih.

2. Teknologi air kelapa untuk memperbanyak jumlah umbi per rumpun

3. Penggunaan light trap utk monitor hama, perangkap kuning, trichokompos (trichowish produknya PT (wISH) dan refugia sebagai berbagai cara untuk pengendalian OPT dan mengatur bioekologi lahan bawang merah.

Pur13.png

Namun demikian, dr. yang dinamik itu terus bergerak langkah demi langkah, terus belajar sepanjang hayat. Dr. Purwanto tidak sekedar bekerja dengan satu dua petani tetapi mengajak banyak sekali ibu-ibu di esa yang dengan tekun terjun ke sawah memelihara tanaman itu dengan kasih sayang. Hanya kasih sayang itu tanah dan tanaman akan tumbuh subur dan menghasilkan produk yang menguntungkan petaninya. Kasih sayang ini adalah falsafah dokter biarpun pasien sudah tidak ada harapan seorang dokter yang baik selalu mmemberi harapan bahwa mudah-mudahan pasiennya akan sembuh, dan keluarga diminta berdoa agar diberikan mujizat oleh Allah, Tuhan Yang  Maha Kuasa. Pertanian yang dikerjakan oleh Dr. Purwanto nampaknya sperti itu. Semoga Kegiatan Pertanian dr. Purwanto bisa disebar luaskan di seluruh Kabupaten di Banuyuwangi melalui Bumdes yang ada di desa-desa.

Haryono SuyonoComment